4. Curiga

195 42 14
                                    

Haii! Aku cuma mau bilang terima kasih sudah membaca karyaku, ini hasil revisi ya. Soalnya yang tulisan 2019, benar-benar gak jelas. Terima kasih juga untuk readers lama yang masih bertahan, terima kasih readers baru yang sudah mau baca ini, walau ceritanya gak gak jelas.

Okaay! Aku ingetin, jangan lupa comment di setiap momen yang menarik perhatian kalian yaa! Biar gak sider sider amat hehe, jangan lupa vote dan share ke teman-teman kalian jugaaa yaaa.

Happy reading🌸

-----------------

Bella menatap hampa suasana kota dengan julukan Kota Bunga, hari ini. Hujan kembali mengguyur Bandung, bukan membuat dirinya tenang malah semakin dirundung oleh pikiran-pikiran negatif. Gadis ini duduk di balkon, sambil menghirup vape rasa vanila untuk menghangatkan dirinya.

Bagi Bella, vape itu mampu menenangkan dirinya. Ia juga menggunakan vape secara sembunyi dari mamanya, karena pasti wanita itu akan memarahinya. Ke club saja, Bella sering berbohong, bahkan jika mengatakan yang sebenarnya Bella berjanji tidak minum alkohol, namun semuanya dusta.

Ia terus saja melamun, hingga pandanganya menengadah ke pagar rumahnya. Gadis ini langsung membulatkan matanya melihat siapa yang berada di depan gerbang. Ah dia?

Bella segera menghentikan aktivitasnya, dan berlari menuruni anak tangga untuk menuju ke pagar. Walau jarak pintu utama lumayan jauh dengan pagar, tetapi Bella tetap saja ingin menghampiri seseorang itu.

"Pak, orang disini mana ya?" tanya Bella ke satpam rumahnya.

"Siapa non? Orang gak ada siapa-siapa dari tadi," ujar pak Gagan.

"Ah masa iya? Ada loh pak, cewek rambutnya sebahu, kulitnya sawo matang gitu," ujar Bella menjelaskan, membuat satpam yang disapa pak Gagan ini menyerngit kebingungan.

"Saya serius loh non, gak ada siapa-siapa. Non bisa cek sendiri di ruang cctv." Bella mengangguk kemudian kembali berlari kedalam rumah untuk mengecek cctv.

"Kamu itu kenapa sih nak?" tanya Alesha yang dari tadi hanya mengamati putrinya yang tampak tergesa-gesa keluar dari rumah, bahkan rela menembus hujan.

"Ma, tadi gak lihat gak? Ada cewek rambut sebahu depan gerbang rumah kita? Dia ngelambain tangan ke aku, aku ingat dia yang pernah aku marahin di sekolah," ungkap Bella.

"Gak tau, mama kan gak lihat pagar."

"Tau ah, aku mau ngecek di cctv." Bella melangkahkan kakinya ke ruang cctv, yang ternyata disusul oleh Alesha.

"Lah? Kok gak ada? Tadi aku liat kok," ujar Bella bingung. Alesha kembali menggelengkan kepalanya melihat prilaku Bella akhir-akhir ini.

"Bella sayang, sudah dua kali kamu bertingkah seperti ini. Pertama Iqbaal dan sekarang yang ini. Gak ada sama sekali Bel," ujar Alesha, kebingungan sendiri.

"Ma, tapi Bella merasa lihat orangnya," gerutu Bella.

"Kita ke psikiater yah nak, mama takut kamu lagi -"

"Bella bukan orang gila ya Ma!" Bella lalu berjalan meninggalkan mamanya.

"BELLA! DENGERIN MAMA! KE PSIKIATER ITU BELUM TENTU GILA!" teriak Alesha agar Bella mendengarnya, rupanya gadis itu malah semakin mengabaikan teriakan mamanya.

Brakkk

Bella membanting pintu kamarnya sangat keras, ia mengunci kamar itu rapat-rapat.

"AKHH! NGAPAIN GUE HARUS KE PSIKIATER? GUA GAK GILA!"

IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang