Perasaan
Devania Putri yang saat ini selalu ada di dalam pikiran Fahri. Yang sekarang sedang bertengkar dengan teman sebangkunya bahkan menjadi sahabatnya. Tapi apakah boleh jika dia menyukai sahabatnya sendiri?
"Aww sakit Dev. Emang Lo gitu kan. Kenapa jadi nyalahin gue" Drianz mengelus ngelus tangannya yang terkena cubitan dari Deva.
"Tapi Lo yang nyebelin" Deva cemberut. Fahri memperhatikan Deva. Jika cemberut gitu Fahri suka. Devanya lucu. Apakah pantes dia menyukai Deva?
"Sudah sudah gue didiemin nih." Fahri memajukan bibir bawahnya karena dirinya merasa tidak di anggap.
"Najis" Drianz dan Deva serempak.
"Ih ko kalian jahat sih sama Ahri" Fahri meniru gaya anak kecil.
"Jijik tau. Gue dengernya mau muntah" sebenarnya Deva suka dengan sikap Fahri yang manja. Deva memperhatikan Fahri diam diam. Saat Fahri melihat ke arahnya Deva buru buru melihat kearah lain, sengaja agar Fahri tidak menyadarinya. Tapi telat, Fahri sudah menyadarinya dari awal.
"Alay. Tapi ya Lo pantes juga jadi anak kecil. Jadi lucu lucu gitu. Oh ya Dev, gue baru sadar Lo kesini sendiri? Mana si mulut mercon" kata Drianz.
Bener sih Drianz baru sadar kalau Lea tidak ada. Pantesan merasa ada yang kurang. Entah mengapa dirinya memikirkan Lea.
"Cie nanyain" Deva dan Fahri bareng. Mereka saling pandang beberapa detik, kemudian saling memalingkan wajah. Terasa panas bagi keduanya.
"Cie barengan. Mungkin kalian jodoh kali. Jangan lupa pj. Awas kalau kalian gak beri pjnya"
"Apaan sih Lo. Dev Lo kesini mau ngapain. Pasti ada mau ya?" Fahri mengalihkan topik.
"Hehe ko Lo tau sih. Berarti gue harus jawab pertanyaan kalian ya. Satu satu dulu ya. Gak tau Yan gue tinggal tadi Lea sendirian di kelas habisan dia nyebelin. Bener Ril gue ke sini ada maunya makanya kalian harus bantuin gue ya"Jujur Deva
"Hah mal..." Drianz tidak melanjutkan karena terpotong seseorang
"DEVA!! Lo jahat banget sih sama gue. Masa gue di tinggal sendirian di kelas, sedangkan Lo asik asikan ngobrol di sini. Gak ada temen tau. Gue juga cariin Lo ke kantin gak ada, yaudah gue langsung ke sini aja. Eh ternyata bener Lo ada di sini. Ngapain sih Lo sama mereka?!" cerocos Lea.
Deva menutup telinganya, sama dengan yang dilakukan Drianz dan fahri. Bahkan semua siswa yang ada di kelas ini juga melakukannya. Teriakan Lea yang melebihi toa dapat membuat gendang telinga yang mendengarnya sakit.
"Bisa gak sih Lo gak teriak teriak. Sakit tau kuping gue" Deva meniup tangannya lalu di arahkan ke telinganya.
"Habisan Lo ninggalin gue sih"
"Gak habis pikir gue sama Lo. Kok suara Lo gak habis habis" Drianz mengusap telinganya. "Bisa bisa budeg nih gue gara gara suara cempreng Lo."
"Kok Lo ngehina gue sih!?"
"Tuh kan baru juga di omongin udah teriak teriak aja" Drianz menjauhkan dirinya agar tidak terkena pukulan dari Lea.
"Gue gak mau tau kalian berdua harus bantuan kita?" Deva menarik narik tangan Drianz dan Fahri. "Ayo cepatan ke kelas gue?"
"Betul itu ayo" Lea juga ikutan menarik mereka.
"Siapa kalian nyuruh nyuruh kita berdua?" Sahut Fahri sinis.
"Siapa kalian berani nolak ajakan kita?" Tantang Deva.
Mereka semua bertatap tatap dengan sinis. Kalau seperti ini siapa yang akan menang? Entahlah. Pasti harus ada di antara mereka yang mengalah, entah itu Fahri & Drianz atau Deva & Lea. Mereka seperti sedang perang. Benarkan kata Fahri jika mereka semua di pertemukan pasti akan adu mulut dan bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Together's
RomanceSejak kepergian papa, Deva merasa mama dan kak Radi berubah. Pekerjaan yang telah membuat mereka berubah. Dan di saat papa meninggal, kehidupan Deva berubah. Deva merasa sendiri. Tapi Deva sadar akan kehadiran sahabatnya, Deva tidak sendirian. Lea...