14

339 29 31
                                    


"Loh, Vale mana kok gak ada?" Tiba-tiba Varo kembali dengan muka bingung pasalnya Vale sudah tidak ada.

Axel dan Gino hanya saling melirik, "gatau gue." Jawab Gino.

"Kan tadi barengan sama kita masa gatau sih." Gerutu Varo. Axel dan Gino hanya menghela nafas.

"Lo tadi kemana? Kok lama amat." Tanya Axel tanpa mengindahkan pertanyaan Varo. Sedangkan Varo dengan muka masam nya menjawab,

"Tadi aku diajak ke taman malahan, Diana minta tolong buat diajarin matematika." Jawab Varo dengan sejujurnya. Sebenarnya dia sendiri juga tidak menyangka bahwa Diana akan meminta tolong padanya. Ingin sekali menolak, namun gadis itu membawa-bawa nama olimpiade untuk sekolah. Jadi mau tak mau Varo membantu Diana belajar.

"Diakan pinter ngapain harus sama lo?"

"Mana aku tau, Vale mana sih?" Tanya Varo kesal.

Dengan kesal Gino menjawab, "Hadeh gue nggak tahu, gue punya nya tempe!"

Mendengar jawaban itu Varo mendengus kesal, "Bodo ah, mending aku cari." Ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan Gino dan Axel.

"Kita ngikut aja." Saran Axel.

"OGHKEY!"

×××

Disisi lain ketiga cewek itu pun dapat keluar melalui tembok belakang dengan aman, dan sekarang tujuannya hanya satu, tongkrongan Nathan.

"Hadehh, kalo kayak gini mending kita suruh jemput sepupu lo aja Le!" Ujar Sani duduk di pinggiran trotoar yang pasti jauh dari lingkungan sekolah.

Vale hanya mendengus kesal, menyibukkan diri dengan menendang-nendang kerikil di sekitar kaki nya.

"Kalo tau begini ya gue dari tadi nggak milih kek gini." Gerutu nya. Sedangkan Resya satu-satu nya orang yang sibuk dengan mengangkat ponsel yang ia bawa.

"Bangsat, kertu empaty emang bangsat! Mana gak ada sinyal anjing!" Dengan dongkol Resya berjalan mondar-mandir guna mencari sinyal.

"Lo kan kere, mana ada kuota lo?"

Dengan kesal Resya menjengit rambut Sani. Membuat Sani mengaduh sambil misuh-misuh.

Oke, keadaan mereka sangat mengenaskan. Setelah keluar dari sekolah mereka memutuskan naik angkot untuk menuju ke bescamp Nathan, karena tergiur ucapan Sani yang malah membuat mereka bertiga terjebak di jalanan sepi karena angkot nya mogok.

"Ayo lah naik angkot sekali-kali, gue jamin seru deh! Itung-itung jadiin kenang-kenangan yang seru!" Ucap Sani kala itu, dan sekarang...

"Seru ndasmu!" Batin Vale dan Resya kesal ketika mengingat rayuan sesat Sani. Sungguh menyesal karena harus termakan hasutan setan kelas teri macam Sani ini.

Sedangkan tak jauh dari mereka angkot nya masih ada, sopir nya meminta semua penumpang turun dan meminta maaf karena angkotnya macet.

"Gimana nih, sinyal gue busuk nih, nggak bisa buat WA nih." Ucap Resya menyerah.

"Hape gue low..." Cicit Vale meratapi nasib nya. Menyesal juga dia karena memaksa baterai hp nya yang tinggal separo malah buat nge-game. Double sial.

"Gue nggak bawa hape..." Kata Sani melas.

Mereka sudah seperti anak TK yang lupa jalan pulang, dengan tampang lempeng masing-masing ditambah seragam mereka yang kucel sangat memperihatinkan. Duduk dipinggir jalan, tinggal mengadahkan tangan saja pasti di kira gembel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Badgirl X GoodboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang