Episode 4

6 19 13
                                    

Kenangan

Disinilah. Di rumah ini semua kenangan yang tidak akan pernah Deva lupakan. Kenangan kenangan tentang semua keluarga kecilnya.

     Entah kenapa? Ketika Deva memasuki pagar rumah ini muncul kembali kenangan kenangan itu. Kenangan di mana masih ada papa. Di mana mama tidak sibuk bekerja. Di mana Radi masih bersikap baik dan ceria. Di mana hanya ada kebahagian. Tapi sekarang, yang ada hanyalah kesedihan bagi Deva dan mungkin tidak akan pernah ada lagi kebahagian itu meskipun hanya sebentar. Dulu waktu papa pulang bekerja, papa selalu menggendong dan mencium pipi Deva dan Radi. Papa selalu membawakan mainan. Kadang mereka selalu bertengkar. Tapi papa tidak akan marah, papa hanya akan memisahkan dengan sikap baik. Mama juga akan melakukan apa yang papa lakukan pada mereka. Namun kebahagian itu seperti ada yang merenggut begitu saja. Papa mengalami kecelakaan. Mobil yang di tumpangi papa menabrak sebuah pohon. Lalu papa meninggalkan saat di perjalanan menuju rumah sakit. Beberapa hari setelah papa meninggal, mama mulai sibuk menggantikan papa di perusahaan. Mama juga memaksa agar Radi bekerja membantu mama. Radi tidak meneruskan kuliah karena mama memaksanya agar bekerja dan hanya pokus pada pekerjaan. Radi juga mulai sibuk bekerja. Mama dan Radi seperti melupakan Deva begitu saja. Radi tidak seperti mama, Radi selalu memberikan apa yang Deva inginkan. Radi juga selalu memberikan perhatiannya, sehingga Deva merasa tidak sendiri.

Air mata meluncur begitu saja di pipi Deva. Membuat Deva langsung menghapusnya dengan kasar. Deva selalu begini saat mengingat semua kenangan kenangan itu. Deva agak kecewa. Mengapa papa meninggal begitu cepat? Mengapa papa meninggalkan Deva sendirian? Deva merasa sendiri pa. Deva merasa gak ada teman pa. Deva ingin papa ada di sini. Mama sama kak Radi udah berubah pa sekarang. Mama sama kak Radi sibuk dengan pekerjaannya pa. Deva sekarang sendiri. Papa baik baik di sana. Deva rindu papa. Deva kembali menghapus air matanya sebelum mengetuk pintu. Deva tidak ingin Radi mengetahuinya bahwa Deva menangis.

     Deva mengetuk pintu. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Keluar seorang cowok tinggi, memakai kaos berwarna abu dengan celana pendek. Cowok itu terlihat marah. Radi.

     "Ngapain baru pulang? Dari mana aja? Tadi siapa?" Tanya Radi dingin

     Radi terlihat marah. Deva bingung dengan Radi yang tiba tiba sangat berbeda. Memang di telepon tadi Radi terlihat marah. Dari suaranya saja sudah berbeda. "Aku kerja kelompok kak. Dari rumah Drianz" jawab Deva jujur.

     "Katanya sebentar. Sekarang sudah jam berapa?" Deva terkejut dengan suara Radi yang meninggi. "Ta....tadi De...."

    "Tadi apa, kamu main dulu? Terus kenapa kamu naik motor? Yang nganter kamu siapa? Dia bukan Lea kan?" Radi memotong pembicaraan Deva sambil membentak. Deva memundurkan badannya karena terkejut.

   "Iya kak, aku main dulu. Terus kenapa memang? Kenapa kalau aku naik motor? Kak Radi gak suka? Yang tadi emang bukan Lea. Terus kenapa?" Karena kesal Deva kembali membentak Radi. Radi kaget dengan apa yang dilakukan Deva.

     "Kamu belajar dari siapa bentak bentak kepada orang yang lebih tua? Kak Radi gak pernah ngajarin kamu bersikap kayak tadi? Apa karena kamu selalu bermain dengan teman teman kamu yang tidak benar, jadi kamu bersikap seperti itu?"

     "Kak Radi gak berhak bilang teman teman Deva seperti itu."

     "Kenapa gak berhak? Buktinya sekarang kamu jadi berani ngelawan gara gara berteman dengan mereka. Kamu udah berubah Dev. Kamu bukan Deva yang kak Radi kenal"

Deva merasa dirinya disalahkan. Deva tidak terima. "Kak Radi bilang kalau aku berubah? Bukannya kak Radi dan mama yang berubah? Kak Radi dan mama sekarang sibuk bekerja. Apa pernah mama nanyain kabar aku? Apa pernah kak Radi tanya gimana aku di sekolah? Enggak kan. Aku tau dulu kak Radi perhatian sama aku. Aku juga tau kak Radi sayang sama aku. Tapi, apa sekarang?" Deva tiba tiba memberhentikan suaranya. Deva terkejut bahwa Radi akan menamparnya. Tapi Radi tidak melakukannya. Radi merasakan nyeri di dadanya.

     "Kenapa gak jadi kak? Ayo tampar aja. Ayo tampar. Emang gak ada yang sayang lagi sama aku" air mata tiba tiba meluncur di pipi Deva. Membuat Deva langsung menghapusnya. Radi merasa bersalah membuat adiknya menangis.

     "Sana pergi makan, terus mandi dan langsung tidur!" Radi menyuruh deva. Radi tidak ingin memperpanjang masalah ini.

     "Aku gak mau makan. Aku udah kenyang dengan omelan kak Radi" Deva pergi begitu saja meninggalkan Radi. Membuat nyeri di dada Radi semakin bertambah.

     "Maaf Dev, kak Radi harus lakuin itu semua"

••••

Deva meninggalkan Radi sendirian. Deva tidak tahu apa yang harus dilakukan. Deva tidak mau masalah ini terus berlanjut.

     Deva berada di kamarnya. Pikiran Deva sekarang kacau. Deva terkejut melihat Radi begitu marahnya. Padahal cuman hal sederhana menurut Deva. Tapi mengapa Radi begitu marah? Deva tidak tahu Radi kenapa. Yang dia tahu hanyalah Radi sangat tertekan dengan pekerjaannya. Deva tidak tahu lagi selain itu. Deva merasa ada Malasah yang di sembunyikan oleh Radi. Tapi apa? Deva tidak tahu. Deva takut. Deva merasa takut saat ini. Deva tidak tau harus cerita ke siapa. Deva sekarang sendiri. Deva merasa tidak ada orang lain yang peduli saat ini. Yang Deva inginkan hanyalah papa. Papa yang selalu ada buat Deva.

     Deva menjatuhkan badannya di atas lantai di dekat pintu. Deva memegang kedua kakinya dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak terdengar. Deva juga menundukkan kepalanya di atas kaki. Bahu Deva bergetar. Keadaan Deva sekarang sangat buruk. Deva ingin menceritakan kejadian tersebut. Tapi tidak tau harus pada siapa. Deva merasa hanya sendirian. Deva tidak mempunyai siapa siapa. Yang Deva inginkan hanyalah papa. Deva rindu papa. Deva ingin papa sekarang ada di sini di samping Deva. Deva ingin menceritakan kejadian tadi pada papa. Deva merasa sendiri pa. Deva tidak punya siapa siapa sekarang. Mama sama kak Radi sekarang berubah pa. Pekerjaan telah membutakan mereka. Pekerjaan juga telah membuat mereka melupakan Deva. Mama sekarang jarang pulang ke rumah, paling pulang juga hanya  satu bulan sekali. Sedangkan kak Radi, kak Radi selalu marahin Deva pa. Deva takut. Deva ingin papa memarahi mereka. Bukankah waktu Deva kecil papa selalu memarahi mereka jika mereka memarahi deva. Deva rindu papa. Semoga papa bahagia di sana. Yang tenang ya pa. Deva pasti baik baik aja.

••••

About Together'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang