Bruk!
Sepotong betis terjatuh tepat di hadapan Yehana. Kaki tersebut tak lain milik wanita yang sedari tadi berteriak histeris.
Segera Yehana menaikkan kedua kakinya ke atad kursi, ia lalu menatap Damirn dengan tatapan yang begitu terkejut."Damirn...! Apa yang kau lakukan?"
Damirn menatap Yehana dingin. "Kau mau lagi?" tawarnya dengan masih memegang gergaji mesin yang masih menyala.
Yehana terfokus pada wanita yang sedang menangis di atas ranjang, wanita itu menoleh Yehana, menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Meminta Yehana untuk menolak.
"Damirn. Kau... kau bisa membunuhnya!" Yehana berdiri dari duduknya, berjalan menuju tepian ranjang untuk melepaskan ikatan Damirn pada wanita yang kini kakinya sudah hilang sebelah.
"Yehana... kalau kau lepaskan dia. Maka kau juga akan ku bunuh."
"Coba saja. Aku tidak takut, biar aku saja yang mati. Asal jangan wanita ini." Yehana masih mencoba melepaskan ikatan di kaki wanita itu, perlawanan Yehana berhasil membuat mata Damirn berkilat tajam.
Damirn mematikan mesin gergaji mesinya, ia terdiam yang membuat Yehana menghentikan aksinya.
"Baiklah. Kalau begitu, mari kita lakukan." ucap Damirn menyeringai.
Damirn berjalan menuju Yehana, menarik pergelangan tangan Yehana untuk ikut bersamanya. "Da-Damirn... kau mau membawaku kemana?" tanya Yehana gugup. Jantungnya berdegup kencang, karena takut kalau Damirn akan benar-benar membunuhnya.
Damirn membuka sebuah pintu. Pintu yang di dalamnya terdapat ruangan kosong, hanya ada sebuah kasur kecil di dalam sana. setelah mengunci pintu dan menendang kunci itu keluar, Damirn kembali berjalan menuju ranjang di pojok ruangan tersebut.
Ia mengangkat tubuh Yehana, membaringkan paksa gadis kecil itu di atas kasur. Kemudian mengikat kaki dan tangan Yehana.
"Damirn!" mata Yehana membesar.
"Ka-kau tidak sungguh-sungguh 'kan?" Bibir Yehana memucat. Damirn terus terdiam, setelah kaki dan tangan Yehana berhasil menempel di sisi-sisi tepi ranjang, Damirn berdiri, membuka baju yang ia pakai. Hingga terlihatlah dadanya yang penuh perban dan luka bakar. Damirn mendekatkan wajahnya dengan wajah Yehana, sangat dekat hingga hidung mancung Damirn menyentuh pipi halus Yehana.
"Kau mau aku mati dengan cara apa Yehana?" Tanya Damirn sambil menatap Yehana dengan sorot matanya yang terlihat sangat serius.
"Da-Damirn, apa maksudmu?"
Damirn menjauhkan wajahnya, ia berjalan menuju laci di samping kasur kecil dalam ruangan tersebut. Mengambil sebilah pisau dapur dari dalam sana.
"Bagaimana dengan ini?" Damirn mengacungkan pisau yang ia pegang ke lehernya. Mata Yehana membesar, ia bingung dan takut dengan perilaku Damirn sekarang. Sekuat tenaga Yehana mencoba melepaskam diri.
"Kau setuju?"
"Tidak! Damirn jangan!!!" Teriak Yehana histeris.
Damirn menyeringai, ia perlahan menusuk lehernya denga pisau yang ia pegang. Darah mengalir keluar dari sayatan kecil yang Damirn buat sendiri.
"DAMIRN!!!" Kedua tangan Yehana terlepas. Segera ia duduk untuk melepas kedua kakinya pula. Setelah berhasil, Yehana segera menghampiri keberadaan Damirn. Memeluk laki-laki itu erat.
"Jangan mati. Aku mohon jangan lakukan Damirn ...." airmata Yehana mengalir. Damirn terdiam, ia melepaskan pisau di tangannya begitu saja.
"Kalau begitu. Kau saja yang mati, Yehana."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMIRN ✔ (END)
Mystery / ThrillerKarya pertama dan tidak akan di revisi. "Aku bukan Psikopat Yehana!" Damirn Folx