CHP - X

5 0 0
                                    

Ibu

Ibu Akita melihat ke dalam kamar Akita. Dari tadi ia mendengar ribut ribut dari arah ruang tamu. Entah apa yang terjadi disana. Beberapa jam kemudian setelah keributan itu terhenti, ia mengintip keluar dan melihat kekacauan yang terjadi di ruang tamu. Yah, tidak sepenuhnya kacau. Hanya beberapa taplak meja yang terbalik dan beberapa kursi tergeser. Kemudian ia mencari tiga gadis gadis yang sedang menumpang di rumahnya. Ketika ia melihat ke kamar Akita. Ia menemukan tiga gadis itu.

Ia hendak membangunkan mereka dan menyuruh mereka makan siang. Ia menghampiri ranjang, namun ia melihat luka luka Akita yang ditutup perban. Apa yang mereka lakukan tadi? Apa yang terjadi pada putrinya? Ia melihat ke arah kierza dan menemukan beberapa lebam juga. Hanya mary yang tidak terdapat luka dan perban. "Apa sih yang mereka lakukan?" Batin Ibunya mengelus wajah Akita.

Ibu Akita menutup pintu kamar putrinya, lalu menuju dapur untuk memasak makan siang.

Ada yang mengganjal hidungnya. Benda bulat, lembut dan hangat. Akita membuka matanya dan mendapati mukanya ada di dada Kizako.

"UWaaaaa! Kie! Kie! Bangun! Aku tidak bisa bernapas!"

Namun Kizako malah memeluknya makin erat.

"WOI bangun! Lepaskan kepalaku." Akita tak tahan lagi sehingga ia meninju benda bulat yang menutupi Wajahnya.

"fwah! Hah... hah... haa... dasar kau, bagaimana bisa punyamu begitu besar?!" ujarnya sambil menatap miliknya yang terbilang kecil.

"ugh... apa yang terjadi tadi?" Akita memegang kepalanya yang sakit sambil bangkit menuju cermin. Setelah sekilas ia melihat tubunya di cermin

UWAA!!!

"wua?! Apa?! Apa?!" ucap Kizako terkejut. kemudian ia melihat Akita.

"sudah kubilang padamu jangan memeluk kepalanya, supaya ia tenang dan istirahat lebih lama-"

"hei, Dewi, lihat ini." Potong Kizako.

Myrianthia melihat ke arah Akita. Ia cepat cepat bangun dan menghampiri Akita. Ia menarik kedua taangan Akita dan mengadahkannya.

"Aw!" Jerit Akita.

"sudah kuduga. Efek dari flash Strike. Hal umum yang ditemukan di tubuh manusia jika kulit epidermis terkena atau tergesek benda dengan tekanan yang tinggi. Memar dan sedikit terkelupas."

"tidak hanya telapak tangannya. Lihat." Kizako mengaangkat lengan kaus Akita. "bahkan bisepnya kebiruan."

"hal ini tidak muncul seketika, makanya ketika aku mengecek organ dalamnya tadi, tidak ada kerusakan, semuanya normal."

"huhu...bagaimana ini? Tanganku tidak bisa digerakkan. Telapak tanganku perih."

"lemaskan tanganmu Akita. Jangan ditahan sakitnya, biarkan berlalu. Akan kuurus."

Myrianthia meluruskan lengan Akita. Lalu ia menggunakan berkah sinar bulan untung menghilangkan memar dan merilekskan otot Akita.

"yang sebelahnya." Ucap Myrianthia. Akita mengulurkan tangannya. "Ah untunglah hanya memar. Begini cukup. Usahakan jangan menggunakan tangan kananmu untuk sementara waktu.

"berapa lama?"

"setidaknya 10 menit."

Kizako memegang pundak Akita. "maaf ya, harusnya aku tidak menyerangmu terlalu keras."

"he?"

Kizako mennyentuh muka Akita. "Wajah yang seindah bidadari ini tidak boleh dinodai luka luka ini." Ujarnya sambil mengelus perban di pipinnya.

Hope within the MoonlightWhere stories live. Discover now