Dua

85 21 6
                                    

Instagram: iyepepratiwi

Pagi ini kedua orang yang baru saja turun dari motor pun mulai berjalan memasuki lapangan luas yang terdapat di sekolahnya.

"Lin! Lo gak bosen apa bangun kesiangan mulu! Gak baik tau buat perawan kayak lo! Rezeki di patok ayam tau rasa lo!" Kata cowok yang kini sedang berjalan sejajar disamping Sellin.

"Yeuh Mamat! Tampang kekinian masih aja percaya sama mitos zaman baheula!" Balas Sellin dengan embel-embel bahasa Sunda seadanya.

Rahmat Wijaya. Panggil saja Mamat. Pria dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Teman baru Sellin di SMA Garuda, setelah lima bulan yang lalu ia pindah dari sekolahnya yang dulu. Banyak yang bilang kalau Mamat ini diam-diam menyukai Sellin.

Mamat ini sangat baik tidak beda dengan sahabatnya yang sekarang sangat ia rindukan. Lebih tepatnya cowok ini kalau saja ia sejenis dengan Sellin, Mamat ini seperti Caca yang selalu ada untuknya, ya bedanya Caca perempuan Mamat laki-laki.
Bagi Sellin, Mamat ini salah satu orang yang menjadi korban kemanjaan Sellin setelah Papahnya dan adiknya.

"Mamat lo tau gak?" Ucap Sellin yang tiba-tiba saja berhenti dari jalannya berubah posisi menjadi didepan Mamat, membuat pria itu pun menjadi menabrak tubuh Sellin yang lebih pendek dari tubuhnya "hehe maaf, Ellin cuma mau bilang tadi pagi Ellin mimpiin dia lagi tau" ucap Sellin antusias. Mamat yang mendengarnya pun memutar bola matanya malas, karena terkadang setiap pagi, selalu saja topik yang keluar dari mulut cewek yang ada dihadapannya ini selalu saja tentang mimpi itu. Membosankan.

"Ih Mamat! Ellin tuh serius tau!"

"Tau Lin bosen gue denger lo ngomong ini itu apalah soal mimpi lo yang gak jelas" cibir Mamat mulai kesal dengan Sellin.

Sellin ini baru kenal dengan Mamat lima bulan yang lalu, semenjak ia pindah ke kota kembang ini, Sellin sudah menganggap Mamat sebagai seorang kakak baginya, Sellin sering kali curhat tentang isi hatinya kepada pria ini. Baginya, Mamat ini orangnya sama seperti ketiga sahabatnya, masih ada yang kenal dengan ketiga cewek cantik itu?.

"Mamat! Cemburu ya?" Ledek Sellin sambil menoel-noel pundak Mamat.

"Iya! Tapi sayang, orang yang bikin gue cemburu nya gak pernah perduli sama perasaan gue!" Sindir Mamat membuat Sellin menatap tajam kearahnya.

"Mamat! Kan lo tau gak semudah itu buat Ellin ngelupain Adan!" Cibir Sellin cemberut, karena tersinggung atas perkataan Mamat barusan.

"Justru itu Lin, lo coba buka sedikit hati lo buat gue, jangan terlalu fokus ke satu titik yang entah dimana tempatnya, kalau di dekat lo aja udah ada satu titik dengan warna pekat yang nunggu kelanjutannya"

"Tau ah lieur!" Kata Sellin lalu pergi meninggalkan Mamat yang sedari tadi sudah mengocehinya.

Sellin masuk kedalam kelas dengan perasaan seperti biasanya.

"LIN!" Teriak salah seorang cewek dengan kuncir kuda dibawah yang baru saja datang membuat Sellin tersentak kaget. Sellin tau siapa pemilik suara itu. Ia pun menoleh ke arah Asti.

Tiara asnah. Panggil saja Asti. Panggilan untuknya dari semua teman-temannya, karena mulutnya yang pedas dalam berbicara, itulah yang membuat dirinya dipanggil Asti. Entah apa hubungannya mulut pedas dengan panggilan nya itu. Yang Sellin lebih tau, menurutnya nama Asti itu panggilan singkat dari nama TIara ASnah. Aneh juga, harusnya kan Tias kok malah Asti ya?.

"Lin lo tau gak?!"

"Tau gak!"

"Sumpah Lin gila kasep pisan tuh cowok!" Kata Asti antusias.

StubbornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang