Hari itu langit sedang dalam kondisi berbahagia, awan awan bertebaran seperti permen kapas yang tertiup angin, udara sejuk turut menemani perjalananku. Matahari sudah berada di tempat peraduannya, menyinari alam dengan sinar yang tidak begitu menyengat kulit.
Dengan tas carrier di punggungku sesekali aku tersenyum menatap ramahnya warga di pemukiman yang aku lewati demi mencapai daerah tujuanku.
Beberapa anak kecil yang berlarian riang kesana kemari menambah kesan hangat di hari ini.Hari itu mungkin sekitar pukul 10 pagi, aku dan kakak lelakiku "Ka Ilham", menapaki selangkah demi selangkah jalan hingga akhirnya gerbang besar bertuliskan "Selamat datang" menyambut kami, tepatnya di gapura pendakian Gunung Gede Pangrango.
Gunung yang terletak di tiga kabupaten di Indonesia, yang memiliki tinggi kurang lebih 2958 meter diatas permukaan laut itu akan jadi tujuan pendakianku selanjutnya.Aku memang punya hobi mendaki sejak sekolah menengah pertama, berawal dari ajakan kakak lelakiku yang mengenalkanku pada dunia pendakian saat itu.
Jam terbang mendakiku memang belum sebanyak kakakku atau bisa di bilang ini pertama kalinya aku mendaki gunung dengan ketinggian yang lumayan tinggi.Kakakku tengah mengurus beberapa berkas yang harus di isi di pintu masuk gerbang pendakian, sementara aku sudah mulai mengeluarkan ponselku bersiap mengabadikan ciptaan sang Kuasa dalam galeri fotoku.
"Yuk dek, selfie mulu ntar diatas lebih ajibb" dua ibu jari kakakku teracung seraya menyuruhku untuk menyudahi kegiatan pemotretan amatiranku.
"Kak, kita berdua aja?" Tanyaku mengambil langkah sejajar dengannya.
"Engga dong bisa repot kakak ngurusin kamu nanti" dengan tawa kecil dia menjawab santai pertanyaanku.
"Yeee seriusan kak"
"Engga Ayya, ntar di pos 1 ada temen temen kuliah kakak dulu nunggu disana, kan kita telat kesininya gara gara oprasi cito kamu tuh"
"Yaaahh maaf kak, temen temen kakak jadi nungguin"
"Udah ga apa apa, ayoo jalan lagi"
Udara sejuk pegunungan mulai menyapa kami, sesekali angin meniupkan jilbab biru navy yang ku kenakan saat itu, kicauan burung juga turut menemani perjalanan kami saat itu.
"Kiri kanan ku lihat sajaa banyak pohon cemara~~" sambil merentangkan tangan aku bersenandung pelan lagu yang aku pelajari saat di bangku taman kanak kanak dahulu.
"Seneng ya dek?" Ujar kakakku mengusap lembut kepalaku yang tertutup hijab.
Aku menjawabnya hanya dengan tersenyum simpul ke arah kakakku.
Tak terasa setengah jam sudah kami mendaki gunung yang terletak di kabupaten Bogor itu, sekumpulan manusia aku lihat tengah duduk di hamparan rumput hijau, aku yakini itu adalah teman teman kampus yang di jelaskan kakakku tadi karena kakakku mendadak mempercepat langkahnya yang mau tak mau aku pun mengikutinya.
"Nah, nyampe juga ente bro" sambut seorang lelaki berkacamata.
"Alhamdulillah, ehh ini ada anak ayam tadi ana temuin di gerbang depan, ya udah ana bawa aja kesian" gurau kakakku sembari menarikku yang sejak tadi berdiri di belakangnya.
Aku hanya menatapnya dengan ekor mataku memilih mengacuhkan perkataan kakakku, dia memang biasa bercanda seperti itu.
"Yeee mana ada anak ayam secantik ini yaa dek" seorang gadis dengan khimar pastel menghampiri dan merangkulku.
"Echa" ujarnya.
"Tau lu Ham, kejam amat sama adek lu sendiri, sini dek abang bawain kerilnya berat pasti kan, duhh adek manis jangan bawa berat-berat" lelaki sepantaran kakakku tiba-tiba mendekatiku dengan sigap kakakku menarik lenganku dan membawaku ke sebelah kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Takdir-Nya ♥
Nouvelles" Dari sekian banyak rasa yang sudah bersinggah, hanya satu ini yang membuatku sulit menundukkan pandangan" Based on true story