Anin baru saja turun dari mobil miliknya. Seperti biasa dia diantar oleh Hanbin, Kakaknya.
Hari ini Anin terlihat lesu dan tidak bersemangat. Langkah kakinya pun terasa sangat berat. Anin terus memikirkan apa yang terjadi padanya selama beberapa minggu ke belakang. Anin seperti orang bodoh yang terus mencari dia yang tidak boleh disebut namanya.
"Anin!"
Anin menghentikan langkah kakinya saat mendengar seseorang menyerukan namanya.
Anin berbalik dengan wajah ditekuk. Seorang pria berlari menghampirinya. Dia adalah Yoon Jisung.
"Ada apa dengan wajahmu? Masih pagi tapi sudah terlihat suram." Ujar Jisung.
"Entahlah. Akhir-akhir ini aku sedang tidak mood." Ujar Anin.
Jisung kemudian tertawa. "Kenapa? Apakah karena pacarmu? Apa dia marah kepadamu?" Tanya Jisung.
"Orang baik sepertinya mana bisa marah. Aku pikir dia tidak memiliki waktu untuk memarahiku karena tingkahku yang terkadang absurd ini." Tukas Anin.
"Lalu, apa yang terjadi?" Tanya Jisung.
"Karena seseorang yang tidak boleh disebut namanya. Dia sudah membuat hari-hariku hancur cur cur currrr!" Tukas Anin frustasi.
Jisung tertawa. "Kamu memiliki pria idaman lain?" Tanya Jisung. "yah, daripada kamu badmood tidak jelas, lebih baik kamu memeriksa ponselmu." Ujar Jisung.
"Wae? Memangnya ada apa?" Tanya Anin bingung.
"Yah, jangan banyak bertanya. Cepat lihat saja." Ujar Jisung.
Anin kemudian merogoh saku celananya untuk mencari ponsel miliknya, tapi ternyata tidak ada. Ia juga mencari di dalam tas yang dibawanya dan tidak ada. Seperti sebuah kebiasaan, Anin memang selalu ceroboh.
"Astaga! Ponselku sepertinya tertinggal di mobil, Mas." Ujar Anin. "ampun, Aniiiinnnn kamu kenapa ceroboh sekali sih akhir-akhir ini." Gumamnya sendirian.
Jisung berdecak kesal kemudian mengacak-acak rambutnya Anin gemas. "Dasar ceroboh!" Ledek Jisung. "Setelah makan siang nanti, kamu pergilah ke ruangan Mas Taecyeon." Kata Jisung.
"Jadi, benar?" Tanya Anin tiba-tiba.
"Apanya yang benar?" Tanya Jisung bingung.
Anin langsung mendekat pada Jisung dan membisikkan sesuatu. "Kudengar Mas Taecyeon menyukaiku. Karena itu naskahku terpilih dan akhirnya aku bisa liburan ke Praha." Kata Anin.
Jisung kemudian menoyor kepala Anin dengan jari telunjuknya. "Yah, kamu sangat kepedean! Naskahmu terpilih karena kualitasnya bukan karena perasaan pribadinya." Ujar Jisung.
"Jika bukan, lalu apa?" Tanya Anin.
"Kamu melupakan tanggal sekarang?" Tanya Jisung.
Anin mengangguk. "Aku selalu lupa hari jika tidak memiliki tugas deadline. Jadi sejenakpun aku tidak pernah melirik kalender sampai aku lupa sekarang tanggal berapa." Ujar Anin.
Jisung mendengus sebal. "Hari ini briefing untuk ke Praha! Minggu depan kamu sudah berangkat." Tukas Jisung.
Anin menepuk jidatnya sendiri seakan-akan tersadar akan sesuatu yang ia lupakan. "Kenapa cepat sekali? Apa akubakan segera pergi? Heol!" Ujar Anin.
Jisung tersenyum. "Mungkin karena kamu terlalu banyak memikirkan dia yang tidak boleh disebut namanya. Jadi, waktu berlalu meninggalkanmu tanpa kamu sadari." Tukas Jisung.
"Yah, apa Mas Jisung cenayang? Bagaimana Mas Jisung tahu?" Ujar Anin.
"Memangnya apa yang tidak aku tahu dari seseorang seperti Kim Anin?" Ujar Jisung merasa bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Honestly Hurt (Ong Seongwoo)
Fiksi Penggemar[COMPLETED • Unpublish • Revisi] The worst feeling in the world is being hurt by someone you love the most.