S T E P D A D D Y
©NekoEro
-2019-
Albercht Brian
OC
Warning : cerita BL/YAOI
Typo aktif
Absurd
♥
♥
♥"Brian gak mauuu ditinggal hiks!!!" pekik Brian saat sekretaris Daddynya keluar dari ruang kerja yang berada dirumahnya dengan membawa koper dan beberapa dokumen yang Brian sendiri tidak tahu apa isinya.
"Tu-tuan Brian.. aduh kenapa nangis?" panik Tyas saat melihat Brian penuh air mata dipipinya saat menatapnya. Didekatinya lelaki kecil tersebut, dengan wajah cemasnya Tyas meletakkan barang yang ia bawa diatas sofa dan mulai menenangkan anak bossnya itu.
Brian terisak hingga wajah imutnya berwarna merah, bahunya bergetar. Tyas dengan sayang mengelus pelan lengan Brian, mencoba untuk menenangkan anak SMA tersebut.
"Ssshh~ jangan nangis kan udah gedhe.." ucap Tyas pelan, suaranya terdengar sangat lembut ditelinga Brian. Brian menggeleng ia menunduk malu.
"Sudah-sudaah, jangan nangis."
"Kau apakan anakku, Tyas?" suara dingin Albercht membuat tubuh Tyas menegang, dengan gerakan pelan kepalanya menoleh kesumber suara. Dilihatnya Albercht tengah menatap tajam dirinya, Tyas menelan ludah, tangannya sudah ia jauhkan dari tubuh Brian yang kini terdiam dengan kepala menunduk.
"An-anu Mr. Ann sa-sa...."
"Bicara yang jelas." Potong Albercht masih dengan suara yang terdengar mengancam ditelinga Tyas.
"S-sungguh saya tidak tahu apapun." Jawab Tyas cepat.
Albercht berjalan mendekati Brian, Tyas dengan cepat berdiri menjauh dari Brian. Sungguh saat ini jantungnya berdebar kencang karena takut.
Brian memang masalah bagi karir dan kesehatannya. Rasanya Tyas ingin menangis saja, kenapa ia harus mendapati Brian yang tengah menangis. Walau ia tidak tahu apapun jika dimata Albercht ia bersangkutan dengan Brian hidupnya tidak akan aman.
"Adek kenapa hm?" Albercht yang kini telah menyamankan dirinya disamping Brian, merengkuh tubuh kecil yang kini tengah bergetar karena isak tangisnya, dengan sayang Albercht mengangkat tubuh Brian kepangkuannya. Brian dengan cepat menyembunyikan wajahnya didada bidang sang Daddy yang kini mengelus rambutnya pelan.
"Jawab Daddy, adek kenapa nangis hm?" tanya Albercht pelan, dirasakannya kepala Brian menggeleng didadanya. Albercht menaikkan sebelah alisnya heran. Beberapa detik Albercht terdiam, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa sang anak bisa ngambek hingga menangis seperti ini.
Albercht menghela nafas, ia melirik Tyas yang berada tak jauh darinya, menunduk seraya memainkan ujung baju yang ia pakai
"Jika adek tidak mau menjawab, Daddy akan pecat Tyas." Suara datar Albercht membuat keduanya mendonggak.
"Hiks~ Daddy jangan galaaak~~" isak Brian menjadi.
"Daddy tidak suka anak Daddy disakiti orang lain."
"Daddy yang nakal hiks~" Albercht mengerutkan keningnya mendengar jawaban Brian. "Huh?" respon Albercht.
"Daddy nakal, adek mau ditinggaliiin hiks.." Brian terisak seraya memukul dada Albercht.
"Siapa yang mau ninggalin adek hm?"
"Daddy hiks itu bawa koper segala, Brian mauu ikuut~" isakan Brian bertambah keras.
"Daddy kerja dan adek harus sekolah." Jawab Albercht kalem dengan tangan tidak berhenti mengelus pelan bahu gemetar Brian.
Brian menggeleng, tangannya menyengkram lengan jas yang dipakai Daddynya erat. "Adek gak mau sekolah kalau gak diantar sama Daddy!" pekik Brian, sungguh Brian terlihat kecil direngkuhan tubuh besar Albercht walaupun tubuhnya menghentak-hentak karena emosi akan tetapi Albercht masih diam tidak terpengaruh akan gerakan yang dibuat anaknya tersebut.
"Bukankah Daddy selalu antar adek?"
"....."
"Bahkan Daddy beberapa hari ini selalu menunggu adek hingga pulang." Lanjut Albercht kala Brian tidak meresponnya.
"Hiks~ adek gak mau ditinggal!!"
"Jadi Daddy harus diam disekolah adek dan mengabaikan ribuan karyawan Daddy yang perlu uang untuk makan keluarganya?" tanya Albercht mencoba bersabar menghadapi anak manjanya ini. Ia menghela nafas masih dengan tangan yang mengelus-elus bahu Brian. Memang semua kemauan Brian selalu ia dan mendiang istrinya turuti, apapun yang Brian inginkan, kapanpun yang Brian mau, selalu terpenuhi. Menjadikan Brian pribadi yang manja dan tidak bisa apa-apa, penakut dan cengeng.
"Coba adek tanya pada Tyas, berapa jumlah keluarganya yang harus ia beri makan?"
"A-ada ayah ibu satu kakek dan 3 adik yang masih sekolah Mr. Ann." Jawab Tyas tanpa menunggu respon dari Brian.
"Jika kau hari ini kupecat, apa yang akan kau lakukan."
"M-mr. Ann jangan pecat saya, sekarang ini mencari kerja sangat sulit."
Brian memukul-mukul Daddynya, dengan pipi yang terlihat basah karena air mata.
"Adek jangan pukul Daddy terus." Ucap Albercht seraya menangkap tangan kecil Brian yang sedari tadi memukulinya, lama-kelamaan pukulan Brian cukup terasa.
"Brian gak mauu ditinggal tapi Brian gak mau Kak Tyas dipecat sama Daddy hiks~" isak Brian, tubuhnya masih bergetar karena tanggisannya. Sebelah tangannya yang digenggam Albercht dia ayunkan keras namun tidak membuatnya terlepas begitu saja.
"Lalu adek maunya bagaimana?" tanya Albercht seraya menghela nafas, dirinya masih mencoba bersabar.
Brian menggeleng, ditatapnya sang Daddy dengan mata basahnya. Wajah cemberut Brian terlihat sangat manis dimata Albercht saat ini, hingga wajah dingin itu tak bisa menahan senyum walaupun hanya beberapa detik itupun sangat tipis hingga Brian sangsi jika Daddynya tersenyum.
Dengan wajah manyun Brian mencubit gemas pipi Daddynya dengan sebelah tangannya yang bebas dari genggaman Albercht.
"Daddy gak boleh cemberut!" pekik Brian
Albercht sudah tidak bisa menahan kegemasan yang sedari ia coba tahan, dengan cepat ia merengkuh Brian dalam dekapannya, membuat tubuh kecil Brian tenggelam dalam tubuh besar sang beruang.
"Uhhh~ Daddy lepas iih~"
"Astaga adek kenapa bisa seimut ini hm???" ucap Albercht yang masih gemas dengan tingkah 'anaknya' tersebut.
"Adek lagi ngambek ih~" pekik Brian lagi kali ini suaranya teredam karena dekapan Albercht yang cukup erat.
"Daddy harus minta maaf?" tanya Albercht yang langsung diangguki Brian, Albercht tersenyum dan menundukkan sedikit kepalanya untuk mengendus leher Brian. Brian yang merasakan geli diarea lehernya menggeleng-gelengkan kepalanya dan mencoba membebaskan tubuh kecilnya dari rengkuhan sang Daddy.
"Le-lepaaass Daddy~"
Brian merasakan kepala sang Daddy menggeleng disela lehernya dan hal tersebut menambah rasa geli bagi Brian.
"Iiih geliii~" ucap Brian setengah berteriak, membuat Tyas yang masih disana hanya diam tanpa berani menginterupsi bossnya yang ah sulit untuk Tyas jelaskan.
"Lepasssiiin Daddy, Briian ah~ jangan ditiupiiiin ih~"
"Biar saja, adek nakal soalnya." Jawab Albercht cuek.
:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Daddy [Boys Love]
RomanceBrian anak SMA manja yang kini hanya tinggal bersama Ayah tirinya. akankah hidupnya bahagia? ataukah kesengsaraan yang ia dapatkan? Step Daddy🔞 by NekoEro Original Character