EPS 06

567 19 2
                                        

EPS 06

Setelah kepergian Nadia dari kamarku, kemudian Umi pun masuk ke kamarku dan duduk di sampingku, sebelum umi mengutarakan maksudnya, firasatku lebih dulu menerka jika kedatangan umi adalah ingin membahas masalah beberapa hari yang lalu.
Tampaknya kali ini umi membujuk ku, namun masih saja hatiku belum bisa mengiyakan, karena Mas ilham telah hadir lebih dulu sebelum Umi membicaran acara pertemuan itu.

"Gimana toh nduk, Opo sampean purun?" Tanya Umi
"Maafkan Hasna mi" Jawabku

"Abah loh wes takon ae nduk" Jelas Umi
"Ngge mi, Tapi Hasna mpun gadah pilihan kiambak" Jawabku

"Lah sopo toh nduk, bukane awakmu cuma nek kamar ae ta?" Tanya Umi
"Engge mi" Jawabku
"Terus Sopo?" Tanya Umi mendesak
"Hasna purun cerita, Tapi Umi Ampun ndukani Hasna" Jelasku

Umi hanya mengangguk menandakan mengiyakan permintaanku, dan kemudian akupun menceritakan pada Umi.
"Niku mi, Kalih Santrine Abah" Jawabku
"Sopo nduk" Tanya Umi.

Mendengar Aku memiliki pilihan sendiri, tidak lain pilihan itu malah justru Santri Abah sendiri, Umi Cukup terkejut, Mungkin saja yang terfikir oleh Umi sejak kapan aku menemukan pilihan itu?

Umi pun sesaat terdiam seperti memikirkan sesuatu, Mungkin saja pilihanku ku akan menyulitkan kedepannya, terlebih apakah Abah mengizinkan dan meridloi pilihanku itu?

"Namane sopo nduk?" Tanya Umi kembali
"Mas ilham mi, Orang yang biasa Azan di pondok" Jelasku

"Lah sampean kapan kenalane?" Tanya Umi
"Ngge dereng tepang mi" Jawabku

Untuk kali ini Umi lebih terkejut, karena aku belum mengenal namun sudah berani menentukan piihannya, di samping itu umi hanya tersenyum dan tertawa kecil karena heran denganku.

"Ealah nduk...nduk, durung kenal koq wes menentukan pilihan, lah ilham y owes ngerti sampean remen? " Tanya Umi kembali
"Ngge dereng mi" Jawabku

"Ealah Anak ku wedhok" Gumam Umi

Umi keheranan mengetahui kejujuranku karena begitu polosnya mengenal Cinta,Usapan lembut tangannya membelai rambutku,membuatku merasa Nyaman di samping Umi yang mengerti akan perasaanku, sekalipun aku tahu Umi atau Abah belum tentu merestui pilihanku, namun hatiku merasa lega setelah menceritakan semuanya pada Umi.

"Miii" Tegurku
Sambil menyandarkan tubuhku pada pundak Umi, Aku pun mencoba mengutarakan isi hatiku.

"Ono Opo Nduk? " Tanya Umi
"Hasna Minta Tolong mi" Jelasku
"Minta Tolong Matur kalih Abah?" Jawab Umi

Mendengar jawaban Umi aku pun terkejut dan bangkit dari menyeandarkan tubuhku ke pundak Umi, sebelum aku mengutarakan isi hatiku, ternyata Umi sudah membaca niat ku.

"Koq Umi tahu? " Tanyaku
"Yo tahu, awakmu kuwi Umi seng melahirkan, Manjane awakmu Kuwi krono onok maksud e" Jelas Umi

Aku pun tersenyum mendengar penjelasan umi, karena niatku telah tercium oleh Umi.
"Ngge ya Mi? " Tanyaku

Aku pun memastikan bahwa Umi mau menyampaikan niatku kepada Abah, Namun justru Umi berdiam sesaat seakan seperti menggodaku
"Miii" Tegurku
Kembali aku memastikan Umi untuk menjawab, Sambil memegang kedua tangan Umi Aku terdiam menunggu jawaban yang keluar dari lisan beliau.

"Iyo..iyo, ngko Umi matur kalih Abah, Tapi Umi ora janji Abah setuju karo pilihanmu nduk, Kang Mas mu kabeh di jodohkan dan meskipun ada yang menemukan pilihannya sendiri tapi kabeh Putri kyai nduk, lah iki anak seng paling bungsu malah aneh, pilihane malah Santri Abah dewe" Jelas Umi

Mendengar kesanggupan Umi berkenan untuk menyampaikan kepada Abah, Cukup membuat hatiku sangat bahagia, begitu bahagianya aku pun mencium tangan Umi, melihatku sebahagia ini tampaknya Umi mengerti akan kesungguhanku dengan pilihanku sendiri memilih Mas ilham orang yang tertepat buatku, Sekaligus tampaknya Umi pun tak tega jika keluhan anak bungsunya ini terabaikan, Sekalipun aku menyadari mungkin sulit untuk meyaqinkan Abah.

Namun setidaknya aku sudah berusaha berjuang, memperjuangkan perasaan yang tanpa hadir ini tanpa aku menyadari sebelumnya.

Kemudian Umi pun kembali bertanya kenapa aku memilih Mas ilham dan bagaiman ceritanya aku bisa menyukainya,dan aku pun menjelaskan pada Umi dengan panjang lebar, sehingga Umi cukup paham dan mengerti tentang alasanku menyukai Mas ilham, Setelah itu Umi pun meninggalkan ku di kamar sendiri.

Setelah kepergian Umi, Aku hanya termenung merasakan kebahagiaan dan merasa lega telah bisa menceritakan semuanya pada Umi, Meskipun sejujurnya harap-harap cemas dengan keputusan Abah nantinya, hanya sebuah harapan saja yang terlintas dalam fikiranku, semoga saja Abah merestui pilihanku.
======================

Di pondok Putri, Pandangan Nadia hanya tertuju dalam satu titik Yaitu pandangannya tertuju kepada Kang ilham yang sedang memperbaiki genteng yang bocor, sekalipun kang ilham tidak sendirian melainkan bersama temannya Warid, Namun pandangan Nadia tak mau lepas untuk melihat Kang ilham.

Begitu juga dengan Kang ilham, sesekali pandangannya melihat ke arah Nadia Yang masih saja memperhatikannya, semakin membuat dirinya grogi, sepertinya mereka saling berbicara dengan hati dan perasaan masing-masing, sehingga ilham yang berada di dekatnya pun tak dapat mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan.

Hingga Lamunan Kang ilham tersadar di kejutkan dengan teguran Warid.

"Kang" Tegur Warid
Aku pun tak sekaligus menjawab Teguran warid seakan panggilannya tak terdengar oleh telingaku, karena tanganku bekerja namun fikiranku entah kemana, sehingga Warid pun mengulang panggilannya.

"Kaaaaaang" Tegur Warid kembali
"Eh...Piye...piye" Jawabku

"Pean ilo, wes ruh nek nduwur genteng ngene isek ae iso ngalamun, lek kesambet terus tibo piye jal? " Jelasnya

Aku Hanya tersenyum mendengar penjelasan Warid, dan di sisi lain masih terfikir oleh lamunan tadi.

"Ono Opo Rid" Tanya ku
"Tak pikir-pikir awak dewe kih neng kene paling nggianteng kang" Jelasnya
"lah yo awakmu neng kene lanang dewe" jawabku

Mendengar jawabanku Warid hanya tertawa, sambil melanjutkan kerjanya.

Kemudian kami pun melanjutkan pekerjaan itu, hingga sampai selesai dan berharap tidak ada genteng yang bocor lagi di musim hujan ini, seperti biasanya Nadia pun sudah menyiapkan kopi dan kue, hal ini yang membuat aku kecanduan dengan kopi buatannya, Aku hanya berfikir jika candu itu meracuni hatiku dan menjalar keseluruh tubuhku, Setelah itu Nadia tak dapat membuatkan Kopi untuk ku lagi, Terus bagaimana?

Entahlah! " Gumamku

================================

CINTA DI BALIK AZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang