거짓된 사랑 - Fake Love

3.8K 391 17
                                    

October 26, 2018
Caffest, Myeong~dong, Seoul

“Halo. Apa aku terlambat?” Irene tersenyum meminta maaf sambil mengulurkan tangannya.

“Tidak.” Klien baru Irene itu berdiri dan menyambur uluran tangannya. “Kim Seok-Jin.” Pria itu memperkenalkan diri.

“Bae Irene.” Wanita itu meletakkan tasnya di bangku kosong sebelum duduk. “Jadi, kau membeli toko ayahku?”

“Ya. Lokasinya tepat di sebelah, jadi aku tertarik.”

Irene memperhatikan pria di depannya. Pria itu tampan, jelas. Tapi tampak kaku. Sekali lihat pun Irene langsung tahu bahwa Seok-Jin adalah jenis pria pendiam yang sulit bergaul, terutama dengan wanita. Pria seperti itu selalu membuatnya tertantang. Mungkin karena bisa main-main sebentar.

“Jadi, apa yang bisa kubantu?” Irene memajukan tubuh, sedikit menunduk di atas meja hingga belahan kemeja berbahan tipis yang dia kenakan sedikit tertarik ke bawah.

Seok-Jin melirik pun tidak.

“Ayahmu mempromosikan padaku dan kurasa aku bisa memakai jasa perusahaanmu untuk mengurus interior restoranku. Rencananya restoran itu akan dibuka bulan depan dan aku sudah memiliki rancangan yang kuinginkan.”

“Tidak masalah.” Irene mundur dan menyandarkan punggung ke kursi, kali ini dengan tangan terlipat di bawah dada. “Aku hanya memiliki satu proyek besar bulan ini, jadi kurasa aku bisa membantumu. Bisa kulihat rancangannya?”

Seorang pelayan pria datang membawakan minuman dan sepiring makanan ringan. Pria itu juga tampan, masuk ke dalam kategori flower boys. Irene mulai bertanya-tanya ada berapa banyak pria memesona yang dipekerjakan di tempat ini. Mungkin dia harus sering-sering datang dan mencari tahu.

Dia menyunggingkan senyum ke arah pelayan itu, dan tanpa sengaja melihat seorang wanita yang berdiri di dekat konter, jelas-jelas melotot ke arahnya. Sepertinya, pelayan pria yang satu ini sudah ada yang punya.

“Ini blueprint-nya.” Suara Seok-Jin membuat Irene kembali memfokuskan pikiran.

“Aku ingin restoran ini dibagi menjadi tiga spot. Aku berpikir tentang spot single, couple, dan friends. Dan jangan lupa, dengan tema hutan.”

“Menarik.” Irene menatap terkesima pada rancangan desain ruangan yang digelar di atas meja. “Sangat menarik.” Dia menatap Seok-Jin. “Jelaskan.”

“Di bagian pintu masuk akan ada jembatan kayu dihiasi dengan lampu jalan yang tampak kuno mungkin, tanaman rambat, atau semacamnya. Di ujung jembatan akan ada tiga jalan bercabang. Jalanan setapak berkerikil di sebelah kiri menuju spot single, diperuntukan bagi orang-orang yang datang sendirian, tanpa teman maupun pasangan. Jalanan tanah di sebelah kanan diperuntukkan bagi orang-orang yang datang bersama teman-teman. Jalanan berumput di bagian tengah menuju spot yang diperuntukkan bagi para pasangan kekasih maupun suami istri. Begitu.”

Seok-Jin menunjukkan tiga bagian yang dimaksud, lalu menyingkirkan kertas rancangan itu untuk menjelaskan rancangan ruangan berikutnya.

“Spot Single,” dia melanjutkan, “terdiri dari satu bar besar dalam bentuk lingkaran di tengah ruangan, di mana sekitar dua puluh kursi akan disusun mengelilingi. Bagian langit-langit ruangan ditutupi dedaunan merambat dengan hiasan buah-buahan palsu warna-warni yang bergelantungan. Lantainya berupa kerikil, dan kursi-kursinya berbentuk batang pohon yang digerjaji.”

Seok-Jin mendongak dan mendapati bahwa dia telah mendapatkan perhatian Irene sepenuhnya. Tadinya dia berpikir bahwa wanita itu berusaha menggodanya, tapi sekarang dia berhasil membuat wanita itu terpesona. Lada rancangan restorannya.

Berevolusi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang