Aneh
Sinar matahari menyilaukan mata, membuat gadis berambut panjang yang masih memakai seragam sekolahnya menyipitkan matanya. Gadis tersebut terkejut karena berada di atas lantai dan masih menggunakan seragam sekolah. Gadis itu berdiri. Tanpa sengaja gadis itu melihat ke arah cermin. Lagi lagi membuatnya terkejut. Gadis itu terhilat kacau. Dengan mata yang merah dan kelopak mata yang agak membesar. Rambutnya juga berantakan. Ya, dia tau kenapa.
Ternyata Deva ketiduran di lantai. Mata yang merah dan kelopak mata yang agak membesar Deva tidak heran lagi, pasti gara gara Deva menangis semalaman. Deva menutup matanya yang terasa perih. Deva pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Deva pergi ke bawah untuk mencari makan, perutnya terasa lapar karena semalam dia tidak makan. Deva melihat Radi berada di ruang keluarga dengan laptop di depannya. Radi terlihat sangat fokus. Sebenarnya Deva masih marah. Deva tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Radi tidak akan menyapanya, jika Deva tidak menyapanya duluan.
Deva sengaja tidak menyapanya. Deva melewati Radi begitu saja. Deva ingin tahu apakah Radi akan menyapanya? Tetapi, dugaannya salah. Radi tetap fokus pada laptopnya. Deva kesal sendiri atas sikap Radi.
"Kak Radi udah bangun?" Tanya Deva basa basi dengan suara agak serak. Tidak ada balasan sama sekali. Radi tetap fokus. "Kak.....kak.....kak.....KAK RADI" Deva merasakan tenggorokannya sakit saat memanggil Radi dengan keras.
Radi tau suara itu milik siapa meskipun suaranya agak beda. Radi hanya sekilas meliriknya. Dan kembali fokus pada laptopnya, yang membuat Deva semakin kesal.
"Kak Radi?"
"Eh Dev, udah bangun?"
"Keliatannya gimana? Kak Radi kenapa sih dari tadi Deva panggil" Deva jadi marah marah gak jelas.
"Kak Radi tau kok. Kamu dari tadi di sini" Radi tetap fokus pandangannya pada laptopnya. Tidak melihat wajah Deva yang mulai memanas.
"Kalo kak Radi tau, ngapain dari tadi diem aja?"
"Gak tau males aja" dengan santai Radi mengatakan itu, tanpa tau keadaan Deva.
"Ihhh kak Radi nyebelin" Deva menghentak hentakkan kakinya.
Radi tidak peduli apa yang di lakukan Deva. "Dev, makan dulu. Kak Radi udah siapin" Radi Mala menyuruh Deva. Deva langsung pergi ke dapur dan duduk di meja makan. Memakan apa saja yang bisa Deva makan. Radi sudah membuat moodnya hancur.
Deva heran mengapa Radi tidak mengkhawatirkannya. Padahal keadaannya sekarang sedang tidak sehat. Pasti Radi lihat kan kelopak mata Deva yang agak membesar kayak panda. Pasti Radi dengar juga kan suara Deva yang agak serak. Aneh. Atau jangan jangan Radi gak peduli lagi? Ah gak mungkin. Sesibuk sibuknya, pasti Radi inget Deva. Walau hanya sesaat. Deva gak mau ambil pusing. Deva memilih memakan makanan yang akan membuatnya kenyang, dari pada memikirkan yang akan membuatnya pusing.
"Oh ya Dev, kak Radi mau keluar sebentar. Kamu jagaiin rumah dulu. Jangan kemana mana" Radi menutup laptopnya, dan akan membawa kunci mobil yang terletak di meja makan.
Deva tidak membiarkan Radi begitu saja. Deva membawa kunci mobil itu terlebih dahulu sebelum Radi mengambilnya dan menyembunyikan di belakang badannya.
Radi bingung apa yang sedang di lakukan oleh adiknya. "Eh Dev, kenapa? Balikin kunci mobilnya?"
"Gak, kak Radi kan janji gak akan ninggalin Deva sendirian di rumah"
"Cuman sebentar Dev, cuman mau jemput teman"
"Gak boleh. Nanti kak Radi sibuk dengan teman kak Radi, nanti aku di cuekin" balas Deva memelas.
"Apaan sih Dev, sini kembaliin" Radi mengulurkan tangannya dengan kesal.
Deva tampak berpikir. "Tarrr dulu kak. Teman? Kak Radi mau ngajak teman kak Radi ke rumah. Siapa cewek atau cowok? Tumben" sinis Deva.
Radi tidak mau memperpanjang masalah ini. Radi tau kalau Radi tidak memberi taunya Deva tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Radi memilih memberitahunya. "Iya. Cewek?"
Mata Deva membulat sempurna. Kaget dengan ucapan kakaknya. Apakah benar? Atau cuma salah dengar? Deva bertanya pada Radi untuk memastikannya.
"Apa kak. Seriusan" Radi menjadi gugup dengan ekspresi yang di berikan Deva. Radi berusaha mengatur ekspresinya agar tidak terlihat gugup. "Iya kesiniin kunci nya"
"Ciee. Pacar kak Radi?" Deva tersenyum jail.
"Bukan"
"Bohong. Kak Radi gak pernah tuh bawa teman ke rumah? Apalagi cewek, teman cowok ke rumah aja kak Radi suka usir"
"Bukan pacar. Siniin kunci mobilnya"
Sahut Radi dingin"Ya udah nih. Kak Radi gak seru ah! Tapi jangan lama loh. Awas aja kalau lama. Deva akan pergi ke luar" Deva memberikan kunci mobilnya pada Radi sambil cemberut. Deva memilih untuk mengalah, dari pada nanti sang kakak marah padanya.
Radi membawanya dari tangan Deva dengan kesal. "Dev, nanti kamu gak bakal di cuekin. Kamu main aja sama teman kak Radi dan palingan cuman setengah jam an" lagi lagi Radi bersikap dingin. Radi pergi begitu saja sesudah mengucapkan kalimat tersebut. Deva sibuk memcerna kalimat Radi yang menurutnya susah untuk di mengerti.
Deva merasa ada yang aneh dengan Radi. Sejak kapan Radi bawa teman ke rumahnya? Cewek lagi. Setahu Deva Radi gak pernah bawa teman temannya ke rumah.
Bahkan saat waktu SMP teman dekatnya Radi main kerumah untuk memberikan tugas karena Radi tidak sekolah, niat baik itu mala Radi sia siakan. Temannya di usir kayak mengusir kucing. Al hasil tak ada satu orang pun teman temannya yang datang kerumahnya.
Radi juga suka melarang teman teman Deva datang ke rumah, tapi Deva marah jika Radi bertindak kasar. Dulu saat pertama kali Deva mengajak Lea dan Drianz ke rumah, Radi mengusir mereka seperti saat Radi mengusir temannya. Lea dan Drianz yang waktu itu takut, langsung pamit pulang.
Deva marah besar pada Radi. Mengabaikan Radi beberapa hari. Karena terlalu lama di abaikan, Radi meminta maaf. Awalnya Deva tidak memaafkan, kalau misalkan Radi tetap bersikap seperti itu dan Deva ingin Radi meminta maaf kepada teman temannya. Radi menolak mentah mentah, karena menurutnya dia tidak salah.
Setelah beberapa Minggu Radi meminta maaf pada teman teman Deva. Sampai akhirnya Radi bisa bersikap baik pada Lea dan Drianz.
Tetapi di balik bersikap baik, Radi menyimpan rasa dendam.••••
KAMU SEDANG MEMBACA
About Together's
RomanceSejak kepergian papa, Deva merasa mama dan kak Radi berubah. Pekerjaan yang telah membuat mereka berubah. Dan di saat papa meninggal, kehidupan Deva berubah. Deva merasa sendiri. Tapi Deva sadar akan kehadiran sahabatnya, Deva tidak sendirian. Lea...