"Mas Kahfi, teh nya aku simpan di meja kerja mas ya, aku ke warung depan sebentar mas"
"Mas, bangun yuu, udah mau adzan shubuh mas"
"Mas udah pulang, mas mau makan dulu apa mandi dulu?"
Kata dan pertanyaan yang belakangan ini sering aku dengar dari perempuan dengan tinggi kurang lebih sejajar bahuku itu.
Perempuan yang aku nikahi dua bulan lalu tepat selepas hari raya Idul Adha, perempuan yang mengamini setiap doa yang ku sebutkan selepas sholat wajibku, yaa makmum halalku.
Perempuan pendiam namun tetap ramah, perempuan cerdas yang di cintai banyak orang, pemilik senyum yang menyejukan hati.
Memang di dunia ini tidak ada yang sempurna, namun entahlah di mataku perempuan ini justru paling sempurna, bagaimana tidak mata sipit di hiasi bulu mata yang lentik, alis mata yang tebal dan tidak akan luntur walau di basuh berkali kali dengan air, wajah yang menyenangkan setiap kali di tatap, oh iya jangan lupa gigi gingsul pemanis senyum yang di anugerahkan Tuhan padanya.
Aku sempat berfikir mungkin Tuhan sedang bahagia saat menciptakan-Nya.Ayyatul Ghina
Seorang perawat kamar operasi yang tidak konsisten dengan wajahnya yang manis, tingkah yang terkadang manja dan sikap polos yang sering kali membuatku gemas,aku bahkan sempat berfikir apa benar dia ini seorang perawat bedah, mengingat profesi yang begitu menyeramkan itu.
Putri bungsu dari seorang anggota kemiliteran, putri dan adik kesayangan di keluarganya.
Perempuan yang saat ini sah ku panggil dengan sebutan Istri dan InsyaAllah abadi sampai Jannah Allah.
"Aku tidak akan menebak bagaimana akhir dari sebuah cerita, karna bersama Ayya, aku terlalu sibuk menikmati setiap detiknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Takdir-Nya ♥
Short Story" Dari sekian banyak rasa yang sudah bersinggah, hanya satu ini yang membuatku sulit menundukkan pandangan" Based on true story