맨정신 - Sober

3.7K 380 31
                                    

November 9, 2018

Jun-Myeon membanting pintu mobilnya sampai menutup. Dia meninggalkan tas kerjanya di mobil dan hanya memegangi jasnya di satu tangan.

Pria itu baru selesai melepaskan kancing lengan kemejanya dan melipatnya asal sampai siku, dan baru akan melonggarkan dasi saat mendengar suara teredam di balik salah satu pilar di dekatnya.

Basement itu luas dan ada begitu banyak mobil yang terparkir, tapi suara itu bukan hanya khayalannya saja dan terlalu familier untuk diabaikan. Jadi dia mulai berlari berkeliling, mengecek tiap jarak yang cukup lebar untuk disesaki manusia di antara barisan mobil yang rapat. Dan pria itu hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat, menggeram marah saat mengenali mobil Irene yang terparkir di sudut dan melihat wanita itu terimpit di antara dinding dan seorang pria yang berusaha menciumnya.

Malam itu adalah pertama kalinya dia benar-benar kehilangan kendali, kalap, dan menyadari bahwa ada sisi mengerikan yang tidak disangka-sangka dari dirinya. Apa yang dirasakannya saat menghajar kekasih kakaknya dulu sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dirasakannya sekarang.  Dia ingin sekali, tanpa bisa dia hentikan, membunuh pria itu dengan tangan kosong. Hanya ingin menghajarnya sampai mati, memukuli wajahnya sampai tidak dikenali lagi. Dan dia hanya bisa memikirkan satu hal itu saja dengan darahnya yang terasa mendidih dan kepalanya yang bisa meledak kapan pun dalam hitungan detik.

Dia sadar bahwa dia sudah merontokkan deretan gigi keparat itu, mungkin juga mematahkan beberapa tulang karena bunyi derak leras yang bergema di dinding basement tersebut. Dan dia pasti sudah menghancurkan tengkorak kepala pria berengsek itu juga kalau tubuhnya tidak ditarik menjauh oleh seseorang.

Jun-Myeon melepaskan dirinya dengan kasar dan berbalik menghadap beberapa orang satpam dan aparat keamanan gedung apartemen mewah yang ditinggalinya itu. Dia bisa saja ikut menghajar petugas-petugas tidak bertanggung jawab ini, tapi dia hanya menggertakan giginya menahan emosi, melepaskan luapan amarahnya dengan berteriak.

“KALIAN SEMUA MAU KUPECAT, HAH? BAGAIMANA BISA ORANG TINGGAL DI APARTEMEN INI KALAU KEAMANANNYA KACAU BALAU? Sekali lagi hal seperti ini terjadi, aku akan memecat kalian semua dan menuntut kalian ke pengadilan. Mengerti?

Jun-Myeon meraih tangan Irene yang berdiri diam di sudut, mengabaikan permintaan maaf yang diutarakan lenuh penyesalan oleh para satpam itu, dan menarik Irene menuju lift yang terletak di bagian paling ujung basement.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya, saat hanya tinggal mereka berdua saja di dalam lift yang hening.

“Hanya diserang oleh mantan pacar yang tidak rela diputuskan,” ucap Irene datar. “Apakah kau terluka?” tanyanya kemudian, memandangi wajah Jun-Myeon, mencari tanda-tanda memar atau semacamnya.

“Dia bahkan tidak sempat melawan.”

Irene tanpa sadar menghela napas lega, tidak melihat reaksi Jun-Myeon yang sedikit kaget dengan apa yang dia lakukan.

“Aku baru tahu kalau apartemen ini milikmu.” komentar wanita itu, saat lift berhenti dan mereka sampai di lantai tempat apartemen Jun-Myeon berada.

“Hanya investasi yang cukup menguntungkan,” gumam Jun-Myeon dengan nada tidak peduli. “Mandilah, dan ganti bajumu. Wajahmu tampak pucat,” lanjutnya, sedikit mendorong Irene masuk ke kamar. “Biar aku yang memanaskan makan malam.”

🖤

Jun-Myeon duduk dengan tegang, berusaha tidak menunjukkan kegelisahannya dan mati-matian mempertahankan matanya tetap tertuju ke layar TV, sedangkan Irene sepertinya mencoba membuatnya gagal.

Wanita itu memakai sweater berukuran besar sehingga tubuhnya tampak terbenam dalam kain rajutan itu. Panjang lengan sweater tersebut bahkan melebihi panjang tangan wanita itu sendiri.

Berevolusi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang