Aku adalah seorang gadis biasa. Gadis yang masih belum memasuki usia legal. Umurku masih 18 tahun dan aku hanya seorang mahasiswi disalahsatu universitas besar lainnya di Seoul. Aku memilih fakultas Biologi.
Tidak. Aku tidak tertarik dengan dunia-dunia pengetahuan alam seperti itu. Aku terpaksa karena tuntutan dari orangtuaku yang menginginkan masa depan terbaik untuk anaknya. Dan karena aku bukan tipe anak yang 'durhaka' jadi aku menuruti kemauan orangtuaku.
Aku sendiri bukan tipe seorang mahasiswa yang rajin. Aku suka membolos, ketiduran, bahkan absen dari jadwal kuliah sendiri. Seminggu mungkin 2 kali absen ku bolong. Jujur, aku tidak suka merasa tertuntut begini. Sudah dituntut orangtua, ditambah lagi tuntutan mata pelajaran. Aku pusing, semuanya memenuhi isi kepalaku jadi kutuntaskan dengan cara tidur atau membolos.
Kondisi ku yang jauh dari pengawasan keluarga mendukung 'kebebasan' ku. Tapi tenang, aku bukan gadis yang liar, seks bebas, narkoba, ataupun club bukanlah list dalam kehidupanku. Hidupku monoton. Berawal dari bangun tidur, kuliah, pulang, tidur, terkadang nongkrong bersama teman kampusku yang lain. Ya sungguh monoton sekali kehidupan seorang gadis berumur 18 tahun ini.
Tapi kehidupan tenang ku yang monoton berubah. Air yang semula tenang menjadi gelombang yang cukup besar. Sekiranya seperti itulah perumpamaan kehidupan ku semenjak tau siapa 'mereka' dan hadirnya 'mereka' di hidup ku.
Awalnya bermula dari sini. Hari ini. Pagi ini. Di Bumi ini. Iya tidak mungkin di planet Mars kan?
•••
"Hei! Sedang apa kau?" seorang gadis menepuk pundak ku lumayan keras. Yeri. Dengan senyuman lebarnya. Membuat ku kaget dan menatap tajam kearahnya. "Kamu punya mata, jadi pasti tau apa yang sedang kulakukan sekarang." ucapku dingin tanpa menoleh kearahnya.
Dia menyengir lalu menyenggol pundakku. "Iya iya gadis kecil, aku punya mata dan sekarang melihat apa yang sedang kau lakukan."
Jika sedang menggodaku, dia selalu memanggilku dengan sebutan gadis kecil. Ya memang, aku gadis kecil. Diumur 18 tahun remaja kebanyakan baru lulus ujian sekolahnya, sementara aku diumur 18 sudah memasuki semester 2.
"Key, apa kamu melihat si rambut mi itu? Aku seharian keliling fakultas mencarinya dan hasilnya nihil. Dia menghilang bagai ditelan bumi." tanya Yeri, telinga ku celinguk mencari keberadaan Yuqi, si gadis berambut keriting yang selalu Yeri panggil dengan sebutan si rambut mi.
Aku menggeleng. "Aku juga tidak melihatnya, lagian sadarlah Yeri, kami berbeda fakultas. Jadi percuma saja kau menanyakannya padaku,"
Yeri langsung menepuk jidat nya. Tanda bahwa dia lupa dan menyadari kesalahannya. "Mungkinkah dia bolos?" tebak Yeri.
Aku yang sibuk berkutat dengan tugasku langsung menatap Yeri. "Sadarlah Yer, bagaimana mungkin Yuqi bolos sedangkan nilai IP nya 3,8."
Yeri cengengesan. "Hehe benar juga ya? Lalu kemanakah dia sekarang?"
"Ada urusan apa kamu mencarinya? Seakan-akan ada hal penting yang ingin kamu bicara kan?" tanya ku tanpa menatap wajah Yeri. Mataku masih fokus membaca buku tebal materi biologi.
"Si lelaki laknat bernama Lucas kembali membuat masalah denganku. Dan dia akan mengembalikan kunci mobilku jika aku dapat menemukan keberadaan Yuqi hari ini." sungut Yeri. Wajahnya terlihat emosi, menahan kekesalan terhadap seorang cowok bertubuh bongsor bernama Lucas. Notabenenya sebagai kekasih Yuqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Destiny ❨ J ❩ UPDATED SEASON 2
Fanfiction❨ on going season 2 ❩ "Who are you?" Our destiny has begin and only you can change what happen in the past is will be happen again in the future. but what if when you doubt your path of destiny? Jangan lupa votement:D ⚠anti plagiarism⚠ Started seas...