6

15 2 3
                                    

"Lo tau udah berapa lama gue ngejar Akram?"

Elora's POV

Pertama, gue ga mau nyaingin lu dalam mengejar Akram. Kedua, gue ga peduli sama segala perjuangan lu. Karena pada dasarnya gue emang gapeduli sama semua ini. Kenapa gue harus diikut campurin sama hal ini sedangkan gue bener-bener gamau terlibat?

Aku mau saja berbicara semua hal diatas, namun ku akui aku memang tidak berani. Juga sepertinya apabila aku benar-benar mengatakannya, aku besok keluar dari sekolah ini. Mungkin.

Melawannya hanya akan memperparah keadaan.

Aku bahkan taktahu namanya. Namun perempuan senioritas dan sok jago ini berjalan mengitariku sambil menatap wajahku, sepertinya. Aku hanya menunduk, benar-benar berdiri membeku.

"Gue yang dari dulu udah ngejar Akram," Dengan jari telunjuknya ia mendorong pelipisku, lumayan kencang.

"Jadi lo, mending jauh-jauh deh, dari dia! Gausah ganggu hubungan gue sama Akram!" Lah, emangnya Akram nganggep lo apa jir?

"Lo cuma pendatang baru. Gausah belagu!"

Maybe you're not that attractive darling. Saying something like this to me just made you look even more pathetic.

"Lo main-main sama Jennifer? Lo akan ngerasain ini!" Salah satu teman perempuan gila ini—yang baru kuketahui namanya Jennifer— tiba-tiba menyaut.

Ia saja baru datang 5 menit yang lalu, kenapa ia berlagak seolah-olah ia tahu semuanya?

Jennifer berdiri tepat depanku. Iblis ini mendongakkan daguku untuk menatapnya yang memang jauh lebih tinggi daripada ku. Aku sontak kaget.

"Denger kata dia barusan?" Muka antagonisnya menatapku dengan mencekam, sambil menaikkan sebelah alisnya setelah menanyakanku pertanyaan itu.

"JAWAB!" Jennifer membentakku. Sialan. Diriku sontak terkaget dengan suara lantangnya itu.

"WOI!"

Aku kaget lalu melirik ke arah suara, seseorang keluar dari balik semak-semak. Yang aku rasakan sekarang sangat lega. Aku tahu itu pasti seseorang berniat baik yang ingin menciduk Jennifer dan antek-anteknya ini.

"A..kram?" ujar Jennifer dengan suara tipis, terbelalak tak percaya. Jennifer melepaskan tangannya yang tadi mengontrol dagu ku, membuatku leluasa untuk menggerakkan kepala sekarang.

Wait, bagaimana ia tahu?

"Kata siapa Elora ngedeketin gue?" Laki-laki yang kayaknya keturunan arab ini—yang ternyata jauh lebih tinggi daripada Jennifer yang tingginya aja udah jauh banget dari gue—melangkah dengan cepat lalu berhenti tepat di samping Jennifer.

Berasa di film sih, cewenya lagi di labrak, she was so weak that she doesn't even know what to do, eehh tapi tiba-tiba dan entah dari mana seorang cowo dateng buat nyelamatin dia.

Well, gue ga berharap Akram itu pangeran penyelamat gue atau gimana sih, hanya saja untuk kali ini dia yang nyelamatin gue dan gue sangat bersyukur atas itu.

"Jujur aja, Jen. Gue udah ngajak dia pulang bareng beberapa hari ini. Tapi dia nolak. Yakin mau bilang dia yang deketin gue?"

Jennifer tertunduk, persis seperti saat ia menindasku beberapa menit yang lalu.

"Terus lu mau mikir dia nolak pulang bareng sama gue karena dia jual mahal? Plis jangan juga mikir sampe situ."

"Semakin ada orang yang mau nyakitin elora, semakin gua mau ngelindungin dia, dan semakin juga gua ga respect sama orang itu."

a copy of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang