???
Pria bermarga Oh itu menatap aneh istrinya yang pagi ini terlihat janggal. Bukan, bukan ada yang berubah dari fisiknya, dia masih cantik seperti biasanya. Hanya saja, si mungil itu menjadi lebih pendiam.
Beberapa kali Sehun memergoki Jisoo yang seolah sedang melamun, saat menuangkan susu kedalam gelasnya, saat mengolesi helaian roti tawar dengan selai favoritnya ataupun saat menaruh roti hasil bakaran nya diatas piring.
Sehun sudah mencoba menarik perhatian Jisoo dengan menaruh handuk kecil bekas mengelap keringatnya sehabis workout diatas meja makan, biasanya Jisoo akan langsung mengomel dan membawa handuk itu ke keranjang cucian.
Namun yang terjadi hari ini berbeda, wanitanya itu hanya melirik handuk itu lalu membawanya pergi tanpa mengomel, membuat kerutan di dahi Oh Sehun.
Tak lama tubuh ramping itu kembali, lalu mendudukan diri di meja makan. Sehun masih menatapinya heran, Jisoo lantas balas menatapnya.
"Ada apa?" Jisoo bertanya dengan wajah lugunya, yang entah kenapa sedikit murung hari ini.
Sehun mengangkat tangannya lalu membelai lembut pipi halus Jisoo dengan memberinya sorot khawatir.
"Baby, kamu kenapa? Kamu sakit?" Sehun bertanya, Jisoo menggelengkan kepalanya lalu menggenggam tangan Sehun yang barusan membelai pipinya.
"Aku gak apa-apa kok." Jisoo menyahuti dengan senyuman yang justru kelihatan getir, dipaksakan.
Sehun menghela nafasnya, dia masih tidak melepaskan tatapan dari istrinya walau wanita itu kini pura-pura sibuk dengan sarapannya.
"Habis ini kita harus bicara." Ujar Sehun final, Jisoo menatap suaminya dan menyadari raut serius sekaligus dingin di wajah itu, akhirnya hanya bisa pasrah dan menganggukan kepalanya.
Beberapa menit kemudian, merekapun menuntaskan sarapan mereka. Jisoo lalu membereskan meja makan dan menaruh peralatan makan yang kotor ke washtafel. Saat itu juga, Sehun langsung melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu lalu menariknya.
Jisoo hanya bisa pasrah saat Sehun mendudukannya di meja pantry lalu mengukungnya dengan kedua tangan yang dia taruh di kedua sisi tubuh Jisoo. Pria itu lantas sedikit mendongak menatapnya dalam, sedangkan Jisoo nampak menggigit bibir bawahnya sambil membalas mata yang mengintimidasi itu.
Detik berikutnya, Jisoo turun dari atas meja, dia sudah tidak tahan lagi, di abaikan tatapan Sehun yang kini kelihatan heran. Dengan segera Jisoo dekap tubuh keras suaminya, menyandarkan kepala di dada bidang itu dengan tangan melingkari sampai punggung.
"Sebentar.. biarkan begini dulu. Aku gak kuat liat dada kamu, bawaannya pengen meluk." Ujar Jisoo dengan nada polosnya sambil mengusek wajahnya di dada nyaman itu.
Tak ia pedulikan tubuh Sehun yang masih menyisakan sedikit keringat, dengan wangi sabun dan sedikit parfum serta bau khas tubuhnya berpadu, entah mengapa menambah kesan sensual pada Pria itu bagi Jisoo.
Jisoo memejamkan matanya sambil mengeratkan pelukannya, menikmati detak jantung Sehun yang berdenyut tepat di telinganya. Sehun menangkup wajah Jisoo, hingga membuat wajah mungil itu mendongak menatapnya. Jisoo mengerucutkan bibirnya, karena Sehun mengganggu kesenangannya mendengarkan detak jantung Pria itu.
Dengan gemas Sehun mengecup bibir Jisoo, berkali-kali hingga membuat Jisoo kewalahan. Jisoo menaruh telapak tangannya diantara bibirnya dan bibir Sehun, menahan serangan Pria itu.
Mereka saling bertukar tatap, Jisoo bisa merasakan bibir lembut milik suaminya di telapak tangannya dengan gugup dia memalingkan wajahnya yang sudah merona. Sehun menyeringai melihatnya, dia turunkan tangan Jisoo dari bibirnya lalu kembali menaruh Jisoo diatas meja pantry.