Setelah selesai melaksanakan briefing untuk ke Praha, Anin langsung meninggalkan ruangan rapat dengan sesegera mungkin.
Anin benar-benar tidak habis pikir. Impiannya untuk pergi ke Praha bersama Seongwoo kini menjadi nyata. Namun, yang tidak dapat Anin terima adalah posisi mereka berdua. Kali ini, mereka berdua bukanlah sepasang kekasih yang mewujudkan impian bersama pergi ke tempat indah seperti Praha, berdua. Mereka hanyalah orang-orang yang pernah saling membahagiakan, namun menyerah ditengah jalan.
"Anin, tunggu." Tiba-tiba Seongwoo menyegat pintu lift yang baru saja akan tertutup.
Anin yang cukup terkejut langsung mundur ke belakang dan berdiri di ujung. Sekarang, di dalam lift hanya ada mereka berdua.
Hening. Itulah yang terjadi diantara mereka berdua. Mereka tidak berbicara sama sekali. Sesekali hanya Seongwoo yang melirik kearah Anin yang sedang misuh-misuh tidak jelas.
"Aku kira tadi bukan kamu." Seongwoo membuka pembicaraan diantara mereka. "...waktu di lobby, pacar kamu?" Tanya Seongwoo.
Anin hanya diam. Entah kenapa ada rasa sesak di dadanya saat mendengar pertanyaan dari Seongwoo. Haruskah Seongwoo bertanya seperti itu setelah ia pergi meninggalkan Anin satu tahun yang lalu?
"Sudah lama kerja disini?" Tanya Seongwoo.
"Heem." Kata Anin sambil mengangguk pelan.
Seongwoo tersenyum. Setidaknya ia merasakan kebahagiaan saat Anin menjawab pertanyaannya, meskipun hanya sekedar 'heem'.
"Kamu banyak berubah, ya." Kata Seongwoo.
"Karena aku hidup bukan untuk masa lalu. Setidaknya aku harus berubah, meskipun hanya perubahan kecil." Ujar Anin.
Seongwoo tersenyum simpul. "Nin?" Panggil Seongwoo.
Anin menoleh sedikit. Seongwoo sedang tersenyum dan itu membuat hatinya berdebar lagi. Meskipun mengatakan sudah tak hidup di masa lalu, nyatanya Anin masih bisa merasakan kupu-kupu dì dadanya menari-nari.
"Kamu punya waktu?" Tanya Ong kemudian ia menoleh kearah jam tangannya. "Kita bicara sebentar. Nanti aku akan mengantarmu pulang."" Kata Seongwoo.
"Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan denganku? Kukira, sejak hari itu kamu tidak akan kembali seperti ini dan berbicara lagi denganku." Tukas Anin.
Seongwoo tersenyum. "Seharusnya seperti itu. Tapi, karena aku sudah bertemu kamu, aku harus berbicara dengan kamu, Nin. Kita sudah terlanjur bertemu." Ujar Seongwoo.
"Aku ingin menjelaskan semua tentang kita. Ah, tidak, lebih tepatnya tentang aku. Alasan aku pergi dan kesalahpahaman diantara kita." Ujar Seongwoo.
Anin terdiam. Kemudian sekilas senyum yang terhapus mengembang di wajahnya.
"Ok." Jawab Anin singkat.
🌟🌟🌟
Setelah selesai membawa barang-barangnya di ruangan kerja miliknya, Anin langsung turun untuk menuju cafe yang sudah dijanjikan oleh Seongwoo.
Anin membatalkan janjinya untuk pulang bersama dengan Jonghyun dan menghabiskan malam bersama. Untungnya Jonghyun mengerti dan tidak terlalu mempermasalahkannya. Meskipun Anin tidak membicarakan alasan yang sebenarnya.
Seongwoo sudah menunggu Anin di cafe yang letaknya berada tepat di depan gedung kantornya. Saat Anin tiba, Seongwoo sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya. Sebuah naskah.
Tanpa basa-basi, Anin langsung duduk di kursi depan Seongwoo. Seongwoo menyambutnya dengan senyuman, meskipun Anin hanya memasang wajah datar nyaris tanpa ekspresi.
![](https://img.wattpad.com/cover/171921702-288-k322296.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Honestly Hurt (Ong Seongwoo)
Fiksi Penggemar[COMPLETED • Unpublish • Revisi] The worst feeling in the world is being hurt by someone you love the most.