CHP - 5

22 1 0
                                    

Beginning of Existence


Akita tersentak bangun. Ia masih hidup. Ia berbaring di pembaringan di rumah lamanya, sebelum invasi dan peledakan planet terjadi. Ia melihat ke luar jendela. Bulan bersinar sangat cerah menerangi malam. Sinar itu masuk ke dalam kamar Akita, menimpa sesorang yang sedang berdiri di samping kasurnya. 

Wanita itu tinggi semampai, tubuh yang atletis. Ia mengenakan gaun sewarna sinar bulan. Di bahunya tersampir selendang yang sewarna dengan gaunnya, disematkan dengan pin berbentuk bulan sabit dan bintang bintang. Ia memegang tongkat yang dipuncaki sebuah bola yang merefleksikan cahaya bulan.

Wajahnya menatap ke ranjang tempat akita berbaring, namun tampaknya ia tak sadar kalau akita sudah siuman. Akita tak dapat melihat wajahnya karena tertutup bayang bayang.

Akita berusaha bangkit dan duduk di ranjangnya. Namun baru sedikit ia bergerak wanita itu sudah menegurnya. "kau sudah bangun Akita."

"siapa kau? Dimana aku? Apa yang terjadi?"

Wanita itu menghela napas. "Kurasa penyatuan memori masa depan membuat manusia biasa terdisorientasi. Walau begitu, takdir yang kau lihat adalah nyata."

"maksudmu?"

"masa depan yang kau saksikan itu nyata. dan akan terjadi dalam waktu dekat. Anggap saja ketika kau mati akibat ledakan itu, aku menarikmu ke masa lalu dan memberikanmu kesempatan kedua."

Akita bingung. "mengapa tidak kau biarkan aku mati saja?"

"karena melindungi semua umat manusia adalah tugasku. Menarik kembali semua orang dari masa depan yang pasti terjadi? Tidak, Tidak mungkin. Sama saja seperti kau melawan takdir. Kau tak bisa menghentikan masa depan. Namun kau dapat merubahnya."

"lebih baik aku mengubah masa lalu, dan mencegah masa depan yang tak kita inginkan terjadi."

"kenapa harus aku-" Akita terdiam sesaat. "tunggu dulu. Jelaskan siapa kau, dan segalanya. Dan apa urusanmu tentang melindungi umat manusia adalah tugasmu yang tampaknya sangat sangat penting."

Wanita itu tersenyum. Akita tak dapat melihat seluruh wajahnya namun sisi mulutnya terpapar sinar bulan sehingga ia bisa melihatnya. "aku tak perlu mengenalkan diri."

Ia melangkah keluar dari bayang bayang. Akita dapat melihat siapa ia sebenarnya. "gunakan logikamu dan kau pasti tahu siapa aku."

Ternyata ia memakai topi tinggi khas abad sembilan belas. Ketika ia membuka topi bertudungnya, rambutnya terurai keluar dan bersinar kebiruan, memantulkan cahaya bulan. Ketika Akita sadar, orng itu adalah orang yang selalu dicarinya, Maria Moonshine.

"Mary?" tanya akita terbata.

"hmm..." ia berjalan menuju kursi dan duduk di sebelah ranjang Akita. "Mary tak lebih adalah karakter fiktif yang kuciptakan untuk mendekatimu, Akita Shirayuki."

"lalu kau siapa?"

"banyak nama sebutan yang manusia ciptakan untukku. Artemis, Diana, selene, Tsukuyomi, Khonsu. Namun sebenarnya aku adalah Myrianthia, Putri ketiga Kaios, ratu kerajaan bulan."

"Myrianthia... Dewi bulan?"

"ya, Aku adalah dewi yang paling penting diantara semua dewa-dewi. Aku adalah dewi bulan, dewi pengamat, dewi penyeimbang, dewi pelindung, dan ratu kerajaan bulan."

"lalu kalau kau dewi, mengapa kau tidak gunakan kekuatan mahadahsyatmu untuk hancurkan iblis itu?"

Myrianthia terdiam. "aku sudah coba untuk membunuh makhluk itu. Namun kenyataannya aku bahkan tak dapat memperlambatnya. Tidak, aku butuh senjata kekuasaan dewi lain untuk membunuhnya, setidaknya dua." Ia lalu membantu Akita duduk di Kasur dan minum segelas air.

"akan kuceritakan semua yang perlu kau ketahui."

Akita mengangguk.

Myrianthia menghela napas. "awal penciptaan dunia adalah awal yang menarik. 10 eon lalu, Kaios terlahir dari ketiadaan. Lalu ia membuat dunia dan membaginya menjadi lima. Air, Api, Tanah, Langit, dan angkasa."

"Avantos adalah yang tertua diantara kami. Kaios menciptakan kerajaan matahari dan menjadikan Avantos dewa api. Lalu, Kaios mengangkat atap atap dunia dan menjadikannya langit. Ia lalu menjadikan Stracathos dewa Angin dan Raja langit. Lalu, ia Menciptakanku, Myrianthia. Namun karena kaios lebih sayang padaku dibandingkan pada Avantos, ia lalu menculikku dan membuangku ke luar angkasa. Tempat dimana bahkan kekuatan kaios sekalipun butuh waktu untuk menemukanku."

"aku melayang layang di angkasa selama berabad abad. Untunglah aku abadi, dan Kaios tak pernah beristirahat sebelum menemukanku. Ketika aku kembali ke tempat tinggal kami di istana kekacauan, Kaios sudah memiliki dua keturunan lagi, Birithos dan Khyvanthia. Birithos dijadikan dewa tanah dan raja darat oleh Kaios, sedangkan Khyvanthia..." ia terdiam, dan menatap Akita.

"ada apa dengan Khyvanthia?"

"Kaios menciptakan laut, dan hendak menjadikan Khyvanthia Dewi air dan Ratu laut. Namun, Khyvanthia tidak menginginkan kekuasaan atas laut. Hal ini membuat Kaios marah. Putrinya menolak kekuasaan yang ia berikan secara murah hati. Namun, Khyvanthia tetaplah putrinya. Avantos, aku, dan Stracathos meyakinkan Kaios agar tidak menelan kembali Khyvanthia. Dan sebagai balasaannya, Khyvanthia bersedia menjadi Ratu laut, namun ia bertahta di kutub, dan menyandang gelar sebagai Dewi es."

Myrianthia terdiam sejenak. Ia tampak tak bersemangat melanjutkan ceritanya. Akita sedikit kecewa melihat ekspresi itu. Namun kemudian ia berpikir. Mungkinkah Myrianthia tak ingin melanjutkan ceritanya karena beberapa hal? Myrianthia seperti kecewa tentang masa lalunya.

"jika sepertinya masa lalumu adalah sebuah hal yang menyakitkan, kau tak perlu menceritakannya." Ucap Akita.

Myrianthia tersenyum. "oh, kita baru saja sampai di bagian terbaiknya."

"ketika Kaios kembali bersamaku ke kastil kekacauan, Avantos langsung bersujud di hadapan Kaios, meminta ampunannya. Ia juga meminta maaf padaku. Sebagai ganjarannya, Avantos diberikan tugas tanpa akhir yaitu menjagaku, sebagai Kakakku."

"Kaios berpikir aku akan dijadikan apa. Akhirnya ia menciptakan kerajaan bulan, dan menjadikanku Ratu angkasa, dewi bulan, dan penjaga keseimbangan antara 4 elemen tadi. Singkatnya aku adalah ketua dewan lima dewa. Sebagai anugerah lagi akibat penderitaanku oleh Avantos, Kaios melipatgandakan kekuatanku setengah kali kekuatan Avantos, menjadikanku dewi terkuat di alam."

Akita terkesima mendengar ceritanya. Kapan lagi kau dapat cerita awal pembentukan dunia dari dewi yang mengalaminya langsung?namun tampaknya, Myrianthia masih jauh dari akhir cerita.

"setiap dewa dan dewi memiliki senjata kekuasaan pemberian Kaios. Milikku adalah Lunar Asclypthos. Tongkat yang mampu mendatangkan kedamaian dan kehancuran. Hasil dari keseimbangan. Lalu milik kakakku, Avantos, Solar Esclipia. Tombak super kuat yang dapat menghancurkan sekaligus menciptakan sebuah peradaban. Lalu Stracathos, Infinite Plythion. Panah dengan akurasi yang tinggi. Lalu Birithos. Stereiz Dypias. Tameng yang sangat padat yang terbuat dari logam terkuat di dunia. Lalu, Khyvanthia, Spethia Chavani. Pedang terkuat, ia menyebutnya penebas salju."

"kelima senjata ini jika digabungkan akan membentuk satu senjata maha dahsyat milik Kaios, Durvazalon. Bahkan Avantos tak tahu bagaimana wujudnya, konon itulah senjata Kaios yang membantunya menciptakan dunia." Myrianthia mengakhiri ceritanya.

"lalu, apa hubungannya semua ini denganku?" tanya Akita.

"aku datang ke bumi untuk mencari bantuan melawan iblis tadi. Namun, setelah berabad abad, kekuatan kami melemah. Kaios menghilang, maka kami mulai kehilangan setengah kekuatan kami. Avantos telah lama mengunci dirinya di kerajaan matahari. Stracathos menghilang, Birithos sudah tak dapat bergerak, dan Khyvanthia..."

Myrianthia terdiam. Akita menduga kalau kalau ada sesuatu yang tidak bagus.

"Khyvanthia... Aku datang ke kerajaannya setelah mengunjungi birithos. Keadaannya tidak begitu baik. Perlahan ia mulai memudar. Aku ingin membantunya namun sudah tak ada lagi yang dapat kulakukan. Sudah waktunya Khyvanthia kembali ke alam dimana Kaios terlahir. Ke kekacauan."

"saat itu Khyvanthia berkata padaku. Bahwa ia menyegel sebagian esensinya dan juga... senjata kekuasaannya, Spethia chavani dalam keturunannya yang bernama salju. Di dalam dirimu."

"aku?"

"ya... Kau... Akita Shirayuki. Didalam tubuhmu tersegel kekuatan Khyvanthia, sang Dewi es." 

Hope within the MoonlightWhere stories live. Discover now