on multimedia : Veroline
✨
"Raka kemaren bonceng Kak Saniaaaaa...."
Veroline langsung menenggelamkan wajahnya ke selah-selah lipatan tangannya yang sudah berada di atas meja kantin sedari tadi, suaranya makin melemah."SUMPAH LO?!" Teriak Dea spontan.
"Si Cabe itu? Gausah ditanya." Ujar Astrid.
Aku menepuk-nepuk punggung Veroline yang posisi duduknya ada di sebelahku.
"Maksud?" Veroline bertanya dengan suara yang tertutup celah tangannya itu.
"Ya kan dia pelakor, Ver."
"Lo liat sendiri?" Tanyaku pada Veroline. Ia menganggukkan kepala untuk meresponku. "Tapi dia gatau kalo gue ngeliat."
"Bisa galau juga, nih polwan!" Gurau Dea. "Mending lemesin dulu Ver, emang lo belum denger penjelasan dari Raka?"
"Trus lo merasa dia berubah ga semenjak kemaren?" Timpal Astrid.
"Belom denger. Gue langsung diemin chatnya. Sebenernya dia spam sih, tapi dia ga ngungkit-ngungkit sama sekali tentang ngebonceng. Cuma nanya 'kenapa?' Ya menurut lu aja kenapa!" Veroline mengeluarkan tangan kanannya lalu menggebrak meja.
"Ungkit dulu coba, Ver. Gua yakin dia punya alesan. Kecuali kalo habis bonceng itu dia langsung jauhin lu, berarti ya Kak Raka sama cewe itu ada apa-apanya." Aku mencoba menenangkan Veroline.
"Bodoamat. Mau gua jauhin aja."
"YAH JANGAN DONG!" Dea terkaget. "Tar gue tanya Sania." Lanjut Astrid.
"Sania yang mana si?" Tanyaku.
Dea melihat sekitar meja kantin lalu memberhentikan arah kepalanya ke salah satu meja dan menunjuk seseorang. "Yang cardigan merah!"
"GOBLOK!" Veroline menurunkan tangan Dea yang ada di depannya dengan cepat.
"Dea oon ah!" timpalku sambil tertawa kecil.
"Kalo dulu gue disakitin, yang maju ni orang. Lah sekarang? yang disakitin yang maju." Gurau Dea sambil menjitak jidat Vero.
"Apalagi cowonya Raka, mana berani si?" Lanjut Astrid.
"BTW Raka mana deh?" tanya Vero yang sedang mengarahkan pandangannya ke meja OSD yang letaknya tepat di tengah meja-meja kantin.
"TUHKAN DICARIIN JUGA!" Kataku spontan. "Lagian lo gamungkin kan lepas sama dia gitu aja? Lo mau nunggu sampe Raka jujur? Ya gua sih takutnya lo keburu ditikung. Makannya, coba untuk kali ini lo ambil tindakan duluan, atau lo yang akan nyesel suatu saat nanti."
"Hmmm bener, sih. Ga ada salahnya lo yang ngungkit duluan. Jangan gengsi-gengsi deh!" Dea mendukung opiniku. Vero mengangguk kecil.
"Lor, tanyain Akram dong, Raka kemana." Perintah si yang sedang patah hati ini.
"Gausah samperin. Tuh, orangnya mau kesini." Aku yang sedang mengetik di ponselku untuk membalas pesan ibu ku berhenti.
Mengalihkan pandangan dari ponselku, dan ya, dia beneran kesini jing!
"Shit lah!" gumamku.
"Bye." Pamit Dea setelah menolehkan kepalanya untuk melihat Akram yang memang datang dari belakangnya. Dea bangkit dari meja lalu jalan ke gerai mi ayam. Yang ia maksud mungkin berpamit untuk tidak meladeninya(?).
KAMU SEDANG MEMBACA
a copy of you
Teen FictionElora Audi Bethania, murid pindahan dari Bandung ke Jakarta, pada hari pertama sekolahnya telah diberikan perhatian khusus dari laki-laki idaman satu sekolah, Akram Ravindra. Akram Ravindra, ketua geng, pentolan basket putra, yang terkenal anti-cewe...