3

7.7K 764 52
                                    

"Ha?" aku mengerutkan kening mendengar perkataan Mark.

"Ya, aku seperti pernah melihat ini. Mata seseorang yang mirip sekali dengan ini." tunjuk nya pada leherku.

"Tapi sudahlah, itu hanya firasat ku." ucap Mark akhirnya. Aneh, cowok ini terlihat menyembunyikan sesuatu.

"Pergilah! Atau kau tidak dapat makan malam ini!"

"Yak! Siapa pemilik sebenarnya rumah ini? Dasar tidak tau diri!" bentakku kesal.

Mark hanya mengedikkan bahu tidak peduli.

"Whatever! Now go or you never get some food tonight!"

"Fuck off!"

Aku langsung menutup pintu dengan kasar. Meninggalkan laki-laki menyebalkan berumur 20 tahun itu.

Aku menuju minimarket 24 jam yang terletak tidak jauh dari apartemen ku. Cukup kutempuh dengan berjalan kaki dalam waktu 15 menit.

Suhu malam ini lumayan dingin, aku mengeratkan sweater kebesaran milik Mark pada tubuhku. Berusaha mencari rasa hangat. Kulirik jam tanganku, masih pukul 7 malam. Pantas saja keadaan jalanan disini cukup ramai. Banyak kendaraan berlalu lalang. Biasanya jika sudah larut malam keadaan dijalan ini cukup sepi, bahkan mendekati sangat sepi. Mungkin karena ini jalan belakang yang tidak terlalu dilalui banyak orang. Letak apartemen ku memang berada di komplek yang cukup sepi.

Aku memasuki minimarket 24 jam itu. Tanganku meraih beberapa barang yang dibutuhkan oleh Mark untuk memasak, bahan untuk beberapa hari kedepan, dan beragam cemilan malam untukku. Kuborong sekitar 10 bungkus ramyeon untuk persediaan makanan, sosis dan rumput laut kering, lalu beberapa liter susu pisang kotak, dan satu buah semangka. Aish kusadari barang bawaan ku kali ini cukup berat.

Setelah membayar dikasir depan, aku membawa kardus berisi barang belanjaan ku dengan tergopoh-gopoh, aku benar-benar merutuki diriku kenapa tidak membawa mobil saja kesini jika tau barang belanjaanku seberat ini.

"Hei!"

"What the shit!?!"

Aku terkejut dan spontan mengumpat. Seseorang mengagetkanku dengan cara menepuk pundak ku dari belakang. Sialan. Untung aku tidak menjatuhkan barang belanjaan ku.

"Kasar sekali mulutmu." tegur nya. Aku langsung menoleh kearah nya.

Seorang cowok yang baru ku kenal siang tadi. Rambut coklat hazel, kulit putih pucat, bibir merahnya yang merekah, dan bola mata biru indahnya itu. Tentu saja aku ingat. Dia malam ini berpakaian kasual, hanya celana ripped jeans dan sweater hitamnya. Tampan, eh?

"Jaemin."

"Terkejut?"

"Kau bodoh? Tentu saja!"

Cowok satu ini lebih parah dari Lucas ternyata. Kukira dia cuek dan dingin, tapi melihat nya sekarang, aku tarik kembali ucapan ku barusan.

"Maaf."

"Hm."

Setelah itu keheningan, aku sebenarnya ingin pulang langsung karena tanganku mungkin akan patah jika berlama-lama disini.

"Sepertinya kau terlihat kesusahan?" tanya Jaemin dengan wajah bodohnya.

Aku menatapnya kesal. Ingin rasanya aku berkata "of course, dumb boy! Are you haven't eyes?" Tapi kuurungkan saja berhubung kami masih dalam hubungan orang asing. Mungkin.

"Ya begitulah." jawabku singkat.

Lalu sepersekian detik berikutnya, Jaemin sudah merangkul kardus yang sebelumnya berada di tangan ku.

Bloody Destiny   ❨ J ❩ UPDATED SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang