November 5, 2018
“Dapat barang bagus, Tae-Hyung~ssi?”
Tae-Hyung berbalik dan tersenyum mendapati Irene yang berdiri tepat di belakangnya. “Hai. Aku berusaha menghubungimu, tapi nomormu tidak aktif.”
Mereka memang belum bertemu lagi setelah berpisah di Verona waktu itu. Tae-Hyung sibuk dengan proyek resort, sedangkan Irene belum mulai bekerja di sana karena resort tersebut masih dalam pembangunan, yang berada di bawah tanggung jawab Tae-Hyung.
“Aku mengganti nomorku kemarin karena Jong-In sialan itu terus menerus mengganggu,” tukas Irene, menyebutkan nama pacar terakhirnya yang amat sangat menyebalkan.
“Mana oleh-oleh untukku?” tagih wanita itu, mengambil tempat di atas tumpukan papan yang tampaknya cukup kuat untuk diduduki. Mereka sedang berada di restoran baru Jin untuk mulai menata interior ruangan dan dia merasa sangat bersemangat.
“Wine dari Tuscany. Ada di mobil.” Irene langsung tersenyum lebar, walaupun dia masih sedikit kesal karena tidak bisa mendatangi kota itu sendiri.
“Barang-barang untuk restoran sudah datang?” tanya Tae-Hyung, memeriksa kertas-kertas berisi gambar desain yang berserakan di sekelilingnya. Dia langsung memberikan persetujuan saat melihat rancangan ini dalam versi e-mail yang dikirimkan Irene padanya.
“Sedang dalam perjalanan,” ucap wanita itu, memutar-mutar pensil yang ditemukannya di atas meja kayu.
“Tae-Hyung~ya,” panggil Irene ragu. Wanita itu mendongak, menatap Tae-Hyung yang berdiri membelakanginya.
“Mmm?”
“Aku akan menikah.” Wanita itu menggigit-gigit bibirnya tanpa sadar.
Tubuh Tae-Hyung menegang dan gerakan tangannya terhenti di udara. Pria itu berpikir mungkin saja dia salah dengar. Atau mungkin saja tidak?
“Apa?” tanya Tae-Hyung, berbalik menatap Irene dengan tatapan syok.
“Aku akan menikah,” ulang wanita itu. Ada secercah harapan saat dia melihat raut wajah Tae-Hyung yang kaget. Mungkin.. masih ada sedikit kemungkinan bahwa pria itu bisa saja menyukainya dan..
“Kau? Menikah? Dengan siapa? Aku tidak menyangka kau memikirkan tentang pernikahan. Bukannya kau baru putus dengan Jong-In?”
Jelas bukan reaksi kaget seperti yang dia harapkan. Bahu Irene melesak turun saat semua mimpinya direnggut tiba-tiba tanpa belas kasihan.
“Mmm. Aku dijodohkan,” sahut Irene lemas. “Dengan Kim Jun-Myeon.”
“Kim -- tunggu! Maksudmu Kim Jun-Myeon? Kim Jun-Myeon yang itu?” Kali ini Tae-Hyung benar-benar tidak bisa menahan keterkejutannya. Nama Kim Jun-Myeon sangat terkenal dalam dunia yang mereka geluti, terutama setelah pria itu resmi menjadi ahli waris Sejin Group dan mengambil alih perusahaan, juga tentang sepak terjangnya dalam masalah wanita.
“Benar. Kim Jun-Myeon yang itu.”
Irene bangkit berdiri, berjalan menghampiri Tae-Hyung, lalu berhenti di depan pria itu, sedikit menjinjitkan kaki agar bisa menyandarkan dagunya di atas bahu pria tersebut.
“Kau tidak cemburu?” tanya wanita itu penuh harap.
Tae-Hyung terkekeh dan melingkarkan lengannya di sekeliling pinggang Irene, mengusap punggungnya perlahan.
“Dasar manja. Kau akan menikah dengan kembaranmu sendiri. Bukankah itu kedengarannya sangat lucu?”
Irene mendesah dan tersenyum getir, melakukannya hanya karena dia tahu bahwa Tae-Hyung tidak bisa melihat betapa hancurnya dirinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berevolusi ✓
FanficKIM JUN-MYEON Aku menyukai wanita itu. Rambut bergelombangnya yang tergerai, bibirnya yang sensual, pinggang rampingnya, dan kakinya yang jenjang. Semuanya hanya masalah fisik. Kemudian suatu pagi aku terbangun di sampingnya dan.. aku menyukai sinar...