Elora's POV
Dua minggu berlalu.
Hari ini adalah hari pentas seni yang diadakan sekolahku. Panggung, sound system, lighting, sudah tertata dengan rapi di halaman sekolah. Semua panitia juga sudah berada di spot-nya masing-masing dan siap menjalankan tugasnya.
Hidupku di lingkungan baru ini sudah jauh membaik. Syukurlah..
Akram? Wah, ternyata dia telah benar-benar menjaga jarak denganku. Bahkan kami sudah tidak berbicara lagi, sama sekali. Intinya, ia tidak mengusikku lagi.
Apa yang bisa kuharapkan yang lebih baik dari itu? Sepertinya tidak ada.
Seseorang mencolek pundakku dari belakang, membuatku menoleh. Kudapati Kak Alfian dengan seperangkat Handy Talkie-nya dan beberapa name tag di tangan satunya. "Oi, Ra!"
"Ra, tolong bagiin ke meja keamanan cewe ya!" perintahnya. Aku lalu menerima name tag yang tadi tergantung di pergelangan tangannya.
"Siap kak!" Belum saja beberapa langkah, Ketua OSIS itu menarik baju panitiaku.
Aku menoleh lagi. "Jangan lupa nanti nonton gua ya, Hehe."
☁️☁️☁️
Aku memutar pergelangan tangan kananku. Jam menunjukkan pukul 18.30, yang artinya pembukaan pensi sekolah akan segera dimulai.
Aku, Vero, Dea, dan Astrid sedang menguasai loket penukaran karcis.
"Eh, nanti emang Kak Alfian tampil?" aku memecah keheningan. Hening benar-benar pecah, seketika Dea dan Vero langsung meneriaki satu sama lain.
"EH IYA WOI!!!" Teriak Dea.
"DEMI APA SUMPAH LUPA BANGET?!" Vero menyaut. "AYO DE, PENGEN NONTON ALFIAN-KU!"
"Bukannya lo ada Raka, Ver?" Aku menimpali mereka berdua.
"Iya, Kan?!" Dea mencolek pundakku, "Alfian kan dari dulu punya gue!" Sambungnya sambil terkekeh.
"PUNYA GUE IH! Kalo Alfian nyanyi mah, Zayn Malik juga kalah kali!" Celetuk Vero dengan semangat.
"Berisik, Elah!" Astrid seketika memotong perdebatan Vero dan Dea.
Entah hanya perasaanku saja, tapi Astrid terlihat tidak baik-baik saja sejak tadi.
"Ihhh yaudah. pokoknya makasih Elora udah ngingetin! Ayo gece, Ver!" Dea mendorong Vero keluar pintu.
"Please gantiin gue dulu yaaa Strid!" Sambung Dea. "Ayo, El! Lo gabut kan?"
Dea dan Astrid merupakan panitia ticketing. Sedangkan aku dan Vero di bagian administrasi, dan kami sudah tidak ada kerjaan lagi.
"Nanti aja, gampang!" Jawabku.
"Oh, okay, dadaah!" Salam Dea kubalas dengan lambaian tangan sembari menutup pintu loket, mereka terburu-buru hingga tidak sempat menutupnya.
"El," Aku menutup pintu sambil menoleh ke Astrid yang memanggilku, masih tersenyum tipis bekas melihat tingkah Dea dan Vero.
KAMU SEDANG MEMBACA
a copy of you
Teen FictionElora Audi Bethania, murid pindahan dari Bandung ke Jakarta, pada hari pertama sekolahnya telah diberikan perhatian khusus dari laki-laki idaman satu sekolah, Akram Ravindra. Akram Ravindra, ketua geng, pentolan basket putra, yang terkenal anti-cewe...