"Cowok sialan! Pengecut! Maju lo sini!" teriakan penuh kemarahan itu berhasil membuat seluruh teman-teman Alvian takut.
Bugh!
Alvian menghajar cowok yang sudah terluka didepannya. Sudut bibir Alvian sedikit berdarah, tapi itu tidak ada apa-apanya dibanding lawannya yang sudah tegeletak mengenaskan ditanah.
"Calm, bro. Dia udah tepar. Gue rasa ini cukup." ujar Dani salah satu dari banyaknya teman Alvian.
Alvian menatap Reno yang tampak mengenaskan dengan darah yang keluar dari pelipis kanannya serta sudut bibirnya. Nafas Alvian mulai teratur, ia menatap tangannya yang sedikit lebam karena meninju muka Reno tadi.
"Sekali lagi gue liat lo goda cewek gue. Mati lo!" ancam Alvian meninggalkan halaman belakang sekolahnya yang sepi.
****
"Gila, bro! Sampe segitunya lo hajar si Reno." celetuk Bastian memukul bahu Alvian bangga.
" Dia udah nyentuh muka cewek gue. Dan beruntungnya gue liat." Alvain menanggapi dengan berdecih muak mengingat kejadian itu.
"Hm, terserah lo." komentar Dito yang paling kalem diantara mereka berempat.
Alvian, Dito, Bastian, dan tentu saja Dani. Empat cowok yang paling ditakuti disekolah ini. Siapa yang berani mengusik mereka, mati adalah ancaman bagi siapapun.
"Mending lo liat cewek lo dulu, bro. Takutnya trauma, lo tau sendiri kan cewek lo itu sensitif banget hatinya macem bidadari." seloroh Dani tanpa menatap Alvian. Matanya sibuk mengamati keadaan kantin yang selalu terlihat ramai.
Tanpa berpikir dua kali, Alvian langsung berdiri dan berlari menuju kelas Valerie.
12 IPA 3, kelas yang tak begitu jauh dari area kantin lantai 2 sekolahnya.
"Valerie mana?!" tanyanya dengan emosi pada teman sekelas Valerie yang tidak Alvian kenal.
Salah satu murid menunjuk arah perpustakaan, Alvian mengangguk singkat pada murid itu lalu berlari kearah perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolahnya terlalu luas, tapi itu tak masalah bagi seorang Alvian. Karena ia mengerti tempat biasanya Valerie membaca. Tentu saja area rak baca novel.
"Lo nggak papa?" tanya Alvian menarik novel Valerie begitu ia menemukan kekasihnya.
Valerie tampak kebingungan, memangnya ia kenapa?
"Tenang. Reno udah gue hajar." ucap Alvian bangga mengelus kerutan didahi Valerie.
"Reno?" tanya Valerie masih kebingungan, "ha?! Kamu hajar dia?!" lanjutnya syok.
Alvian mengangguk, "dengan parah."
"But, why you do that?" Valerie munutup novel dihadapannya, menatap Alvian dengan tatapan menyelidik.
Alvian menganggakt kedua bahunya sembari tersenyum miring, "pertama, dia ganggu lo." jelasnya mengangkat jari telunjuknya.
"Kedua, dia sentuh pipi lo." lanjutnya mengangkat dari tengahnya, "nggak boleh ada yang nyentuh milik Alvian." bisik Alvian lirih. Alvian mengenggam jemari Valerie lembut, mengajaknya keluar perpustakaan yang menurutnya tampak membosankan.
"Mau kemana?" tanya Valerie menghentikan langkah mereka didepan pintu perpustakaan.
"Kantin." jawab Alvian singkat, "lo pasti laper. Kalo enggak yaudah nggak papa, beli minum aja."
Berbagai tatapan mengiringi perjalanan mereka ke kantin sekolah, Valerie yang risih menempelkan wajahnya ke punggung tegap kekasihnya.
"Takut." katanya tersenyum kecil saat Alvian menoleh kearahnya.
"Ada aku," ujar Alvian menenangkan Valerie serta mengelus sekilas rambut Valerie. Menyatukan tautan tangan mereka dengan erat.
Sebenarnya ia ingin membentak siapapun yang memberikan tatapan kearah mereka. Tapi Alvian tidak bisa, karena Valerie ada bersamanya.
Ia hanya tak ingin membuat Valerie ketakutan karena amarah Alvian yang belum sepenuhnya tuntas karena menghajar Reno.
"Aku sayang kamu, Alvian." ungkap Valerie tepat ditelinga Alvian.
Alvian tersenyum kecil, membalas ucapan sayang pada kekasihnya itu. Yang mana menimbulkan rona merah pada pipi Valerie. Gadis itu semakin menyembunyikan wajah bersemunya dibalik punggung Alvian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boy
Teen Fiction[ BEBAS MEMBACA ASAL VOTE SAMA COMMENT] Hidup Valerie sempurna. Ia memiliki segalanya. Uang, kekuasaan, keluarga yang begitu meyayanginya, kakak yang sangat menjaganya. Dan tentu saja kekasih yang sangat ia sayangi. Tapi, ia seakan tak pernah bisa m...