15. SICK

80 4 0
                                    

Tanpa terasa pagi pun kembali menjelang. Irtiza yang baru saja masuk ke ruang kerjanya pagi itu, tampak terlihat berbeda hari ini. Entahlah? Wajah Irtiza kian tampak pucat saja. Amyra yang menyambut kedatangan atasannya itupun, tampak heran melihatnya.

Amyra seketika saja teringat dengan peristiwa semalam. "Apa ia sakit karena terkena hujan semalam ya?" Gumam Amyra berbisik pelan.

Sejenak menghelakan nafasnya Amyra pun berlalu melangkahkan kakinya menghampiri pintu ruang kerja Irtiza dan membuka pintunya setelah mengetuknya tiga kali.

Amyra tampak tertegun, sesaat melihat Irtiza yang kini tergeletak lemas diatas sofa tamunya. Irtiza nyatanya sudah tertidur pulas membuat Amyra bingung, harus membangunkannya atau tidak?

"Mau kemana?" Tanya Irtiza sontak mengurungkan langkah kaki Amyra yang hendak memilih untuk tidak membangunkannya.

Amyra pun berlalu menatap sopan Irtiza, yang kini juga menatapnya dengan mata sayunya. Irtiza tidak bisa terkena hujan, itulah fakta sejak dulu yang Amyra ketahui.

"Ehng... Maaf Pak, saya tidak ingin mengganggu istirahat Bapak?"

"Berkas apa itu?" Tanya Irtiza setelah menghela sejenak nafasnya.

"Ini berkas rekpitulasi anggaran seragam hotel yang Bapak tanyakan semalam" Jelas Amyra.

"Kemarikan" Pinta Irtiza, Amyra pun berlalu menyerahkan berkasnya itu kepada Irtiza.

Sejenak Irtiza membaca detail isi laporan berkas itu dan kemudian berlalu menandatanganinya. "Terima kasih Pak. Mmm... Apa harus saya panggilkan Dokter untuk Bapak?" Tanya Amyra ragu. Tapi Irtiza tiba-tiba saja mengalihkan pandangnya menatap dingin Amyra, membuat Amyra tertegun saja karenanya.

"Temani saya makan siang nanti, di malberry restoran" Ujar Irtiza.

"Ehng... Iya Pak. Apa Bapak akan bertemu klien disana?"

"Tidak, saya hanya sedang ingin makan siang disana saja" Sahut Irtiza cepat.

"Iya Pak, baik"

"Ya sudah, kembalilah bekerja. Jangan ragu lagi, kalau ada berkas yang harus saya periksa hari ini" Akhir Irtiza berpesan.

Setelah mengucapkan kata permisinya, Amyra pun berlalu meninggalkan ruang kerja Irtiza, meninggalkan Irtiza yang kembali menggeletakkan dengan lemas kepalanya.

**********

Siang pun akhirnya menjelang. Amyra sedikit tertegun saat Irtiza nyatanya tidak membawanya ke restoran, melainkan ke rumahnya. Ya... Mereka memang sempat mengunjungi malberry restoran tadi, tapi ternyata malberry restoran tidak buka hari ini. Tapi bukannya mengajak ke restoran lainnya, kenapa Irtiza malah mengajak Amyra kemari?

Amyra pun mengikuti saja langkah kaki Irtiza yang tengah menuju ke ruang dapur luasnya. "Saya akan duduk disini, sedangkan kamu memasak" Ujar Irtiza sukses membuat Amyra seketika saja tercengang mendengarnya. Jadi, maksud Irtiza mengajak Amyra ke rumahnya adalah agar Amyra memasak makanan siang untuknya. Apa-apaan ini?

"Ada apa? Apa kamu tiba-tiba saja tidak bisa memasak, karena saya yang memintanya?" Tanya Irtiza membangunkan Amyra dari ketermenungannya.

"Ehng... Tidak Pak. Hanya saja, masakan saya tidak seenak para Chef di hotel"

"Zaman sekarang sudah canggih, kamu bisa melihat semuanya di internet kan?" Sahut Irtiza enteng.

Sejenak termenung, Amyra pun lantas menjawab "Ya sudah, kalau begitu saya akan memasak untuk Bapak" Seru Amyra menyanggupi, Amyra pun berlalu mengambil apronnya seraya menatap damai Irtiza sejenak. Amyra tersenyum, tapi seperti biasa Irtiza hanya menampilkan raut dinginnya.

"Apa yang harus aku masak?" Pikir Amyra membatin. Amyra pun berlalu membuka kulkas besar Irtiza. Betapa terkejutnya Amyra saat mendapati begitu banyak makanan, bahan masakan serta minuman didalam kulkas besar Irtiza itu.

Sejenak menghelakan nafasnya, Amyra pun berlalu mengambil beberapa bahan masakan yang ia butuhkan, kemudian mulai bersiap untuk memasak.

Irtiza yang tampak duduk tenang dengan wajahnya yang masih pucat, terlihat menatap begitu lekat Amyra. Entahlah? Apa yang membuat Irtiza begitu terpaku menatap Amyra? Apa akhirnya ia mengakuhi, kalau Amyra nyatanya terlihat cantik saat memasak?

"Amyra" Panggil Irtiza.

"Iya Pak?" Sahut Amyra, tanpa mengalihkan pandangnya ke Irtiza.

"Menikah"

"APA!!!" Kaget Amyra, sukses membuatnya menatap shock Irtiza. Sedangkan Irtiza, tampak menampilkan raut tegasnya. Entahlah? Apa yang hendak Irtiza sampaikan melalui perkataan singkatnya itu?

BABY BREATH FLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang