5

6.2K 668 23
                                    

Malam ini aku pergi ke kampus untuk menghadiri kelas tambahan. Aku mengambil kelas tambahan Sejarah. Emm.. Semacam mempelajari sejarah, mitos, legenda seperti itulah.

"Cepatlah Key! Kenapa begitu lama?! Aku harus kembali secepatnya ke apartemen ku." seru Mark saat aku menghampiri nya di parkiran basement.

Aku sengaja menebeng Mark. Malas rasanya mengendarai mobil dimalam hari, penglihatan ku sedikit terganggu. Sementara Mark malam ini kembali ke apartemennya sendiri setelah 3 malam ini dia menginap di apartemen ku.

"Sabar!" bentakku kesal lalu masuk dahulu kedalam mobil biru milik Mark.

Dalam satu menit kedepan, mobil Mark sudah menyusuri jalanan padat Kota Seoul dimalam hari.

"Kamu udah bawa inhaler kan?" tanya Mark was - was, semenjak kejadian akhir-akhir ini dia menjadi lebih protektif sekali.

Ya aku memang penderita asma sejak umur 7 tahun. Hidupku tergantung sebuah alat kecil bantu pernapasan bernama inhaler. Mark sendiri memang suka menjahiliku dan beberapa membuat asma ku kambuh. Dia memang hooby sekali mempermainkan penyakit ku. Hmm.

"hm, sudah." ucapku singkat. Mataku berfokus pada sebuah novel yang cukup tebal. Serial Twillight Saga pemberian Mark saat aku berulangtahun yang ke 17.

"Kau belum tamat membacanya?" tanya Mark sekilas melirik kearah ku.

"Ini panjang dan tebal, tentu saja membutuhkan waktu lama untuk menamatkan ceritanya." jawabku tanpa menoleh kearahnya.

"Aneh, kok kamu suka sih sama cerita begituan?"

"Aneh juga kok kamu mau sih beliin aku novel begituan?" balasku. Membuat Mark mengacak-acak rambutku karena gemas.

"Gimana alur ceritanya?" tanya Mark penasaran. Aku langsung menoleh kearahnya. "Loh, kamu nggak pernah nonton film ini ya? Kan udah dirilis duluan."

"Am i look care Abou this film, little girl! The answer is no!"

Aku memutar bola mataku malas. Sifat cuek dan bodoamat Mark memang membuatku selalu jengah.

"hm, whatever. I don't care about your attention. But why you always call me little girl?" tanyaku heran. Mark selalu memanggilku gadis kecil ataupun baby girl. Aku tidak peduli awalnya tapi sejak remaja, panggilan Mark bisa membuat some people misunderstand.

"Nggak tau, namanya juga refleks. Terbiasa dari kecil bawaannya sampai sekarang." kata Mark dengan entengnya.

"Ya kamu enak bilang gituan, tidak nyamannya sama aku yang selalu digosipin aneh-aneh sama kamu." sungutku kesal.

Mark hanya terkekeh. "Biarin, biar saja mengalir seperti air. Hidup kan tidak melulu soal air mengalir, ada pasang surutnya juga. Sama kayak kamu, kamu dibilang begitu jangan berkecil hati seharusnya bangga bisa pacaran sama cowok seganteng aku."

Aku yang awalnya terkesiap mendengar kata-kata bijak Mark, langsung terjatuh ke dasar laut mendengar penuturan katanya yang over percaya diri. Cih.

"Kita sepupuan, nggak boleh pacaran." Elakku.

"Lah, siapa bilang nggak boleh? Kita sepupuan bukan saudaraan, jadi sah-sah aja dong. Bahkan kamu katanya mau jadi istri aku?" goda Mark sambil tersenyum menyeringai. Tau sekali dia kelemahan ku.

"Aku mau punya suami yang pintar, satu ras sama aku terus rajin masak. Biar ngimbangin aku yang pemalas gini." ucapku sambil menyengir.

"Unfortunately you're not my type," seru Mark dengan santai nya. Aku langsung memberengut kesal.

Bloody Destiny   ❨ J ❩ UPDATED SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang