12. Hurricane

1.7K 302 165
                                    

Background music by BGM Maker
Don't forget to play the music!

...

Are you mine tomorrow?

How about today?

.

.

.

"Apa aku harus melarang mereka menemuimu sementara waktu?"

Mikasa menggeleng, "Kurasa kau tidak perlu berlebihan begitu."

Levi mengelus pucuk rambut Mikasa tanpa sadar disertai sorot nentranya melembut. Hati yang kelu kembali damai oleh sentuhan ajaib, seperti biasa. Mikasa penasaran, apakah Levi selalu membelai istrinya begini? Ia mungkin tak pernah merasa gundah gulana lebih dari lima detik.

"Kau ingin cokelat hangat? Akan kubuatkan untukmu."

Mikasa tampaknya lebih suka meraih tangan Levi. Membimbing ia menyentuh pipi kanan Mikasa tanpa basa-basi ketimbang harus menjawab. "Kau punya tangan yang hangat. Itu sudah cukup." Mikasa melantur. Ada reaksi aneh yang menjalar dari telapak tangan Levi sehingga mata Mikasa terpejam sendiri.

Levi kehilangan suara; kata-kata. Antara terkejut dan takut. Takut jika Levi sedang berhalusinasi, atau Mikasa terlena demam musim semi. Kalau pun benar Levi berada di seberang dimensi, ia belum melupakan kata-kata tidak masuk akal Eren.

"Kau membuat Mikasa menyukaimu dalam waktu singkat"

Mendadak Levi gugup. Memang bukan waktu yang tepat untuk membahas perihal perasaan. Mengutarakan isi hati seperti remaja dimabuk cinta. Levi hanya kehilangan rasa peduli pada hal-hal lain. "Mikasa, aku—"

Mulut Levi kembali mengatup bersamaan seruak bunyi pintu terbuka.

Extricate 12 [ Hurricane ]

.

.

.

.

Kala Isabel membuka mata, yang ia cari pertama kali adalah ponselnya. Lantas merasa percuma, sebab Levi masih belum ada kabar, padahal sudah hampir dua ratus kali ia memanggil.

Isabel memerhatikan sekelilingnya. Sunyi, kosong, tanpa canda tawa, tanpa percakapan-percakapan ringan. Sejujurnya sudah lama Isabel menyadari bahwa belakangan ini, ia amat kesepian. Amat sangat. Rumah besar hanya dihuni seorang diri. Mengajak Hanji tinggal di sini sepertinya bukan ide bagus. Daripada itu, apakah sibuk harus menjadi alasan perubahan seseorang? Atau mungkin, terjadi sesuatu yang lain? Seperti—

Menerka, berasumsi buruk, tidak akan menyelesaikan masalah, Isabel tahu. Ia memilih untuk memastikan langsung. Dan di sinilah ia sekarang. Di klinik tempat suaminya bekerja. Sekadar mengafirmasi, Isabel pikir, bukan hal kekanak-kanakan.

"Beliau berada di kamar pasien, Mrs. Ackerman."

"Antarkan saya ke sana."

Melihat tatapan dingin Isabel, Rico cepat tanggap bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. Ia mengulas senyum samar. Penasaran, bagaimana reaksi perempuan mungil itu saat memergoki Levi sedang merawat pasien kesayangannya? "Baiklah. Silakan ikut saya," jawab Rico. Pasti akan terjadi drama yang seru.

Mereka berjalan beringinan bersama sunyi dan dentum-dentum pertemuan sepatu dan lantai. Sudah cukup lama sejak terakhir kali Isabel berkunjung, Rico tidak pernah menjumpainya lagi. Tetap tidak berubah, ya. Dalam hati, Rico tak henti merendahkan. Di lihat dari sisi mana pun, Isabel dan Levi bukanlah pasangan setara. Sedikitnya Rico merasa jahat—atau tidak juga. Fakta tetaplah fakta, batinnya.

Extricate [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang