Memoar

5.9K 273 23
                                    

Sebastian Michaelis x Reader

Sequel Black

Memoar
Rate : Teen
Genre : Drama, Psychological, fantasy

Sebastian Michaelis milik Yana Toboso

(Dianjurkan membaca bab Black terlebih dahulu. )



Happy Reading

●●●

"lagi-lagi di pajang ya?"

Jemari jenjang (Name) menyentuh lembut kaca etalase cantik toko buku, menatapi lamat-lamat jajaran buku terlaris yang di pajang di sana. Salah satu buku yang ia tulis di sana di pajang paling tinggi dan di tengah-tengah buku lain, bersampul hitam dengan guratan-guratan perak imitasi yang membentuk lukisan mawar berduri dan apel . Salah satu maha karya jemarinya yang terbaru selepas ia mengistirahatkan diri selama beberapa bulan, niatannya sih mau memperpanjang istirahatnya tapi para penerbit-penerbit berotak udik itu terus mengejarnya. Alhasil ia menulis buku alakadar, tercetus dari mimpi-mimpi panjang yang menghantuinya beberapa minggu terakhir.

(Name) mendesah pelan, perasaannya sedang absurd sekarang. Buku yang ia tulis itu bukan gambaran jiwanya, tulisan-tulisan itu bukan ciri khasnya. Tapi ia tetap menulisnya penuh khidmat, setiap suku kata dan frasa betul-betul menggambarkan setiap detik dalam mimpinya. Mimpi tak jelas tentang gadis berambut merah dan ayah angkat tak jelasnya, kisah tragis berbumbu fantasi yang tak masuk akal. Gadis penjual pei apel dengan mahkota merah menawan yang memiliki kisah hidup tragis selayaknya protagonis dalam novel, lalu lelaki misterius yang entah muncul dari mana yang begitu setia terhadap gadis mungil itu. Berperan selayaknya ayah hingga berakhir tragis dalam kemelut duka selepas kepergian putri tercintanya. (Name) tak paham apa yang ia tulis, ia tak tahu kenapa ia menulis kisah yang bukan ciri khasnya. 

Jemari (Name) mengusap kaca dingin etalase toko buku, "rasanya seperti buku anak-anak saja"

(Name) perlahan melangkah mundur guna menjaga jarak dengan kaca etalase, kembali menghela nafas barang sejenak sebelum ia melangkah pergi. Melangkah perlahan-lahan melewati kerumunan manusia di London di distrik penerbitan, sepasang netra (Eye Color) itu memaku pandang pada jalanan ubin batu Britania Raya.

"menggelikan"

|| Memoar ||

"buku terbarumu laris manis lagi, eh?" ini Ronald, seorang buruh angkut di Dermaga di pesisir London.

(Name) mendengus geli, "begitulah--" pemudi itu merogoh kasar saku celananya sebelum mengambil kunci dari sana. Kunci lapuk agak karatan dari kuningan murahan, kunci slat milik (Name) yang sudah bertahun-tahun ia tinggali semenjak ia pindah ke London. Lekas memasukan kunci sebelum memutarnya perlahan, (Name) tak ingin lama-lama di dekat Ronald yang baunya seperti bangkai ikan busuk. 

"kau dapat surat, tadi sore ada pelayan tampan mengantarkan surat kepadamu. Coba baca siapa tahu surat cinta" Kalimat dan tawa menggelegar Ronald memiliki logat khas kampung halamannya terasa kental dan unik, sebenarnya (Name) tak terlalu membenci Ronald kalo baunya tidak seperti bangkai ikan busuk.

"kapan datangnya?" (Name) menyadari sesuatu muncul dari ceruk dekat pintu miliknya, ceruk yang biasanya tukang koran menaruh koran langganannya dan penagih utang Ranold menitipkan surat ancamannya.

Onegai, Papa || Anime x reader ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang