CHP - VII

15 1 0
                                    

Kebangkitan

"Kurang cepat!" Seru Myrianthia sambil mengklik stopwatch. Akita terduduk. ia kehabisan napas setelah berlari nonstop mengitari gelanggang sebanyak lima kali. ini adalah bagian dari latihan fisik yang diberikan Myrianthia untuk mempersiapkan Akita dalam membangkitkan kekuatan Khyvanthia.

"kau harus lebih cepat lagi Akita. kalau tidak, sampai kapan kita akan mengadakan latihan ini?

"jujur saja Dewi, aku sangsi kalau latihan ini akan memperkuat diriku seperti katamu."

"ini bukan cuma untuk membangkitkan kekuatannya. ini juga untuk mempersiapkanmu bertarung dengan musuh kita." Jawab Myrianthia serius.

Ia kemudian duduk di samping Akita. "Untuk menguasai dan mengendalikan kekuatannya saja memang mudah. Namun untuk menggunakan penebas salju sebagaimana bilah pedang sebenarnya, Kau masih butuh banyak berlatih menggunakan pedang. Namun aku bersyukur kau ikut klub kendo di sekolah, jadi aku tak perlu mengajarimu dari dasar."

"Kau adalah gadis yang baik Akita. Tak heran Khyvanthia memilihmu untuk menggantikannya sebagai Ratu dan Dewi Es. semoga upaya yang kita lakukan dapat membawa keselamatan bagi umat manusia."

Myrianthia bangkit dan mengenakan topi tingginya. "minggu ini latihannya disudahi dulu. istirahatlah, kau masih harus masuk sekolah. temuilah kierza, dan bersikaplah seolah tak terjadi apa apa oke?"

Lalu ia menghilang bersamaan dengan siulan angin fajar.

Akita kemudian mandi, sarapan, dan bersiap untuk sekolah. banyak hal yang terjadi selama ia absen dari sekolah untuk berlatih bersama Myrianthia. seminggu penuh. namun hingga sekarang ia masih belum tahu bagaimana caranya membangkitkan kekuatan pedang Khyvanthia.

Kierza menyambutnya di depan gerbang. aneh, biasanya ia menjemput Akita di stasiun. Entah ada apa tapi Akita yakin itu bukanlah hal yang bagus. "Hei" Sapa Kierza.

"Tumben sekali kau tidak menemuiku di rumah"

Kierza menepuk jidatnya. "Duh, sampai kapan kau akan bersikap seperti itu? Seolah olah tak ada hal apapun yang terjadi?"

"memang apa yang terjadi?"

Kiera menarik napas dalam. Akita menutup telinganya karena tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

Dan itu terjadi. Teriakan yang jauh lebih kencang dibanding pengeras suara sekolah. "DASAR AKITA BODOOH! Kau menghilang selama lima hari dan tak ada kejelasan sedikitpun! Lalu kau muncul begitu saja dan bersikap seolah tak terjadi apa apa!?"

Setidaknya ia sudah menjalankan amanah Myrianthia.

"lalu? Ada perkembangan apa selama aku absen?" tanya akita sambil duduk di kursinya.

"hoo? Apa ini? Dimana akita yang pemalu seperti dulu?" Tanya Kierza sambil tersenyum.

"aku hanya merubah diriku sedikit." Jawab Akita

"yah, tidak ada hal yang baru. Ah iya. Ada seorang murid pindahan dari eropa. Seorang bangsawan kurasa."

"Bangsawan rendahan" Ujar seseorang.

Akita mengangkat alis. "rendahan?"

"bisa dibilang begitu. Ia hanya memperdulikan dirinya dan mendiskriminasi semua orang."

Kierza menghembuskan napas. "namun mau bagaimana juga, sekolah punya peraturan. Mereka tak dapat mengeluarkan bangsawan itu. Dan juga nilai nilainya diatas ekspektasi. Jadi pada dasarnya ia tak melanggar satupun aturan sekolah."

"oh, itu dia datang!"

Bangsawan? Akita hampir saja terbahak bahak jika bukan di dalam kelas. Namun ia tak dapat menyembunyikan senyumnya. Gaya "bangsawan" itu sok sekali. Hampir hampir manja. Bayangkan saja kedua temannya terbungkuk bungkuk membawa barang miliknya yang sebagian besar tak penting untuk pelajaran. Riasan wajahnya begitu tebal seolah olah ingin memenangi kontes kecantikan, walaupun wajahnya masih jauh dibandingkan dengan paras Akita tanpa riasan.

Hope within the MoonlightWhere stories live. Discover now