Someone who is Forgiven

211 42 10
                                    


Setelah mendapat pesan dari Jihoon, Mina buru-buru masuk ke kamarnya lagi. menyambar hoodienya dan berpamitan pada ibu –atau mungkin bisa dikatakan berbohong- akan bertemu dengan Minhyung sebentar. Karena Ibu tidak akan pernah marah kalau dia sudah menyangkut tentang Minhyung.

Saat sampai di taman, Jihoon ternyata sudah berada di sana. Duduk di ayunan sambil menuliskan sesuatu di atas pasir menggunakan sepatunya. Meski memakai masker dan pakaian serba hitam, Mina bisa langsung mengenalinya. Justru berpakaian seperti itu membuatnya terlihat mencolok. Ia sudah sering melihat foto-foto artis yang tertangkap kamera menggunakan pakaian serupa.

"Hei," sapa Jihoon yang ternyata menyadari kehadirannya.

"Hei," Mina duduk di ayunan kosong sebelah Jihoon.

Setelah bertukar sapa mereka berdua sama-sama terdiam beberapa saat.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Mina akhirnya setelah berpikir lama kalimat apa yang harus diucapkannya.

Jihoon mengangguk, "seperti yang bisa kau lihat sendiri," ucapnya lalu tersenyum.

"Syukurlah."

"Apa kau sudah minum susu stroberi yang kutinggalkan untukmu tadi pagi?"

Ah, seharusnya dia tidak membiarkan si bodoh Minhyung menghabiskan susu itu. Semua karena Arin yang sok menjadi dektktif dan mengira fans Minhyung masih mencoba menerornya dengan pura-pura meninggalkan susu itu untuknya. Sekarang ia tidak bisa menjawab pertanyaan Jihoon.

"Mmm...y-ya," gumam Mina berbohong.

Jihoon tersenyum lagi.

"Jihoon-a apa tidak apa-apa kau menyelinap keluar dorm malam-malam begini untuk menemuiku?" tanya Mina sedikit khawatir. Bagaimana kalau-kalau fans Jihoon mengetahui kalau ia sedang bersama idola mereka itu?

"Aku tidak sendirian. Manajer hyung bersamaku," ucap Jihoon santai sambil menunjuk mobil van hitam yang terparkir tidak jauh dari taman itu.

Mina mengangguk-angguk.

"Tapi, aku tidak bisa lama-lama. Hyung memberiku waktu setengah jam saja dan aku sudah menggunakan 20 menit waktuku untuk datang ke sini dan menunggumu," Jihoon menarik nafas. Terlihat gugup. "Jadi, Mina-ya dengarkan baik-baik apa yang akan ku katakan."

Mina menatap Jihoon.

"Aku minta maaf. Maafkan aku yang menghilang seperti pengecut dan membiarkanmu kesusahan," ucap Jihoon. Kali ini Mina bisa melihat mata Jihoon yang berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat itu.

"Aku tidak apa-apa. Kalau permintaan maafmu ini untuk hal yang terjadi tujuh tahun lalu, aku tidak pernah menyesal melakukan hal itu. Kalaupun aku bisa mengulang waktu, mungkin aku bukan saja menonjoknya tapi menendang kakinya juga," kata Mina lagi.

Tujuh tahun lalu...

"Maafkan kami Kang Mina eommoni, apa yang dilakukan Mina pada Hwan sudah sangat keterlaluan. Bagaimana bisa siswa perempuan menonjok hidung sampai mimisan? Untung saja hidung Hwan tidak patah," ucap Kepala Sekolah.

Mina menunduk dan menatap sepatunya sementara telinganya mendengarkan dengan seksama percakapan antara ibunya dan kepala sekolah yang sedang berlangsung di dalam ruangan kepala sekolah.

"Putri saya melakukannya demi temannya yang dibuli oleh Hwan. Anda sendiri tahu itu, kan? Sekolah membiarkan adanya pembulian, apa itu masuk akal?"

"Tapi, anda tahu sendiri kan, Hwan itu anak pemilik yayasan sekolah ini? Saya juga tidak bisa berbuat banyak. Orang tua Hwan tidak terima Mina memukul Hwan dan mempermalukannya di depan teman-teman sekelas mereka."

Dear You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang