37 - Celah

55 4 0
                                    

Pagi ini Syilla mencoba untuk menguatkan hatinya lagi. Dia sedang berdiri di balkon kamarnya. Seperti biasa, di pagi hari yang indah dan cerah.

"Syilla dicari temen-temen kamu tuh!" Seru sang mama dari luar kamar membuat Syilla menoleh. "Iya ma!"

Syilla segera menemui sahabat-sahabatnya itu. Menuruni tangga dengan hati-hati lalu berjalan menuju pintu utama dan membukanya.

"Sisil I MISS YOU!!!" Teriak mereka semua. Siapa lagi jika bukan Amel, Sindy dan Mega.

"Lebay!"

Mereka memeluk Syilla seolah memberi kekuatan untuknya. "Jangan sedih mulu ya Sil, kita nggak mau lihat lo terpuruk."

Syilla mengangguk dan melepas pelukannya. "Thanks ya."

"Gimana kalo kita ke mall." Usul Mega. 

Sindy menyenggol lengannya. "Cieee yang banyak uang, berarti kita di traktir dong ya."

"Paan dah lo, buat hari ini karena gue lagi baik hati. Oke deh!"

"Yess!! Ayo!"

Syilla hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

Mereka menuju mall yang sering mereka kunjungi. Bersenang-senang di sana.

"Sil, lo ikut kan acara prom night besok?" Tanya Sindy sambil memakan coklatnya.

Syilla mengedikkan bahunya. "Gue nggak tau dan bingung," jawab Syilla.

"Yahh Syil, ikut aja. Daripada Nicko sama gue ya nggak?" Syilla menoeh menatap Amel. "Nggakpapa, bukan urusan gue juga."

"Gue cuma bercanda kali Sil."

Syilla tersenyum tipis, jujur saja saat itu dia malas untuk membicarakan semacam ini.

"Lo sama siapa Meg?" Tanya Sindy.

Mega tersenyum malu. "Lihat besok deh, surprise pokoknya!"

"Kalo lo Mel?" Tanya Sindy.

Amel diam sejenak. "Ada."

Syilla berjalan sambil menatap bawah. Prom night seharusnya menjadi hari kebahagiaan. Tapi..sekarang ia merasa hampa.

Langkahnya terhenti saat di depannya ada sebuah kaki yang menghalangi jalannya. Syilla mendongak.

"Apa kabar? Udah lama nggak ketemu."

Syilla menggigit bibir bawahnya, menahan air matanya. Memang bukan RICKO, tapi setiap melihat wajahnya...tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Kabar baik."

Dia menarik tubuh Syilla dan memeluknya. Syilla masih terdiam, bingung dengan perasaannya sendiri.

"Lepas."

Dia mengikuti apa kata Syilla.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Tempat umum, permisi." Syilla berlari ringan menjauh dari sana. Syilla memasuki kamar mandi, berdiri di depan wastafel dan menangis di sana.

"Gue kangen lo! Gue nggak bisa lihat wajah itu!"

Setelah kejadian itu, Nicko sudah tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Dan sekarang, secara terang-terangan dia datang. Wajah itu selalu mengingatkan bagaimana tawa, senyum dan kebahagiaan yang selalu terukir di setiap harinya.

Sindy menyusul Syilla karena dia terlalu lama di kamar mandi. Takut ada apa-apa dengannya.

"Sil, lo nggakpapa kan?" Tanya Sindy.

I Promise [Always] Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang