23. REMEMBER

78 4 1
                                    

Rasa cinta itu abadi. Sekali engkau tiada, rasa cinta itu akan berubah menjadi sebuah kenangan.

**********

Amyra tampak berlari cepat menyusuri koridor demi koridor rumah sakit, ia tidak mempedulikan lagi high heels 5cm yang ia kenakan hari itu. Pikirannya hanya terus berfokus mempertanyakan, bagaimana kondisi Irtiza sekarang?

Sejenak celingak-celinguk menatap sekitar, titik pandang Amyra pun seketika saja terhenti, saat ia temui GM Danial, Ayahnya Irtiza yang tengah duduk lemas diatas kursi tunggu dekat dengan salah satu pintu ruang rawat, ya... Mungkin itulah ruang rawat Irtiza.

Amyra melangkah gontai menghampiri GM Danial yang terdiam, hingga tidak menyadari keberadaan Amyra, "Bapak" Panggil Amyra membuat Ayahnya Irtiza itu berlalu mendongakkan kepalanya, menatap Amyra dengan mata sendunya. Amyra ikut terhayut, tanpa sadar pun ia menitihkan air matanya.

"Bagaimana kondisi Pak Irtiza, Pak?" Tanya Amyra setelah mengambil duduknya tepat disisi kanan GM Danial.

"Dokter bilang, Irtiza baik-baik saja. Ia hanya mengalami luka ringan, dan mungkin sore ini juga ia bisa langsung keluar dari rumah sakit" Jelas GM Danial sukses membuat Amyra mengerutkan dahinya, "Lantas apa yang membuat Bapak Danial bersedih?" Tanya Amyra dalam hatinya.

"Irtiza menceritakan sesuatu kepada Bapak? Kamu temui saja Irtiza sekarang, karena sejak tadi dia ingin bertemu dengan mu" Sambung GM Danial, kian membuat Amyra bertanya-tanya.

Sejenak menghelakan nafasnya, Amyra pun berlalu beranjak dari duduknya, dan kemudian menghampiri pintu ruang rawat Irtiza. Dari balik kaca pintu, bisa Amyra lihat Irtiza yang tengah memejamkan matanya. Kembali ia helakan lagi nafasnya, Amyra pun berlalu membuka pintu berlapiskan kayu itu dan kemudian melangkahkan kakinya dengan tenang.

Keheningan sejenak terjadi, ketika Irtiza membuka matanya saat ia menyadari kedatangan Amyra yang kini tampak melangkahkan kakinya dengan ragu.

"Bagaimana kondisi Bapak?" Tanya Amyra setelah sampainya ia disisi kiri bangsal Irtiza. Tapi entahlah? Irtiza bukannya menjawab, ia malah terus-terusan saja menatap lekat Sekretarisnya itu.

"Apa Bapak sudah makan obat pagi ini?" Tanya Amyra lagi, dan lagi-lagi Irtiza hanya diam membisu menanggapinya.

Entahlah, apa yang membuat Irtiza bersikap dingin seperti ini kepada Amyra? "Apa mungkin tenggorokan Pak Irtiza terluka, jadi dia cuma berdiam diri saja?" Pikir Amyra dalam benaknya.

"Ehng... Saya akan potongkan buah untuk Bapak" Akhir Amyra merasa canggung, ia pun akhirnya berjalan ke meja rawat Irtiza yang tepat sekali berada disisi kiri kepala Irtiza.

Tapi baru hendak Amyra menyentu pisau itu, langkah tangan Amyra seketika saja terhenti, saat Irtiza tiba-tiba saja menarik lengan Amyra hingga membuatnya terduduk tepat didekat Irtiza.

Amyra sontak saja kaget, baru hendak ia beranjak dari duduknya, pelukan hangat Irtiza kian sukses saja membuat Amyra tersentak. "Kenapa kamu hanya diam saja selama ini? Aku, kamu, Alesha dan kejadian semasa sekolah menengah pertama kita, aku mengingatnya kembali" Cetus Irtiza, betapa shocknya Amyra mendengar perkataan Irtiza itu.

Jadi benar adanya, bahwa Irtiza hilang ingatan mengenai kejadian penculikan itu. Dan kini ingatan itu kembali, karena kecelakaan ini. Irtiza pun berlalu meregangkan pelukan eratnya itu dari Amyra. Amyra masih saja terdiam menatap bisu Irtiza yang kini menatapnya lekat.

"Aku senang bisa mengingatmu. Kamu harus tahu, kamu seorang gadis yang aku sukai dulu. Dan setelah aku mengingat ini semua, ternyata perasaan berdebar sejak awal kembali aku bertemu dengan mu, itu pertanda bahwa aku masih sangat mencintaimu" Ungkap Irtiza sukses membuat Amyra terbelalak kaget.

BABY BREATH FLOWERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang