Pada akhirnya, bunda Kim menyuruh dua remaja itu untuk beristirahat di kamae Taehyung. Mengatakan pada Irene bahwa bunda akan memasak dan membiarkan mereka menikmati waktu bersama.
Alhasil di sinilah mereka berdua. Dengan posisi Kim Taehyung yang sedang berbaring sambil bermain game dan mengeluarkan teriakan yang dimengerti. Lalu Irene hanya duduk di sudut kamar, menghadap ke arah rak buku kecil yang sengaja Taehyung tambahkan pada dekorasi kamarnya.
Rak buku berbentuk persegi panjang yang tertempel di dinding itu hampir seluruhnya berisi buku-buku Irene. Sisanya hanyalah buku baca’an Taehyung. Ah, jangan salah, di apartemen justru ada rak buku yang lebih besar lagi. Berisikan koleksi keduanya yang memang hobi terhadap novel, manga, atau komik. Mejadikan salah satu ruangan di apartemen Taehyung sebagai ruang membaca dan kadang mengerjakan tugas.
Irene terlalu sibuk membaca, menggulir halaman per halaman dengan santai sambil sesekali membenarkan posisi duduknya. Tanpa menyadari Taehyung kini menatapnya dengan posisi tubuh dimiringkan. Permainannya kalah dan ia dalam mood malas untuk mengulangnya, menjadikan lelaki itu menatap kekasihnya.
Tidak lama, Taehyung mengganti posisinya. Beralih menjadi duduk dengan kaki bersila di atas tempat tidur, menjadikan Irene sebagai objek yang menjernihkan mata.
Bagaimana bisa ia mendapatkan gadis secantik dan sebaik itu? Diluar dari sifat dingin dan judesnya, Irene adalah gadis manis dan manja yang selalu berhasil membuatnya jatuh dan jatuh. Matanya tidak pernah lepas dari gadis pujaannya.
“Gila, cantik banget pacarnya Taehyung.” gumam Taehyung sambil tersenyum.
“Kamu gila, loh, kalo senyum sendiri,” ujar Irene sambil menggelengkah kepala.
Kim Taehyung hanya mendengus, matanya masih memperhatikan bagaimana gadisnya beranjak dari tempatnya setelah mengembalikan buku yang dibacanya. Irene berjalan ke arah Taehyung yang duduk di tengah ranjang, mengikuti lelakinya dengan tubuh yang kini saling berhadapan.
“Tae, peluk dong!”
Irene segera menabrakkan diri ke pelukan Taehyung. Menyusup dengan lengan melingkar di kedua pinggang kekasihnya, wajahnya tertanam pada bahu kekar Taehyung. Dibalas usapan lembut di rambut dan punggung, membuatnya nyaman.
“Ada apa, nih? Pacarnya Kim Taehyung tumben sekali minta peluk?” goda Taehyung.
Taehyung itu harus ekstra peka dan sabar dalam menghadapi Irene. Gadisnya bukan tipe orang yang suka berbicara to the point tentang apa yang dirasakannya, Taehyung harus merayu dan paham dengan gestur tubuh gadisnya. Seperti sekarang, walau ucapannya tadi terdengar menggoda, tapi Taehyung tentu saja paham bahwa gadisnya tidak baik-baik saja.
Terbukti dari bagaimana Irene mengusal manja dan menghela napas berat. Bagaimana gadisnya menghirup oksigen sebanyak mungkin dan tangannya memainkan kaos yang dipakainya. Irene sedang gelisah.
“Aku capek banget,” lirih Irene.
“Capek? Kenapa? Cerita sini.”
“Nggak tahu, capek aja rasanya, jenuh, bosen.”
Taehyung mengangguk, melepas pelukannya, menangkup wajah Irene tepat di depan wajahnya. Mencium wajah kekasihnya, kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir tepat bagian bibir. Melumat kecil sambil mengusap rambut gadisnya sayang.
“Tae, sayang banget, loh, aku sama kamu!”
Seperti mendapat jackpot. Irene bukan tipe orang yang suka mengumbar kata cinta dan sayang. Membuat Taehyung mengerjap beberapa kali dan tersenyum kotak, menatap gemas pada kekasihnya sambil mencubit pipi Irene.
“Aku juga sayang kamu.”
“Sayang banget?”
“Hm, banget-banget.”
“Irene juga sayang Taehyung, banget-banget!”
Kim Taehyung mengangguk, mengecupi puncak kepala gadisnya agar sang pujaan hati merasa lebih baik. Sambil sedikit menundukkan pandangan, ia dapat melihat Irene hanya menatap kosong ke depan, sesekali ia menyamankan posisi dalam dekapan yang lebih muda.
“Mikirin apa, sih?” tanya Taehyung. “Sini cerita, kamu kenapa?”
“Kangen mama papa.”
“Mau pulang?” pertanyaan itu sukses membuat Irene menegang kaku di tempatnya. Mengerjapkan matanya berulang kali dengan gusar. “Aku anterin, mau?”
“Nggak berani pulang,” jawab Irene. “Aku takut pulang, tapi aku kangen mama papa, gimana?” tanya gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
“Kenapa nggak berani?” Taehyung diam, menunggu jawaban Irene yang dirasa akan sama dengan jawaban sebelumnya.
Detik itu juga, Irene meneteskan air mata. Hubungannya dengan orang tua memang tidak bisa dikatakan buruk, namun mengingat pertemuan terakhir mereka berlangsung dengan pertrngkaran membuat Irene sedikit banyak merasa terbebani. Dan Kim Taehyung paham, namanya menjadi alasan utama dalam berakhirnya pertemuan itu.
Bukan hanya Irene sebenarnya, namun Taehyung juga terbebani. Bagaimana ia berupaya membujuk Irene agar tidak keras kepala, dan bagaimana caranya menghadapi orang tua Irene—terutama kepala keluarga Bae—yang memang menyimpan penilaian buruk terhadapnya.
“Akhir pekan besok kita libur, kan? Aku anyerin pulang, mau?”
“Dianterin Taehyung?” tanya Irene polos.
Ah, gadisnya memang sulit ditebak. Bagaimana bisa sekarang Irene menatap polos ke arahnya dengan binar bahagia yang tidak bisa ditutupi. Membuat Taehyung gemas dan menggigit pipinya gemas.
“Iya, cantiknya Taehyung.” jawab lelaki Kim yang sukses membuat Irene merona dan menunduk malu.
“Mau, tapi, jangan ditinggalin, ya?”
Taehyung mengangguk sebagai jawaban. “Nggak akan lagi, sayang. Aku bakalan terus nemenin kamu sampai kamu minta pulang lagi ke sini.”
Irene tersenyum lagi. Mengecup pipi kekasihnya semangat setelah menggumamkan terimakasih. Bucin macam Taehyung? Tentu saja meleleh di tempat. Mendapat jackpot karena kecupan manis di sore hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANTE
Fanfiction"Noona!" seru Taehyung. Lari ke arah gadis yang berdiri nggak jauh darinya. Irene melotot, pukul kepala Taehyung keras. "Jangan panggil noona!" "Iya, maaf sayang." lembut Taehyung, buat Irene luluh dan memerah di tempat. • • Jadi, bagaimana kehidu...