prolog

3.5K 126 4
                                    

Valerin Gabriella kini tengah termenung, bukan merenungkan masalah sekolahnya. Melainkan merenungkan nasib nya kedepan. Sekarang daddy nya sedang mencak mencak karena anaknya yang pembangkang.

"Vale kamu dengerin daddy nggak sih?" kesal daddy karena merasa tak dihiraukan putri semata wayangnya.

Vale yang sadar dari melamunnya pun menoleh ke daddy nya yang berdiri sambil mondar mandir.

"Kenapa si dad?" tanya vale polos.

"Astaga! Dari tadi daddy ngoceh nggak kamu dengerin?!?" heran vito-daddy vale.

Vale memutar kedua matanya. Bosan dengan ceramah daddy nya. Ia sudah paham dengan keadaan ini. Bahkan kejadian ini tak satu dua kali terjadi, namun berulangkali. Dan akhirnya dia juga tahu akhirnya.

"Mulai besok kamu daddy pindahkan ke SMA kencana. Disana kamu akan daddy awasi, karena sekolah itu milik teman daddy. Jadi jangan berbuat macam macam. Dan ini terakhir kalinya daddy mindahin kamu. Kalau kamu masih buat ulah, daddy kirim kamu ke LA mau?" cerocos daddy panjang kali lebar.

Vale yang mendengar itu pun berdecak tak terima. "Ck, dad ayolah jangan di SMA kencana. Lainya aja yah yah.." melas vale dengan tampang sendu.

"Nggak bisa. Disana kamu akan di didik dengan benar. Dan disana kamu akan di awasi oleh guru guru. Pokoknya kamu harus mau. Kalau nggak mau daddy pindah ke LA." jelas daddy sambil duduk. Ia sangat capek. Di tengah meeting nya tadi pihak sekolah anaknya menelponnya karena putrinya ketahuan memukuli murid laki laki hingga masuk rumah sakit.

Bahu vale merosot menyandar pada sofa di ruang keluarganya yang hanya berisi dia dan daddy. Ia pasrah dengan keputusan daddy nya.

Tanpa sepatah kata vale beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju kamarnya. Daddy yang melihat tingkah anaknya itu pun menghela nafas.

"Maafkan aku rin, aku tak becus mengurus anak kita" lirih daddy mengingat amanat mendiang istrinya.

~

Kini vale duduk di depan balkon rumahnya di temani bulan yang bersinar terang yang di kelilingi ribuan bintang. Vale menatap kosong hamparan cahaya di langit. Ia rindu mommy nya. Sudah lama sekali dia berpisah dengan mom nya. Karna sekarang dia dan momnya sudah beda alam. Ia rindu perhatian momnya, rindu kasih sayangnya, rindu pelukan hangat momnya pokoknya dia rindu tentang momnya.

Tak terasa satu tetes air mata jatuh. Dia akui dia sekarang berandal. Dia tak semanis dulu saat masih kecil. Dia memberontak,  masa bodo, pembangkang dan selalu menyusahkan daddy nya. 

"Mommy, vale kangen mom. Disini vale sendirian, daddy udah gak perhatian lagi. Dad lebih mentingin kerjaannya dari pada vale. Aku kangen mom dan daddy" lirih vale dengan air mata yang turun.

Vale mengusap wajahnya kasar dan raut muka yang tadinya sendu kini berubah datar. Dia menghembuskan nafas seolah pasrah akan keputusan daddy nya.

Keesokan paginya..

Tok tok tok...

"Nona vale bangun. Udah siang, saya di suruh tuan bangunin nona" ucap pembantu vale di luar. Sesekali mengetuk pintu kamar.

Vale yang tidur nyenyaknya terganggu pun mengangkat kepala dan melihat jam di sampingnya.

'Alah, masih 06.45' ujarnya dalam hati.

Suara di depan kamar pun masih mengganggu tidur vale. "Nona, apa nona udah bangun? Kalau udah nona di suruh sama tuan turun ke bawah"

"Bacot amat deh" gumam vale. "Iya gw udah bangun!" teriak vale karena kesal. Setelah itu tak ada suara lagi. Dan vale pun melanjutkan tidurnya.

Setelah setengah jam vale kembali tidur tiba tiba pintu kamarnya di ketuk lagi. Hal itu membuat vale jengkel.

"Vale, cepat bangun. Hari ini kamu harus masuk ke SMA kencana. Dan hari ini daddy yang nganterin. Cepet ini udah telat. Jangan tidur mulu. Kalau nggak hari ini juga daddy kirim kamu." ancam daddy di luar kamar.

"Iya iya..vale siap siap" sebenarnya vale kesal sekali karena harus pindah sekolah yang tidak di inginkan nya.

"Cepet... Gak usah lama lama" omel daddy.

Setelah selesai vale turun dengan seragam SMA kencana lengkap dengan tas dan sepatu. Tapi yang membuat nya beda adalah seragam yang di keluarkan, sepatu warna menyala dengan kaos kaki pendek dan roknya di atas lutut.

"Astaga vale, kamu ke sekolah pakek kaya gitu. Astaga ya ampun udah telat,  penampilan mu udah kaya preman lagi" pasrah daddy melihat putrinya.

"Ayo dad, katanya telat. Ini udah jam 07.30 lho"ucap vale tanpa dosa.

Daddy nya yang mendengar itu pun menghela frustasi. Anaknya ini astaga...

"Ayo berangkat."

"Ayo dad" balas vale semangat. Semangat buat ulah maksutnya vale dalam hati.

~

"Yaudah sana buruan masuk. Daddy ada meeting mendadak, nanti pulang telpon supir aja. Maaf yha vale daddy nggak bisa nganterin ke dalam" ucap daddy melas. Ia merasa bersalah karena tak bisa menemani putrinya ke sekolah.

"Iya. Gapapa." hanya itu jawaban vale. Lalu ia menyalimi daddy dan keluar dari mobilnya.

Daddy yang masih di mobil pun diam karena terkejut. Terkejut karena vale menyaliminya, walapun tanpa suara itu sudah membuat vito senang. Sudah lama sekali ia tak merasakan nya. Vito tersenyum kecil dan bergumam "putriku".
Lalu meninggalkan area sekolah.

Vale kini berjalan di koridor yang sepi. Karena jam pembelajaran sudah di mulai 15 menit yang lalu. Dia ingin menuju ke ruang kepsek. Saat dia berjalan di koridor dekat lapangan tiba tiba saja ada suara teriakan dari samping lapangan.

"Awass!!" peringat seseorang. Namun terlambat, sebuah bola voli mengenai samping kepala vale.

"Bangsat" umpat vale sambil memegangi kepala yang terkena bola volly.

"Aduhh maaf, tadi aku udah kasih tahu kamu tapi kamu gak denger sih" suara seseorang yang tiba tiba di depannya. Vale tak menggubris kata kata cowok itu. Dia menunduk memegangi kepala nya yang nyut nyutan.

Sedangkan cowok itu menunduk mengambil bola voli yanh menggelinding di bawah. Saat ia beranjak dan vale pun mendongak. Jadi tatapan mereka bertemu.

"Waw Indah banget matanya"  batin cowok  itu setelah menatap bola mata gadis di depanya.

Vale? Di malah menatap datar makhluk di depannya. Tapi lain di hatinya, dia udah dongkol karena kena lemparan bola voli.

"Anzeng, baru masuk aja udah di sambut"  batin nya.

Lalu tanpa sepatah kata pun vale pergi meninggalkan cowok itu.

"Ihh cantik deh. Kok deg degan yha aku" gumam cowok itu sambil memegangi dadanya yang bergemuruh. Lalu cowok itu tersenyum manis. Senyum sendiri dan membayangkan mata indah yang menatapnya datar tadi.

"Dia harus jadi milik ku" ucapnya dalam hati.

Bersambung...
.
.
.
.
.
.

Badgirl X GoodboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang