32 - Rumit.

52 3 0
                                    

Syilla menampar Ricko dengan tenaganya yang tersisa. Air matanya terus menetes di pipi mulusnya.

"Puas? Karena kejelasan lo tadi gue tahu seberapa jauh lo udah bohongin gue! Gue kira, gue kira cuma kemarin-kemarin lo sakiti gue! Ternyata, lo pembohong!"

"Bukan salah dia, tapi salah gue." Perkataannya itu berhasil membuat Syilla menoleh. Dan di sana, terlihatlah wajah yang sama persis dengan wajah orang yang berada di depannya. Nicko.

Syilla semakin terisak akan kenyataan ini. Kenyataan yang berkata jika dia seperti boneka yang sedang dipermainkan.

"So, selama ini gue suka sama siapa? Kenapa kalian tega! Kenapa kalian sepintar ini permainin gue? Kalian jahat!" Syilla terduduk menutup telinganya. Ini benar-benar membuat skisnya terganggu.

"Pergi!!! Gue nggak mau liat kalian! Pergi!!" Teriak Syilla.

Ricko mendekati Syilla tapi Syilla semakin menjauh. "Jangan dekat-dekat! Jangan! Gue nggak mau! Pergi! Pergi!"

"Syilla, maafin gue."

"Zidan tolong! Tolong! Gue takut!"

Nicko mendekati Syilla dan tanpa basa-basi memeluknya dengan erat. "Sst..diem Syil, maafin gue dan juga kakak gue. Denger, bukan maksud kak Ricko nyakitin lo. Ini, ini yang terbaik! Pun kalau dari awal dia bilang, pasti lo juga akan sama kayak gini!"

Syilla terus memberontak. Dia tidak mau dipeluk!

"Jangan peluk gue!!! Gue nggak mau dipeluk sama PEMBOHONG kayak lo!!!"

"Gue mohon, lepas! Jangan sakiti gue!!"

Ricko menghela nafasnya, percuma juga adiknya itu memeluk dan membujuk Syilla. "Nick, lepas."

Syilla menatap keduanya, ia merasa pusing. Sungguh, melihat mereka berdua rasanya kepala menjadi pening. Nicko tidak mengindahkan perkataan Ricko.

"Syilla maafin gue dan kak Ricko!"

"Apa kata maaf bisa merubah segalanya?!" Tanya Syilla.

"Merubah atau enggak yang terpenting lo maafin kita berdua!" Jawab Nicko.

"Kalian jahat! Jahat! Lepas!"

"Nicko lepas!" Suruh Ricko dengan tegas. 

Nicko melepas pelukannya. Syilla tidak merasakan pelukan hangat, sama sekali tidak. Malah yang ia rasakan adalah ketakutan yang semakin menjadi-jadi. Lalu siapa yang sering memberikannya pelukan hangat? Atau Ricko?

Syilla berdiri di tengah-tengah mereka. Dia tak habis pikir orang yang selama ini dia sayang bisa-bisanya berbohong dan membuatnya KECEWA.

"Kalau tanpa kehadiran gue dihidup lo buat lo bahagia dan bisa buat lo maafin kesalahan gue, gue akan pergi," ucap Ricko.

"Kenapa selalu kata pergi yang lo ucapin?!" Tanya Syilla.

"Karena gue yakin, kepergian gue buat seseorang bisa jagain lo nantinya!' jawab Ricko.

"Pergi! Pergi yang jauh! Jangan balik lagi! Kalo bisa, bawa adik lo!"

"Biarin dia jaga lo."

Syilla tersenyum miring. "Kata-kata lo seakan-akan lo mau pergi jauh!"

Ricko mengangguk. "Gue akan nyerahin diri gue."

Nicko membelalakkan matanya. "Apa-apaan sih lo kak?! Nggak! Gue nggak kasih ijin!"

"Udah waktunya!"

"Belum! Gue nggak akan biarin lo kenapa-napa!"

Nicko memegang pundak Syilla. "Lihat! Karena lo! Karena lo kakak gue terjebak di sini! Karena lo nyawa kakak gue terancam! Karena lo juga kakak gue ngorbanin dirinya!"

I Promise [Always] Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang