Episode 8

7 7 6
                                    

Tidak enak

Saat beberapa meter lagi dari rumahnya. Deva sudah tidak kuat lagi, Deva ingin istiharahat sebentar. Namun saat membalikan badannya untuk duduk di kursi yang ada di sisi jalan, Deva merasakan kakinya dan lututnya tergores aspal. Membuat Deva meringis kesakitan. Seseorang telah menubruknya dengan kencang.

"Maaf maaf Lo gak papa" cowok yang menubruknya barusan mengulurkan tangannya untuk membatu Deva.

Deva mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang menubruknya barusan. Deva juga menolak uluran tangan cowok itu. "Gak liat Lo. Kalau jalan itu hati hati. Liat liat kek pake mata. Dan gak usah sok mau bantuin, gue bisa sendiri" sahut Deva dengan kesal. Deva berdiri sambil membersihkan celananya yang kotor dengan menepuk nepukkan dengan tangannya.

"Ya udah. Sekali lagi gue minta maaf. Gue gak bisa bantuin Lo. Gue buru buru" cowok itu hanya memasukkan belanjaan Deva yang jatuh berantakan dan memberikannya. Lalu cowok itu pergi meninggalkan Deva.

"Aww sakit" Deva meringis kesakitan saat sakit di lutut nya kembali terasa. Lututnya lecet, sedikit berdarah.

Deva langsung pergi dan tidak niat lagi untuk beristirahat. Sebentar lagi Deva sampai rumahnya. Deva bersyukur. Deva ingin cepat cepat istirahat, kakinya masih terasa sakit bahkan sekarang terasa panas.Tapi Deva memaksakannya.

Saat di pertigaan, lagi lagi Deva di tubruk oleh seseorang. Membuat Deva duduk terjatuh. Kini bukan hanya kakinya yang sakit, pantatnya pun kini terasa sakit.

"Awww, om kalau jalan itu hati hati dong. Lihat lihat dulu ada orang apa enggak. Sakit tau" Deva bangun untuk berdiri.

"Maaf de, nggak sengaja. Oh ya de, Ade liat gak ada orang lewat sini. Tingginya sama kayak om, tapi lebih tinggi om. Palingan umurnya sama kayak Ade. Memakai celana jins dan baju kaos berwarna hitam"

"Om kalau nanya itu satu satu aku gak paham. Sekarang pantat aku sakit lagi. Bikin aku tambah gak paham. Tapi ya om, kayak nya aku liat deh orang yang om maksud" sahut Deva ketus.

"Perasaan om cuman nanya satu pertanyaan. Ah udah ah. Ketus amat de. Orangnya sekarang kemana?"

"Apa om aku gak budeg. Aku masih bisa jelas dengar apa yang om bilang. Tuh orangnya kesana" Deva menunjukkan jalan yang tadi dia lalui.

"Makasih ya de" lalu pergi meninggalkan Deva.

"Gimana sih tu orang bukannya minta maaf mala pergi gitu. Bapak sama anak sama sama aja"

Bukannya berkurang sakitnya, kini di tambah lagi. Deva merasakan tubuhnya benar benar sakit semua. Deva tidak tahu apakah bakal sampai rumahnya.

Deva bersyukur Alloh masih sayang padanya. Sekarang Deva sudah berada di dekat rumahnya. Deva agak kewalahan saat harus membuka pagar rumahnya. Deva langsung masuk rumah, membiarkan pagar rumahnya terbuka.

"Assalamualaikum" Deva menyeret kakinya yang terasa berat untuk pergi ke ruang keluarga. Deva duduk di kursi di sebelah Mitha dan menyimpan bawaannya di meja sebelah laptop Radi. Deva dapat merasakan tenang dan bernapas lega. Akhirnya Deva bisa istirahat.

"Dev, dari mana aja kamu. Kenapa baru pulang? Udah sore loh ini. Dan itu kaki kamu kenapa? Kamu main dulu?" Tanya Radi heran mengapa Deva baru pulang dengan kondisi seperti itu.

About Together'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang