CHP - XII

13 0 0
                                    

Iblis

Kizako keluar ke permukaan. Ia beruntung dapat terjun ke laut dalam sebelum ledakan mencapai dirinya. Namun, dimana yang lainIblis

Kizako keluar ke permukaan. Ia beruntung dapat terjun ke laut dalam sebelum ledakan mencapai dirinya. Namun, dimana yang lain?

Kizako berenang ke tepian dan naik ke darat. Ia berjalan menuju resor, atau apapun yang tersisa darinya. Puing puing dimana mana. Pepohonan tercabut dari akarnya, Tanah porak poranda seperti habis dilanda topan besar, Kemudian ia melihatnya, Penyebab ini semua.

Planet iblis itu bergerak dari cakrawala, semakin naik perlahan. Di tengah reruntuhan, ada sebongkah batu yang berasal dari luar angkasa. Bongkah batu itu membuka dan dari dalamnya keluar sesosok alien yang amat ia kenal, prajurit buatan planet iblis.

Kizako memanggil pedangnya namun ia tak dapat fokus. Ia mencoba lagi dan kali ini berhasil. Alien itu meraih senjatanya dan mulai menembaki orang orang. Kizako menyerbu, namun ada gelombang energi yang melontarkan alien itu tepat ke mata pedang Akita.

"Kie! Kau baik baik saja?"

"iya, dimana myrianthia?"

"aku disini. Yang harus kita khawatirkan adalah ibumu Akita."

"dimana terakhir kali kau melihatnya? Kie!"

"terakhir aku melihatnya ia kembali ke kamarnya untuk istirahat. Dan kamarnya di sana"

Kizako menunjuk ke Gedung utama resor yang hancur lebur. Kamar ibunya ada di lantai dua.

"tidak, tidak." Akita berlari ke reruntuhan sambil memanggil manggil ibunya.

"Akita! Tunggu! Berbahaya!" jerit Myrianthia.

Peringatannya terlambat. Panas tinggi dari meteor membakar gas dan seluruh jaringan pipa bawah tanahnya. Akita terlempar karena ledakan sampai ke pinggir pantai.

"Kau cari ibunya! Aku akan bantu Akita!" perintah Myrianthia sambil berlari ke pantai.

Panas masih membakar wajahnya, dan sepertinya bagian depan tubuhnya terbakar. Sensasi itu hanya sementara. Ketika ia menyentuh air kekuatannya kembali. Dan semua lukanya menutup.

"Akita!" Panggil Myrianthia.

"disini."

Myrianthia menghampirinya dan membantunya berdiri. "kau tak apa?"

"sepertinya, ketika menyentuh air semua Lukaku pulih. Lupakan, dimana ibuku?"

"Kierza sedang mencarinya."

Mereka kembali ke reruntuhan dan mendapati kierza yang berdiri diam disamping sebongkah puing besar.

"Kie! Bagaimana?"

Kierza berbalik, namun ia tak berani menatap mata Akita. Ia hanya menunduk sambil memegang sesuatu di tangannya. Myrianthia mendekatinya dan mengambil benda itu, Liontin perak, berisi foto Akita dan Ibunya. Itu adalah liontin yang selalu dipakai ibunya kemana mana.

Myrianthia meraih tangan Akita dan menggenggamkan liontin itu ke kepalan tangannya. "maafkan aku Akita."

Akita memperhatikan liontin itu. Sebercak darah menodai fotonya. Ia menyentuh darah itu dan menjilatnya. "ini miliknya, aku tahu."

Kizako masih memalingkan mukanya, dan tidak berani menatap Akita.

"khe...hehehe... begitu... aku sekarang sendirian, ya?"

"tidak! Kau tidak sendirian, masih ada aku!" jerit Kizako.

"setelah ayahku, nenekku, apakah kau masih merasa kurang?" Akita berbalik dan menghadapi planet yang perlahan naik.

Hope within the MoonlightWhere stories live. Discover now