Ketika Mina bilang dengan percaya diri bahwa ia akan tetap sekolah hari ini nyatanya tidak semudah itu. Semalaman ia tidak bisa tidur. Memikirkan bagaimana nasibnya jika bertemu dengan para penggemar Jihoon nanti. Jujur, ia sangat takut. Baru membayangkannya saja, jantungnya sudah berdebar tidak karuan.
Bagaimana kalau ia tidak masuk saja? Pura-pura sakit misalnya?
"KANG MINAAA!" teriakan ibu terdengar dari lantai bawah.
Oh, Mina lupa bahwa ada ibu di rumah. Ibu tidak akan semudah itu mengijinkannya untuk tidak masuk sekolah. Apalagi, sejak kecil dia bukan anak yang mudah jatuh sakit. Ibu akan langsung tahu kalau dia berbohong.
"KAU TIDAK SEKOLAAAH??? INI SUDAH JAM BERAPA???" Ibu berteriak lagi. Kali ini terdengar benar-benar kesal. Bagaimana bisa dia berniat untuk pura-pura sakit kalau sekarang saja ibu sudah berteriak-teriak seperti itu.
Mina akhirnya turun juga setelah menyakinkan dirinya bahwa hari ini ia akan baik-baik saja. Ia berniat melewati dapur karena saat ini sedang tidak mood untuk sarapan. Tapi, pandangan matanya menangkap seseorang yang sedang menikmati sup di meja makan.
"Minhyung-a?" Mina tidak mempercayai penglihatannya sendiri.
Minhyung mengangkat wajahnya mendengar Mina memanggil namanya. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa.
HEY, APA INI?
"Makanlah cepat, Minhyung sudah menunggumu sejak tadi. Kalian berdua bisa terlambat masuk kalau kau tidak cepat," ucap ibu. Sebuah informasi yang membuat Mina sadar ia sedang tidak berimajinasi melihat Minhyung sekarang berada di depannya.
Meski tangannya bergerak cepat memasukkan semua makanan ke dalam mulutnya dan mulutnya sibuk mengunyah, mata Mina tidak pernah melepaskan gerak gerik Minhyung. Sementara Minhyung sendiri tidak ambil pusing mengetahui Mina yang sedang terang-terangan menatapnya.
Begitu selesai menghabiskan sarapannya, mereka berdua pamit untuk berangkat sekolah.
"Kita naik bis saja, waktunya tidak akan cukup kalau naik sepeda," kata Minhyung. Itu kalimat pertama yang diucapkannya setelah mereka berdua sampai di halte dekat rumah mereka.
Mina sendiri hanya mengikuti Minhyung dari belakang dan tidak tahu harus mengobrol apa. Pikirannya masih sibuk menerka-nerka kenapa Minhyung bersikap seperti ini padanya. Setelah pertengkaran kecil mereka, setelah suasana canggung yang mengisi hari-hari mereka belakangan ini, setelah percakapannya dengan Minhyung tadi malam...
"Kang Mina," Minhyung menjentikkan jarinya di depan wajah Mina.
Mina tersentak. Tidak sadar bahwa dia sedang melamun sampai tidak mendengar Minhyung beberapa kali memanggil namanya.
"Bisnya sudah datang," kata Minhyung memberitahunya.
Mina mengangguk lalu mengikutinya duduk di kursi dua penumpang.
Di dalam bis pun, meski mereka duduk bersebelahan tidak ada yang berinisiatif untuk membuka percakapan lagi. Minhyung terus menatap ke luar jendela. Sementara Mina sekarang mengamati orang-orang yang ada di dalam bis.
"Jeogiyo, apa Anda satu sekolah dengan Park Jihoon? Jihoon UNIVERSE?" seseorang mendekati Mina dan menatap wajahnya dengan seksama.
Mendengar nama Jihoon disebut membuat jantung Mina mencelos. Ia menggenggam roknya kuat-kuat, tangannya tidak berhenti bergetar. Itu bukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi, lidahnya mendadak kelu. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.
Tiba-tiba tangan kiri Minhyung menggengam kedua tangan Mina. Mina menoleh pada anak laki-laki itu. Kaget.
"Kami memang satu sekolah dengan Jihoon tapi tidak satu jurusan," Minhyung menjawab pertanyaan dari anak perempuan yang baru saja menanyai Mina. Anak perempuan itu meng-oh setelah mendengar jawaban Minhyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You [COMPLETED]
FanficMina dan Minhyung adalah sahabat sejak kecil. Layaknya sebuah puzzle, mereka saling melengkapi satu sama lain. Minhyung yang pintar tapi kaku, sementara Mina adalah anak perempuan yang ceria dan ceroboh sehingga membutuhkan Minhyung untuk selalu ber...