15. Hollow

1.5K 287 142
                                    

Music by BGM maker
Don't forget to play the music!

Disarankan agar memakai headset/earphone/semacamnya.

...

Akhir-akhir ini seorang suster muda bernama Gabi sering mengunjungi ruangan pribadi Farlan. Entah hanya untuk berbasa-basi atau memberi sekotak makan siang. Ia seperti menganggap mereka berdua memiliki hubungan khusus? Masa, sih, Gabi menyangka rayuan gombal Farlan serius? Padahal semua orang tahu, Farlan menggombali hampir semua suster di klinik Fliedner hanya untuk mengakrabkan diri.

Dokter berambut pirang itu kini tengah berjalan menuju ruangan pribadi Levi. Mungkin perlu sedikit bercerita dan meminta saran. Bagaimana cara menjauh tanpa menyakiti? Oh, sialan, tolol juga Farlan menjebak diri sendiri di dalam situasi canggung begini.

"Dokter Farlan!"

Rasanya nyaris mustahil Gabi tidak mengganggu tiap empat jam sekali. Mau tak mau Farlan menoleh, berusaha mati-matian mengulas senyum. "Ya?" Walau ia harus mengorbankan rupa tampannya.

"Minggu ini kau ada acara? Datanglah kerumahku, ibuku bilang ingin bertemu."

Netra Farlan membeliak lebar-lebar. Sudah sejauh apa hubungan mereka di khayalan Gabi? "U-untuk apa? Ibumu ulang tahun? Apa kau mengundang yang lain juga?"

Gabi tersenyum manis. "Tidak, ibuku tidak sedang berulang tahun. Aku hanya mengundangmu. Ibu bilang, ingin melihat secara langsung calon menantunya."

"APA—" Sinting! Farlan tersedak liurnya sendiri. "Maksudku, aku bahkan bukan pacarmu. Mengapa aku harus datang sebagai calon menantu?"

"Walaupun kita tidak secara resmi memiliki ikatan, bukankah kita saling menyukai? Hubungan semacam berpacaran tidak terlalu penting untukku," jawab Gabi seraya meraih tangan kanan Farlan; bergelayut manja.

Wow! Optimistik yang terlampau bagus. Bicara apa anak berusia 17 tahun ini?

"Suster Gabi, Aku ingin meluruskan sesuatu." Farlan berusaha sesopan mungkin ketika melepas pelan-pelan pelukan Gabi. "Aku tidak menyukaimu dalam arti sebagai pasangan. Kau sudah seperti adik perempuanku. Aku minta maaf jika kata-kataku berkesan lain untukmu. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud membuatmu berharap."

Terdengar menyakitkan. Akan lebih lagi, jika dibiarkan semakin salah paham. Farlan merasa bersalah, tentu. Terlebih kala Gabi menunduk, tidak berkata apa pun selama nyaris satu menit.

Gabi menampar keras-keras pipi Farlan. Tanpa peringatan, tanpa aba-aba. "Dasar bajingan! Berani-beraninya mempermainkan perasaanku! Kau pikir kata-katamu belakangan ini hanya lelucon?!" Gabi mulai menangis. "Kau membuatku sangat senang dan sekarang menghancurkannya? Aku benci padamu!"

"Maaf, aku tidak tahu—"

"Pria sepertimu mana mungkin menganggap serius hati seseorang! Kau lebih buruk dari sampah!"

Gabi lekas berlari tunggang langgang setelah mengatakan hal yang cukup tajam, untuknya, untuk seseorang yang dikenal sebagai pria brengsek. Ya, ia memang brengsek. Farlan mengakui dalam diam sambil mengusap pipinya. Pedas tamparan perempuan tidak pernah berubah. Sakit juga, ya. Masa depan Gabi pasti cerah. Sudah bisa mendapat gelar suster di usia muda, ia juga berbakat menjadi atlet.

Farlan memiliki kebiasaan menyebalkan sejak dahulu. Tetapi Gabi tidak sepenuhnya benar. "Aku pernah mencintai dengan serius, kok. Hanya, aku tidak cukup pintar untuk membuatnya bahagia." Farlan berbisik, pelan, senyumnya mengembang pedih. "Lagipula, ia sudah bahagia sekarang."

Entah sampai kapan Farlan berhenti menyesali perbuatannya di masa lalu.

"Permisi, apakah dokter Levi ada di ruangannya?"

Extricate [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang