CHP - 3 Maria Moonshine

10 1 0
                                    

Sinar terang mentari membangunkan Akita. Kejadian tadi malam membuat tidurnya lebih nyenyak dari biasanya. Ia tak bermimpi buruk tetang masa lalunya seperti yang ia alami setiap hari. Namun, ada beberapa hal yang membuatnya bingung. Kemana Mary?

Setelah mandi, berpakaian, dan bersiap sekolah, ia sarapan bersama ibu. Namun Mary tetap tidak kelihatan. "bu, apakah Mary sudah pulang?"

Ibunya tercengang. "Mary? Siapa itu?"

"Mary bu, teman yang kemarin menginap di sini." jawab akita.

"tidak ada yang menginap kemarin. Yang ada kau pulang dengan muka kusut akibat bertengkar dengan Kierza." Jawab ibunya

Akita semakin heran. "bertengkar? Kami baik baik saja kemarin."

"jelas jelas kau pulang dengan muka kusut sambil menggerutu masuk ke kamar. Kau bahkan menolak makan malam favorit mu." Kata ibunya.

"benarkah?"

"iya"

"tidak mungkin"

"pembicaraan ini tak akan selesa kalau kita lanjutkan. Ibu pergi dulu, dah"

"hati hati"

Akita merenung. Kemana perginya Mary?

Ia pergi ke sekolah dengan kereta. Biasanya ia bertemu Kierza di stasiun, namun kali ini Kierza tak kelihatan. Apakah ia benar benar bertengkar dengan Kierza kemarin? Apa penyebabnya?

Ia melangkah menuju sekolah tanpa semangat. Seperti yang ia duga hari ini akan menjadi hari yang buruk. Kierza menjauh darinya seakan akan dia tidak mengenal Akita. Sebenarnya ada apa ini?

Ia melalui hari dengan berat hati. Ingin rasanya ia menghilang dari dunia ini. Di sekolah ia tak dapat mengikuti pelajaran seperti yang biasa ia lakukan. Lalu ketika akan makan siang di atap sangat ramai, ia tak jadi makan siang. Lalu, ia meninggalkan catatan penting pelajaran di lokernya, padahal ia ingin membacanya lagi di rumah. Benar benar sebuah hari yang menyebalkan.

Ketika sampai di rumah. Kierza dan ibunya membuat kejutan ulang tahun untuknya.

"selamat ulang tahun!" kata ibu

"selamat ulang tahun Kicchi!"

Akita diam. Di meja terhidang beberapa makanan favorit akita. Ibunya memegang kue ulangtahun favorit Akita, cheesecake. Ia benar benar kesal, walau itu hari ulang tahunnya. Saking kesalnya ia sampai menangis. Ia menanngis tersedu di depan dua orang yang disayanginya. "oh ayolah akita, jangan menangis. Ini ulang tahunmu. Berbahagialah." Hibur kierza. Ia memeluk Akita

"dasar kau bodoh! Kupikir ada apa denganmu kemarin. Kau tahu tahu menjadi seperti itu. Kupikir kau tak mau lagi jadi temanku! Kau tahu apa akibat perbuatanmu?!" jawab Akita sambil memukuli Kierza. Tunggu... benarkah Akita bertengkar dengan kierza kemarin?

"T-tunggu... benarkah kita bertengkar kemarin?"

"kau bilang sesuatu?" tanya Kierza

"T-tidak... aku mau berganti baju dulu" jawab Akita sambil naik ke kamarnya.

Apa yang terjadi? Benarkah ia bertengkar dengan Kierza kemarin? Namun rasanya tak masuk akal. Ia benar benar ingat kalau kemarin ia tidak bertengkar dengan Kierza. Ada apa ini? Waktu tak mungkin merubah masa lalu dengan sendirinya. Ada yang tak beres disini. Lagipula, kemana sih Mary?

Setelah berganti baju, Akita kembali ke bawah dan menyantap kue dan makan malam bersama Kierza dan ibunya. "Kie, kau tahu dimana Mary?" tanya Akita sambil memotong kue.

"Mary? Siapa itu?"

"serius? Bahkan kau pun tak tahu? Maria Moonshine? Murid pindahan baru?"

"tidak, aku tak tahu. Ada apa denganmu Kicchi? Ibumu bilang ketika bangun kau sudah mencari cari si Mary ini"

Ada sesuatu yang salah. Ia ingat betul kemarin kierza yang mengenalkan Mary padanya. Mengapa sekarang kierza malah tidak mengenalnya? Mary juga tidak ada di sekolah tadi.

"Akita." Panggil Kierza. Kierza memanggil Akita dengan nama aslinya hanya ketika sedang serius.

Akita menoleh

"di sekolah kita tidak pernah ada murid yang bernama Maria Moonshine."

"tidak... tidak mungkin. Aku tak pernah berhalusinasi. Logikaku selalu benar!"

"Kierza, mungkin Akita kelelahan. Bisakah kau menginap malam ini untuk menemani Akita? Soal pakaianmu biar aku yang urus." pinta ibu Akita.

"tentu bibi. Aku bisa menginap disini. Aku juga ingin menemani Akita"

Jelas jelas kalau kemarin Mary itu ada dan menginap di rumah akita. Namun ia menghilang seketika seperti ada seseorang yang merubah tatanan waktu alam semesta. seperti ada makluk yang kembali ke masa lalu, dan melenyapkan Mary. 

Malamnya seperti biasa. Akita berbaring di ranjang, disebelah Kierza. Namun entah mengapa ia tak bisa tidur. Ia selalu memikirkan kemana Mary pergi, dan mengapa tak seorang pun tahu tentang dirinya. Seolah Mary itu tidak nyata. Seolah... seolah Mary benar benar hilang dari dunia ini. Sangat disayangkan padahal Mary anak yang baik.

Akita benar benar tak bisa tidur. Ada sesuatu yang mengganggunya. Kierza sampai terbangun karena Akita bergerak gerak gelisah di sebelahnya. "pejamkan matamu kalau kau tak bisa tidur Kicchi"

"Kie, aku yakin, benar benar yakin kalau Mary itu ada dan bukan khayalanku. Kau tahu kan aku tak pernah berkhayal."

"yaa... sudahlah. Pikirkan itu besok saja. Sekarang tidurlah dulu. Besok kan hari libur."

"iya."

Ketika tidur, ia bermimpi buruk. Sebuah mimpi tentang kematian seorang teman.

Esok paginya. Ia bangun dengan seluruh tubuhnya kesakitan. Namun ia berhasil berdiri dan menuju ruang keluarga. Ibunya sedang menonton berita bersama Kierza sambil minum kopi. "Pagi bu, Pagi Kie"

"Akita, lihatlah ini" panggil ibunya.

Akita duduk di sofa dan memperhatikan berita yang ditonton ibunya.

"pergerakan alien terdeteksi di seluruh perbatasan perkotaan di seluruh area aman. Setelah gerbang 19-A seksi b ditembus kemarin, pergerakan musuh makin meningkat dan terjadi usaha penerobosan di mana mana. Pemerintah mulai meragukan kekuatan dinding perbatsan dan mulai membangun tembok yang lebih kuat dibaliknya."

Ibunya mematikan televisi. "disini sudah mulai berbahaya. Kita harus pindah ke lokasi lain."

"tunggu, Kie, bagaimana denganmu?"

Ekspresi Kierza khawatir. Ia bingung harus apa. "aku pasti ikut kemana ayahku pergi."

"aku tak ingin kita berpisah Kie."

Kierza tersenyum. "bertahun tahun persahabatan kita sudah melebihi apapun di dunia ini. Dan takkan ada yang dapat menghentikannya. Perpisahan sekalipun."

Di kejauhan sebuah ledakan besar tersulut. Kierza melihat ke jendela. "kau harus segera berkemas jika ingin pindah dari sini Akita."

"Kau?"

"jangan khawatirkan aku, aku akan baik baik saja. Hubungi aku jika kau sudah sampai tempat aman." Jawab Kierza. Ia lalu pulang ke rumahnya.

"Ayo Akita, kita harus berkemas."

Ibunya mengamankan dokumen penting, dan sebagian uang mereka. Sedangkan Akita mengepak baju baju dan menciutkan perabot agar muat di dalam tas. Perabot di masa ini sudah diadopsi teknologi tinggi yang memungkinkan perabot untuk menciut menjadi sebuah keeping kecil.

Setelah semuanya terkemas, Akita dan ibunya meninggalkan kota. Akita hanya dapat memperhatikan satu persatu bangunan diledakkan untuk membumihanguskan kota. Mau tak mau Akita khawatir akan Kierza. Apakah ia berhasil selamat atau tidak. Akita hanya dapat bersedih akan fakta bahwa ia harus berpisah dengan satu satunya kawan dekatnya.

Ibunya memacu mobil semakin cepat menjauhi kota yang sedang di hacur leburkan

Hope within the MoonlightWhere stories live. Discover now