Jun-Myeon mendorong pintu sampai terbuka, tiba-tiba menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya dia pulang ke apartemen sebelum tengah malam -- pantas saja Baek-Hyun kaget setengah mati tadi. Dan dia bertanya-tanya dalam hati apa alasan di balik keanehannya ini. Karene wanita itukah? Ini bahkan baru beberapa jam sejak wanita itu pindah ke apartemennya dan keadaan sudah mulai menunjukkan tanda bahaya.
“Hai,” sapa Irene sambil melambaikan spatula dalam genggamannya, entah bagaimana bisa terlihat sangat menggoda dalam balutan celemek dan rambutnya yang tampak berantakan dengan poni yang menempel ke kening karena berkeringat.
“Kau bisa memasak?” tanya Jun-Myeon spontan dengan nada sangsi.
“Aku tidak mungkin sempurna dalam segala hal. Aku perlu memiliki kekurangan. Jadi tidak, aku sama sekali tidak bisa memasak.”
“Jadi sedang apa kau di dapurku?” Jun-Myeon menghampiri wanita itu dan melihat meja makan yang sudah tertata rapi. Ada kimchi, bulgogi, sup, dan sepiring penuh kimbap di atas meja, yang sepertinya adalah masakan rumahan.
“Kau sudah makan? Tadi ibumu datang untuk mengatarkan semua ini. Aku hanya sedang memanaskan ddeokbeokki.”
“Ibuku selalu bergerak cepat,” gumam Jun-Myeon seraya menarik kursi dan duduk di atasnya, mencomot kimbap yang begitu menarik perhatiannya.
“Hei, bisa tolong jepitkan poniku? Ambil saja jepit yang ada di rambutku. Tanganku kotor,” pinta Irene dengan kedua tangan yang terentang di samping tubuh, penuh cipratan ddeokbeokki.
“Apa sih yang kau lakukan? Memasak saja tidak, tapi kau seperti baru saja menghabiskan waktumu berjam-jam di dapur,” ejek Jun-Myeon yang hanya dibalas cengiran lebar oleh wanita itu.
Pria itu berdiri, melepaskan salah satu jepit dari rambut Irene, dan menarik poni wanita itu ke belakang, penasaran bagaimana jika dia melepaskan semua jepitan rambut wanita itu, menyentuh helaian-helaian ikal tersebut di tangannya, melihat wanita itu dengan rambut tergerai yang tampak berantakan.
Sialan. Apa yang sedang dia pikirkan?
“Sebentar,” ujar Jun-Myeon saat Irene akan beranjakPria itu memegangi wajah Irene dengan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya terbuka di kening wanita itu, mengusap keringat yang menetes di sana dengan telapak tangannya, tidak terlalu menyadari apa yang sedang dia lakukan. Itu lebih sebagai tindakan refleks, yang tidak pernah terlintas di benaknya untuk dilakukan pada wanita mana pun sebelumnya.
“Sudah,” ucap Jun-Myeon, mendorong wanita itu menjauh.
Dia bisa melihat raut wajah Irene yang terkejut, yang cepat-cepat dibenahi oleh wanita itu dalam hitungan detik sehingga seolah-olah dia hanya membayangkannya saja.
Mereka tidak membicarakan apa pun lagi sampai Irene menyelesaikan pekerjaannya dan duduk di meja makan, membuat Jun-Myeon berpikir tentang adegan-adegan yang dia rasa hanya ada di kehidupan manusia lain, tidak dalam kehidupannya. Saat seorang istri memasak, menyambut suaminya pulang, lalu mereka akan makan bersama, membicarakan hari yang sudah mereka habiskan di tempat berbeda.
“Kau masih tidak mau menceritakan kepadaku tentang pria yang kau sukai itu? Yang membuatmu tidak leduli harus menikah dengan siapa?” tanya Jun-Myeon, mencari topik pembicaraan yang menurutnya aman. Tidak akan ada pertanyaan tentang bagaimana harimu, apa saja yang sudah kau lakukan hari ini, atau dia akan menjadi gila.
“Kau tidak bisa menjauhkan keingintahuanmu dari kehidupan pribadiku, ya?” kecam Irene sebelum menyuap satu sendok penuh nasi yang masih mengepul hangat ke dalam mulutnya.
“Hanya pertanyaan itu yang terpikirkan,” jawab Jun-Myeon tanpa merasa bersalah.
Irene berpikir sambil mengunyah nasi di dalam mulutnya, menimbang-nimbang apakah dia seharusnya merasa keberatan atau tidak dengan pertanyaan pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Berevolusi ✓
FanficKIM JUN-MYEON Aku menyukai wanita itu. Rambut bergelombangnya yang tergerai, bibirnya yang sensual, pinggang rampingnya, dan kakinya yang jenjang. Semuanya hanya masalah fisik. Kemudian suatu pagi aku terbangun di sampingnya dan.. aku menyukai sinar...