"Udah lama nunggunya?"
"Hei Bel?!" Iqbaal nampak bingung, ia melambaikan tangannya ke hadapan wajah Bella. Membuat lamunan gadis ini buyar begitu saja.
"Bukannya udah?" tanya Bella.
"Ha? Lo kenapa? Sorry gue agak lama baru keluar dari ruangan, soalnya beresin perlengkapan gue dulu," ujar Iqbaal menjelaskan. Ia masih berdiri memandangi Bella yang nampak ke bingungan di posisi duduknya saat ini.
"Dan terjadi lagi," batin Bella risau.
"Iya gak papa, boleh gue nanya sesuatu sama lo?" tanya Bella yang tentunya mendapatkan anggukan dari Iqbaal.
"Tapi kayaknya gue gak bisa lama-lama, ada file osis yang harus gue print out. Gini deh, lo belajar apa habis istirahat?" tanya Iqbaal.
"Prakarya, tapi kosong," jelas Bella.
"Yaudah, kita bahasnya di kafe luar sekolah aja, sambil gue nge print tugas osis ini," ajak Iqbaal.
"Hmm, boleh. Tapi lo ngajak gue bolos gitu?"
"Bukan bolos, gue izin. Lo kan emang udah gak ada guru setelah istirahat. Tenang aja, pakai mobil gue aja. Biar gue yang izin ke satpam."
Bella mengangguk, "okay, gue ambil tas dulu."
"Kita ketemu di parkiran, mobil gue CRV merah," jelas Iqbaal.
Bella kemudian melangkahkan kakinya menjauhi Iqbaal, ternyata yang terjadi tadi hanyalah halusinasinya saja. Hal itu terasa begitu nyata bagi Bella, ketika ia berbicara pada Iqbaal, meminta maaf dan berterima kasih kepada Iqbaal, itu hanya ilusi semata.
Bella memejamkan matanya, ia berusaha menetralkan seluruh pikirannya. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Bella?
Bukan hanya sekali dua kali, Bella merasakan hal yang serupa. Namun sudah terjadi berulang kali. Terlalu banyak momen yang terasa seperti nyata, namun itu hanya ilusi semata.
"Tik gue cabut." Bella kemudian mengambil tasnya.
"Eh anjir, baru juga istirahat, udah mau balik lo. Mana dari pagi lo cuma tidur," celoteh Tika.
"Lagi ada urusan, oh nih kunci mobil gue lk aja yang bawa balik, entar supir gue yang ambil di rumah lo." Bella melempar kunci mobilnya yang ditangkap oleh Tika.
"Lumayan," ucap Tika senyum.
Bella melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke parkiran. Rupanya mobil CRV berwarna merah itu telah menyala, sudah ada pemiliknya di dalam sana. Bella kemudian membuka pintu mobil tanpa mengetuknya. Ia duduk begitu saja.
"Lain kali belajar ngetuk dulu baru masuk," ujar Iqbaal memperingati, yang hanya dibalas dehaman oleh Bella.
Mereka berdua berhasil lolos melewati keamanan sekolahnya uang begitu ketat, berkat Iqbaal dengan alasan tugas osis. Sementara Bella hanya menunduk agar dikira anak osis.
"Lo rambut berwarna gitu sadar gak sih kalau ngelanggar aturan sekolah?" tanya Iqbaal risih melihat penampilan Bella yang sangat ke barat-baratan.
"Lo sadar gak sih kalau lo ngatur?" sewot Bella menatap Iqbaal sinis.
"Gue anggota osis, sudah seharusnya gue ngejalanin aturan sekolah dengan benar," ucap Iqbaal sambil fokus menyetir mobil ke tempat tujuan.
"Urus aja osis lo, gak usah urus gue." Bella menyandarkan punggunya pada kursi mobil, menghidupkan music di mobil Iqbaal. Sementara Iqbaal hanya melihat apa yang dilakukan Bella tanpa niat mengomentari lagi.
Hingga mobil ini singgah di sebuah toko foto copy, Iqbaal turun untuk menyerahkan file tersebut. Kemudian melanjutkan perjalanan yang tak jauh dari toko tersebut, hingga berhenti tepat di sebuah kafe kekinian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi
Teen FictionKehidupan seorang remaja, yang merasa mimpinya menjadi nyata. Bingung membedakan antara mimpi dan kenyataan. Mimpi itu seolah nyata, dan kenyataan itu seolah mimpi. Gangguan depersonalisasi-derealisasi Bella Shavira, gadis yang mengalami cobaan yan...