Revisi lagi!
Happy Reading❤
Sama seperti pagi sebelum-sebelumnya, Valerie selalu menyempatkan diri sarapan dirumah bersama kedua orang tuanya beserta kakak laki-lakinya.
"Pagi semua." sapa Valerie ceria mendudukkan dirinya ditengah antara Mama serta Daniel -kakaknya- dengan Papanya yang disamping Mamanya, tentu saja.
Semua menanggapi sapaan Valerie dengan sangat manis. Valerie putri mereka satu-satunya, tentu saja ia begitu disayang serta dimanja dikeluarganya. Apalagi ia memiliki kakak laki-laki yang overprotective padanya.
"Segera makan sarapanmu, Darling. Sepertinya kamu akan terlambat, lihat pukul berapa sekarang." ujar Irene tenang sembari menyerahkan piring makanan untuk putrinya.
"Supir akan mengantarmu." lanjut Papa Valerie yang saat ini meminum kopi buatan sang istri.
Valerie menggeleng, menolak usulan Papanya itu, "tapi, Pa. Aku mau yang anter Mas Niel." ucapnya memelas menatap Papa serta kakaknya secara bergantian.
Merasa tak tega melihat wajah putrinya seperti itu, Ardian akhirnya mengangguk maklum dengan permintaan putrinya.
Toh, hanya masalah sepele, "baik. Kali ini aja ya? Kamu harus paham kakakmu itu sekarang sedang masa sibuknya mendekati akhir studinya." nasihat Ardian hati-hati takut menyinggung perasaan Valerie.
"Aku mengerti. Karena meski Mas Niel sibuk, dia nggak akan menolak permintaan adik kecilnya ini kan?" goda Valerie dengan senyum manisnya.
"Tentu saja tidak. Mas mana bisa menolak keinginanmu." jawab Daniel yang sejak tadi menyimak pembicaraan keluarganya.
Acara sarapan itu berjalan begitu cepat, Daniel yang harus mengantar Valerie lalu pergi ke kampusnya, Ardian yang sudah bersiap pergi ke kantor dengan Irene yang sibuk membereskan peralatan makan diatas meja makan.
Setelah pelukan hangat serta kecupan manis untuk kedua orang tuanya, Adik Kakak itu mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah dengan mobil mewah Daniel.
"Mas, nanti pulang jam berapa?" tanya Valerie membuka obrolan saat Daniel sibuk mengendarai mobilnya.
Sebenarnya, jarak rumahnya dengan sekolah tidak terlalu jauh. Namun Jakarta tetaplah Jakarta dengan kemacetan yang memperhambat aktivitas semua orang.
"Jam 2, maybe. I'm not sure. Why?" balas Daniel penasaran.
Valerie tampak gelisah ditempat duduknya. Ia memilin ujung roknya, kebiasaannya saat gelisah.
"Emm.." jedanya, ia menatap wajah Daniel yang sedikit melirik kearahnya, "janji jangan marah ya."
Daniel mengangguk, "santai aja." ucapnya menenangkan, "asal bukan tentang cowok." lanjutnya yang seketika membuat Valerie semakin gelisah.
Dengan keberanian yang ia kumpulkan sejak pukul enam pagi tadi, Valerie mulai melanjutkan perkataannya, "sepulang sekolah aku mau jalan sama Alvian." tuturnya dengan cepat.
Saking takutnya dengan penolakan dari kakaknya, Valerie menutup matanya dengan sedikit menggigit ujung jari telunjuknya dengan cemas.
"Nggak!" Daniel berdecak, "kan udah mas bilang, jauhin Alvian. Dia nggak baik buat kamu." Daniel sesekali menatap adiknya itu dengan wajah geram.
"Tapi dia pacarku. Masa aku harus jauhin pacar aku sendiri sih?" protes Valerie dengan polos bercampur sedih.
Kenapa sih, dari dulu Daniel tidak pernah setuju dengan hubungannya dengan Alvian? Pertanyaan itu selalu menganggunya setiap saat.
"Kamu boleh sama siapa aja, Vale. Siapapun. Asal jangan sama cowok itu." ucapnya dengan sinis.
"Tapi kenapa?" tandas Valerie menuntut penjelasan dari kakaknya.
"Ada sesuatu yang tidak perlu kamu tau, just believe me. Mas nggak mau kamu tersakiti." tegas Daniel misterius.
Jelas, Valerie menolak. Ia tidak akan begitu saja meninggalkan Alvian hanya karena kakaknya melarang hubungan mereka dengan alasan yang tidak jelas.
"Maaf, kali ini aku nggak bisa menuruti ucapan Mas. Aku bakal nurut kalau aku udah tau alasannya." putus Valerie lalu keluar dari mobil Daniel.
Pertengakaran itu membuat Valerie sedikit tidak sadar, bahwa mereka sudah berada dihalaman sekolah Valerie sejak beberapa detik yang lalu.
"Ah, shit!" murka Daniel memukul stir mobilnya dengan mata yang menatap nyalang kedepan.
Lebih tepatnya, menatap sosok Adiknya yang berada dalam rangkulan cowok yang berseragam sama dengan Valerie.
Alvian, tentu saja.
***********
Cerita baru nih hehehe
Gimana gimana? Bagus nggak?
Semoga sukaaa:v
Jangan lupa vote sama comment yaa! Biar semangat akutu nulisnya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boy
Teen Fiction[ BEBAS MEMBACA ASAL VOTE SAMA COMMENT] Hidup Valerie sempurna. Ia memiliki segalanya. Uang, kekuasaan, keluarga yang begitu meyayanginya, kakak yang sangat menjaganya. Dan tentu saja kekasih yang sangat ia sayangi. Tapi, ia seakan tak pernah bisa m...