Episode 9

5 5 1
                                    

Kecewa

Karena merasa semakin tidak enak dengan keluarga ini, Mitha pun memutuskan langsung mencium tangan Rena dan pamit pada semuanya. Lalu Mitha pulang.

"Eh kak tuh kan kak Mitha nya pulang kan? Kesian tau pulang sendiri. Kak Radi gak berperasaan banget sih?" Deva melipat kedua tangannya di dada sambil memalingkan mukanya.

"Kenapa dengan kak Radi. Kak Radi gak salah?" Radi merasa bahwa dirinya benar.

"Sudah kalian berantem mulu. Mungkin tadi dia lagi buru buru. Kamu gak usah salahin Radi" sahut Rena

"Kok mama mala nyalihin Deva sih" Deva kesal karena mamanya membela Radi.

"Mama gak nyalahin kam..."

"Terus apa ma kalau bukan nyalahin"

"Kamu belajar dari siapa gak sopan gitu. Memotong pembicaraan. Apa karena kamu selalu bermain dengan teman teman kamu yang gak bener itu?"

"Mama gak usah bawa teman teman Deva. Mereka gak salah!!" Teriak Deva

"Kalau bukan karena mereka, kamu gak mungkin kayak gini" Bentak Rena

"Mereka orang baik baik. Mereka gak jahat. Mama gak usah menilai mereka, karena mama gak tau sama mereka. Harusnya mama nyadar ma. Kemana aja mama selama ini? Kenapa baru pulang sekarang? Apa mama udah lupa sama Deva? Apa mama udah gak sayang lagi sama Deva? Kemana aja setelah berbulan bulan mama gak pulang? Sekarang mama pulang marah marah kayak gini. Mending mama gak usah pulang sama sekali??" 

"Kamu gak sopan sama mama" Radi melayangkan tangannya untuk memukul Deva, tapi Rena cepat cepat menahannya.

"Kenapa di tahan, pukul aja" Air mata meluncur di pipi Deva.

"Bukannya seperti itu, mama hanya ingin yang terbaik buat kamu. Mama tidak ingin kamu salah bergaul. Mama ingin kamu jauh jauh dari mereka" Rena tidak tahan lagi untuk menahan air matanya, yang akhirnya hanya meluncur di pipinya.

"Apa mama bisa nurutin kemauan Deva kalau nanti Deva tidak bersama mereka? Deva rasa tidak?"

Rena maju dan merentangkan tangannya untuk memeluk putrinya, namun Deva mundur agar Rena tidak dapat memeluknya. Membuat Rena bersalah.

Deva pergi ke kamarnya. Mengabaikan mamanya yang terus memanggilnya. Menutup pintu dengan keras, lalu menguncinya. Perasaannya sekarang campur aduk. Kecewa, marah, kesal, rindu, merasa bersalah. Rena telah membuatnya sangat kecewa.

Rena ingin menghampiri putrinya, namun tangannya di tahan oleh Radi. Mereka saling berpelukan. "Mama takut, Radi. Mama takut Deva membenci mama" Rena menangis. "Mama gak usah takut. Radi yakin Deva tidak mungkin membenci mama"

"Tapi ma apa kita gak terlalu keras. Radi juga takut suatu saat nanti Deva akan membenci Radi" tanpa di sadari setetes air mata meluncur di pipinya.

"Tapi ini mungkin yang hanya bisa kita lakukan" Rena melepaskan pelukannya. Menyusut air mata Radi dengan lembut. "Kamu gak usah nangis. Kita semua ingin yang terbaik buat Deva" Radi hanya mengangguk.

••••

Lagi lagi Deva bangun kesiangan. Setelah Radi membangunkannya untuk solat subuh, Deva kembali tidur karena menurutnya masih terlalu pagi dan udaranya masih terasa dingin jika harus mandi. Deva melihat jam. Sontak mata Deva membulat. Menunjukkan pukul 06.12. Hanya ada waktu sejam setengah untuk beres beres. Setelah 15 menit, Deva selesai mandi. Bahkan Deva lupa belum membereskan buku yang harus di bawanya. Deva memasukkan buku bukunya secara asal, tidak melihat jadwal pelajaran terlebih dahulu.

About Together'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang