Kang Seulgi
Kim, pacar lo mabuk, ke bar skrg!
22.37 pm
Lo dmn sih anjing?!
22.49 pm
Park Bantet Jimin
Ini pcr lo parah, cptn ke sini!
22.51 pm
Kalo dia ada apa2 gue gk ikutan y.
22.52 pm
7 Panggilan Tidak Terjawab dari Kang Seulgi
11 Panggilan Tidak Terjawab dari Park Bantet Jimin
Sudah lebih dari tiga puluh menit pesan itu terkirim. Kim Taehyung hanya bisa mengumpati dirinya yang lalai dan membiarkan ponselnya kehabisan daya. Disaat genting seperti ini, ia justru baru tahu, membuatnya kesetanan tanpa peduli bahwa di luar cuaca sedang hujan gerimis.
Tanpa memakai jas hujan, hanya beralaskan jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans selutut. Taehyung menerjang jalanan menggunakan motor dengan kecapatan tinggi, suasana yang sepi membuatnya bebas mengendarai dengan ugal-ugalan. Tidan mempedulikan kanan-kiri, pikirannya hanya fokus pada kekasihnya yang kini berulah di bar.
Bae Irene melewati batas yang sudah mereka tentukan. Sedikit tidak menyangka kenapa kekasihnya itu bisa berpikiran dangkal dan menerjunkan dirinya ke dunia malam yang jelas-jelas berbahaya.
Hei. Bahkan Taehyung tidak pernah mengajaknya ke sana, kenapa Irene bisa bebas ke sana sendirian?
Gadisnya memang lebih tua dua tahun darinya. Tapi percayalah kepolosan gadis itu masih sangat-sangat murni, bahkan Seulgi dan Jimin sampai terkejut karena melihat Irene pertama kali minum beberapa bulan lalu saat ulang tahun Seulgi. Membuat mereka takjub melihat Irene ternyata semurni itu.
Padahal Irene juga bukan tipe peminum. Minuman alkohol keduanya saat mereka merayakan ulang tahun Taehyung di apartemen lelaki itu. Membuat Irene berbicara dengan lantang bahwa ia akan pergi ke bar dan meminum di sana, tentu saja dengan Taehyung.
Namun kali ini, lelaki itu sepertinya kelepasan. Macan betina itu sudah kabur dari kandangnya dan pergi ke alam liar tanpa peduli dengan pemburu yang haus akan mangsa.
Motor terparkir dengan sempurna, Taehyung melepas jaketnya yang basah melemparnya sembarangan arah. Hujan sedikit bertambah lebat, menambah hawa dingin mencekam apalagi dengan aura Taehyung yang terkesan mengintimidasi. Kakinya melenggang pergi, memasuki bar yang sudah menjadi teman malamnya—dulu—sebelum mengenal Irene.
Beberapa yang mengenal Taehyung memilih minggir, walau ada satu atau dua orang ysng sengaja mengejek ke arahnya dan hanya dibalas tatapan tajam. Bodohnya Taehyung tidak tahu dimana Irene dan dua orang lainnya berada, matanya menajam, menelisik satu per satu sudut yang ada hingga ia menyipit.
Di sana, ujung bagian barat. Bae Irene mabuk parah dengan Seulgi yang berusaha menariknya, Jimin bahkan tidak bisa berbuat banyak ketika tubuh bantetnya di dorong hingga jatuh ke lantai. Melihat Irene hanya diam dan bergelanyut manja di leher seorang lelaki lain, duduk dipangkuan lelaki itu dan—
“BANGSAT!”
BUGH!
BRAK!
“BAJINGAN SIALAN! LEPASIN PACAR GUE BANGSAT!!!” Taehyung murka dengan segala kondisi yang ada. Menyerang siapapun yng menghalangi jalannya, Park Jimin kembali di sisinya dan mulai membantunya.
Namun, Taehyung yang kalap akan emosi bukanlah hal yang bagus. Lelaki itu membabi buta menghajar tersangka yang berani menggerayangi tubuh kekasihnya dengan tangan kotor miliknya.
“LO BAJINGAN BANGSAT! BERANI LO SENTUH PUNYA GUE, HABIS LO ANJING!!”
“Tae, woi, udah! Dia bisa mati, Taehyung!” Jimin berusaha melepas, namun lelaki itu malah terdorong.
“Gue emang berniat bunuh cowok biadab ini!” tatapan matanya tajam, Taehyung terus menghajar tanpa peduli pada sekitar.
Jimin menarik Taehyung lebih keras. “Bangsat! Bawa cewek lo pergi bukannya malah makin jadi di sini!” omel Jimin tidak suka. Ia menunjuk ke arah Irene yang dibantu oleh Seulgi dan Sooyoung untukm keluar menuju parkiran.
Taehyung menendang lelaki tanpa nama itu sekali lagi, lalu bergegas menghampiri kekasihnya yang sudah hangover dipapah oleh kedua sahabatnya.
Langkah berjalan menuju parkiran mobil dimana Irene sudah berada di sana, Seulgi langsung memberi selimut merah kepunyaannya yang berada di jok belakang, menyampirkan selimut itu ke tubuh Irene. Sedangkan Sooyoung meletakkan barang-barang Irene ke jok belakang dan menutup pintu perlahan.
Taehyung kacau, ia duduk di sisi kanan mobil Jimin. Tangannya mengepal dan ia menunduk dalam, merasa hancur dan tidak berguna. Tepukan halus di pundak membuatnya mendongak. Jimin, Seulgi, dan Sooyoung menatapnya iba.
“Omongin baik-baik, ya? Irene Eonni mungkin lagi ada masalah makanya dia begitu, oppa.” Jelas Sooyoung perlahan.
Seulgi hanya mengangguk dan melirik ke arah Jimin yang juga menatapnya. “Lo bawa aja mobilnya Jimin, motor lo biar kita bawa.” Ujar Seulgi santai.
Taehyung menatap ke arah Sooyoung. “Lo pulangnya gimana, Soo?” tanya lelaki itu. “Mau bareng gue?”
Sooyoung menggeleng lalu tersenyum. “Nanti di jemput kakak gue, sekarang lo balik ya, kasihan Irene Eonni pasti capek. Kalian omongin ini baik-baik, ya?”
Taehyung mengangguk dan tersenyum. Memasuki mobil Jimin dan membawanya keluar dari parkiran bar. Pandangannya tajam, lurus ke depan, tangan memegang kemudi stir denga erat, rahang lelaki itu mengeras.
“Udah pernah aku bilang, aku nggak suka milikku disentuh orang lain, Bae.”
Tanda merah di leher kekasihnya, membuat Taehyung ingin membunuh bajingan tengik itu!•—•—•
Pukul tiga dini hari.
Hujan turun deras dengan angin kencang, tidak membunuh keinginan Taehyung untuk merokok di balkon kamarnya. Pintu ditutup rapat, tidak ingin mengganggu kekasihnya yang tidur pulas setelah muntah tadi.
Irene bukanlah peminum handal, dia bisa tepar hanya karena tiga sloki minuman yang ditenggaknya. Gadis itu sempat mengigau beberapa kali, menggumamkan ayahnya, dirinya, dan juga menangis kencang. Namun kembali pulas dan damai dalam tidurnya seperti sekarang.
Pandangannya ke atas, menerawang apa yang terjadi padanya selama ini. Mungkinkan gelar berandalan yang selalu dibanggakannya akan membuat hubungannya kandas di tengah jalan? Atau mungkinkah ia harus melepaskan Irene saja? Membiarkan gadis baik itu bersama dengan orang lain yang jauh lebih baik dari dirinya.
Pikirannya kacau, ditambah kejadian di bar tadi membuatnya berada di titik terendah. Ia hanya bisa menunduk dan memejamkan mata. Tangannya memegang pembatas balkon dengan erat hingga kuku jarinya memutih.
Tak lama ia mendengar suara grasak-grusuk dari belakang sana. Yakin bahwa kekasihnya sudah bangun dengan kondisi yang tidak baik, maka dari itu Taehyung berinisiatif untuk bangkit.
“Tae?” panggil Irene lirih. “Sayang?” ucapnya lagi. “Taehyung sayang?” gumamnya lagi.
Lelaki itu bergegas ke arah tempat tidur, duduk di samping kekasihnya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, hanya mengusap lembut rambut Irene membuat gadisnya nyaman.
Irene sebenarnya juga merasa, aura mencekam dan dingin ini bukan berasal dari angin yang masuk melalui balkon. Melainkan dari kekasihnya yang nampak begitu murka dengan mood yang sangat buruk.
“Pusing, Tae,” ujarnya manja berusaha mengalihkan pikiran Taehyung.
“Ya, tidur lagi aja.”
“Nggak bisa tidur, pusing banget.”
“Nanti pusingmu juga ilang.”
Nada bicara lelaki itu terkesan dingin. Pandangannya tidak lagi lembut namun tajam dan menusuk. Irene dibuat takut setengah mati oleh aura Taehyung yang seperti ini, membuatnya tidak bisa berkutik dan menunduk dalam.
“Aku haus, Tae.” Gumamnya lirih.
Tanpa kata, Taehyung setelah bangkit. Meninggalkan Irene yang menatap nanar punggung tegap lelaki itu. Walau ia tidak ingat apa yang terjadi, tapi pasti, Taehyung yang menyusulnya ke bar dan membawanya kemari. Membuatnya memikirkan hal yang paling buruk dengan resiko yang membuatnya sesak napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMANTE
Фанфик"Noona!" seru Taehyung. Lari ke arah gadis yang berdiri nggak jauh darinya. Irene melotot, pukul kepala Taehyung keras. "Jangan panggil noona!" "Iya, maaf sayang." lembut Taehyung, buat Irene luluh dan memerah di tempat. • • Jadi, bagaimana kehidu...