(aku yang terluka)
***
Langit belakangan warnanya makin abu. Cukup sesuai dengan ku yang sering lesu meski selalu berhadapan dengan hal baru. Memang susah payah aku mengumpulkan semangat dan mengajak suasana bersahabat.
Seperti biasa, aku senantiasa memberi senyuman hangat, tanpa peduli hati sedang meradang dahsyat. Aku sadar belum hebat, paling tidak aku ingin selalu kuat. Dan demi terlihat kuat, aku rela pontang-panting menjadi cadangan untuk pekerjaan berat.
Sebenarnya semua terasa berat tidak hanya karena beban pekerjaan itu tak kunjung terangkat, tapi juga karena ingatan tentang mu masih saja melekat.
Seketika, semua yang kelabu berubah setelah dia datang. Dia orang yang senyuman ramah nya sering terngiang. Dia orang yang tatapan nya menyenangkan. Dia orang yang tutur nya menenangkan. Dia yang yang akhir-akhir ini membuat semangat ku datang. Dia yang akhir-akhir ini membuat ku betah begadang.
Dia itu 'idaman' banyak wanita. Yang baik rupanya dan selalu berusaha menunjukkan ketulusan hatinya.
Kepadanya, berkali-kali aku sudah mengucapkan terimakasih pada semua hal yang sudah dia beri. Berkali-kali juga dia menerima segala permintaan maaf atas kesalahan yang tidak pernah ku sengaja. Dan sudah berkali-kali juga dia melihat ku terluka.
Yang juga dia tahu, aku ini rekan kerja baiknya. Memang aku cuma pendengar setia yang menyediakan ruang kedua. Meski begitu, dia cukup berarti. Karena nya aku mengerti baik nya menjaga diri. Dia juga pergi dengan santun dan permisi. Agar sebelumnya aku bisa memastikan alasan yang membuatnya ada.
Dia hanya orang yang sudah melihat ku terluka. Ya, dia hanya tahu aku.
_'epilog
Ini lebay,
tapi ada dia pun, isi hati ku tetep kamu!