Langit mendung seperti hati Brian saat ini, masih terisak dipelukan lelaki gagah disampingnya meratapi gundukan tanah basah didepannya.
Ya ibu tercintannya meninggalkan dirinya didunia yang kejam ini, pergi menyusul ayahnya kesurga.
"Sudah dek jangan menangis seperti ini terus, masih ada daddy yang jagain adek." Ucap lelaki gagah disampingnya tersebut seraya mengelus pelan bahunya.
Brian yang masih sesenggukan mengangguk lemah mendengar ayah tirinya berucap, ya ayah tiri. Tiga bulan yang lalu mamanya menikah dengan lelaki gagah disampingnya ini menggantikan posisi papa yang telah menuju surga terlebih dahulu, sampai sekarang sudah tujuh tahun lamanya.
"Se-sekarang Brian gak punya hiks..."
"Brian kamu masih punya om Albrecht kan?" ucap seorang lelaki tinggi bernama Miki, teman sekolah Brian yang saat ini ikut menenangkan Brian saat ini.
Brian dipapah daddy-nya menuju mobil meninggalkan lokasi penakaman mamanya untuk pulang kerumah, tubuhnya lemas tak bertega, Brian tampak linglung saat ini dengan mata bengkak serta wajah pucat. Bibirnya masih bergetar menahan isakkan yang akan keluar.
Brian duduk dikursi penumpang bersama sang daddy disampingnya, kepalanya ia sandarkan pada bahu kokoh lelaki gagah tersebut seraya memejamkan mata lelahnya. Albrecht daddy tiri Brian dengan sayang mengusap lembut kepala Brian supaya anak tersebut nyaman dipelukannya.
Sesampainya dirumah, Brian yang tertidur digendong Albrecht menuju kamarnya.
Dikecupnya sayang dahi anak tirinya tersebut setelahnya ia menegakkan tubuhnya seraya menanggalkan jas hitam dan melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya.
Sekilas Albrecht melirik Brian dengan seringaiannya, mendengus seraya mengusap leher bagian belakang miliknya. Mendekat kearah Brian dengan mendecih pelan.
Dibelainya wajah pucat Brian yang kini bernafas dengan teratur seraya mendekatkan wajah tegasnya perlahan. Diciumnya perlahan pipi kanan Brian dilanjutkan ia mengecup bibir mungil merah menggoda milik anak tirinya tersebut.
"Brian..." bisiknya ditelingga Brian cukup lirih, namun masih dapat mengganggu tidur Brian hingga Brian memalingkan wajahnya kesamping, menyamankan tubuhnya. Albrecht tersenyum geli melihat tingkah Brian yang menurutnya sangat menggemaskan.
Albrecht menegakkan tubuhnya, dia mengambil smartphone miliknya yang berasa disaku celana.
Mengechek email dan membalas seperlunya yang menurut Albrecht penting dan menghubungi sekertaris cantiknya.
"Selamat siang Mr. Ann." Sapa suara merdu seorang wanita ketika sambungan telephone yang dimulai Albercht sudah terhubung.
"Tyas, kau handle saja semua jadwalku hari ini hingga besuk."
"Baik Mr. Ann, akan tetapi besuk ada rapat dengan Mr. Sucipto tentang gedung yang-"
"Istriku baru saja meninggal dan kau tau arti kata menghandle bukan?!"
"Ba-baik Mr. Ann maafkan saya."Albrecht mendengus seraya mematikan panggilan secara sepihak.
"Dad, are you ok?" Albrecht menoleh menatap Brian yang tengah duduk seraya mengucek matanya."Apa daddy mengganggu tidur siang adek?" Brian menggeleng sebagai jawaban, dia mendekat kearah daddy-nya. Memelukny erat dengan tubuh bergetar, Brian tengah menangis.
"Hey! Adek kenapa hm?"
"Apa hu-huks~ daddy akan meninggalkan Brian, setelah mama...."
"Menurutmu bagaimana?" ucap Albrecht dingin, tubuh Brian menegang dipelukan ayah tirinya dengan perlahan Brian menjauh dari sang daddy.
Brian menatap ayah tirinya dengan linangan air mata serta tubuh yang bergetar hebat.
"Sudah adek tidur lagi ya, daddy mau kebawah."
"Daddy! Bri-brian mau ikut mama!!" teriak Brian dengan nada frustasi, dengan wajah mengeras Albrecht mendekati putra tirinya tersebut dan mencengkram lengan kirinya keras, Brian meringis dibuatnya.
"U-uh sakit daddy uuhh nh~"
"Adek Brian nakal, seharusnya daddy harus menghukum adek. Tapi karena masih banyak tamu adek aman." Ucap Albrecht berbisik pelan ditelinga Brian, Brian masih sesenggukkan. Daddy itu kalau menghukum dirinya tidak main-main, dulu sebelum menikah dengan mamanya, dirinya pernah dihukum membersihkan kolam renang seorang diri dan diawasi langsung oleh Albrecht. Mamanya diam saja karena memang menurut beliau dirinya salah.
"Uh- uhuhu eng hiks.. Brian kepengen ikut mama huks~ karna daddy gak mau sama Brian.. Brian udah gak punya siapa-siapa." Isak tangis Brian membuat Albrecht tersenyum seraya mengelus punggung Brian pelan, menenangkan.
"Daddy disini, sama adek." Brian yang mendengarnya langsung saja memeluk tubuh kekar didepannya itu cepat. Ada kelegaan dihatinya ketika daddynya berkata seperti itu.
Ya memang dia akui dia lelaki dan sudah cukup dewasa, tetapi dia cengeng dan penakut. Sedari dulu dia hanya mengikuti homeschooling dan baru SMA dia ikut sekolah umum. Dia adalah anak mama yang sangat manja. Anak penurut yang disayang mamanya.
Setelah mamanya tiada dia merasa hilang pegangan dan merasa kalut, dia takut akan kenyataan yang sudah terjadi didepan matanya.
Pelukannya pada tubuh besar daddy nya ia pererat, Brian takut daddy-nya meninggalkan dirinya seorang diri. Walaupun Albrecht hanya ayah tiri, akan tetapi Brian menyayangi Albrecht secara tulus.
Albrecht meraih botol kaca kecil runcing diatasnya dari laca nakas dikamar miliknya tersebut, dengan perlahan ia dekatkan kearah indra penciuman Brian, sekali tekan bagian atas yang runcing tersebut patah dan membuat tubuh kecil Brian lemas dan jatuh kepelukan Albrecht.
"Tidurlah sayang. Daddy akan segera kembali."
:)
![](https://img.wattpad.com/cover/171544825-288-k760576.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Daddy [Boys Love]
RomanceBrian anak SMA manja yang kini hanya tinggal bersama Ayah tirinya. akankah hidupnya bahagia? ataukah kesengsaraan yang ia dapatkan? Step Daddy🔞 by NekoEro Original Character