DAMIRN 16

7.8K 715 9
                                    

Seorang wanita tanpa pakaian terikat di sebuah gudang tak terpakai, di tubuhnya terdapat begitu banyak memar, bahkan matanya pun terlihat lebam. Mulut wanita itu di tutup menggunakan lakbam, sedangkan kedua tangannya di ikat ke belakang dengan kuat, begitu pula pergelangan kakinya.

Di luar pintu gudang tersebut, seorang anak kecil mengintip. Sejenak ia memantau keadaan sekitar luar gudang, setelah merasa aman, ia segera membuka pintu gudang itu.

Dengan cekatan ia membuka ikatan pada wanita tersebut, "Larilah nyonya, Pamanku sedang keluar. Hanya ini kesempatanmu." Ucap anak kecil tersebut, tangan Wanita yang tergeletak itu sudah terlepas, ia membuka lakbam dari mulutnya.

"Apa kau tidak takut?" Tanyanya.

"Aku takut, sangat takut. Tapi aku lebih takut kalau nanti kau di bunuh, cepatlah pergi. Ini, balut tubuhmu dengan kain ini nyonya. Kau harus cepat, sebelum paman Lukas kembali."

Wanita itu mengangguk, ia menutupi tubuhnya dengan kain yang di berikan anak kecil padanya.

"Terimakasih, terimakasih banyak." Ucapnya lalu segera berjalan menuju pintu keluar.

Dorr!

Mata anak kecil itu membesar saat melihat wanita yang baru saja ia bebaskan terjatuh di tanah,

"Aaakkkkhhh!!!" Pekik wanita itu, darah bercucuran dari salah satu betisnya. Dia tak mampu bergerak.

Seorang laki-laki paruh baya masuk ke dalam gudang, ia menyeringai.

"Damirn... kenapa kau lepas dia? Hm?" Ucap pria bernama Lukas pada anak kecil di dalam gudang.

"Pa-paman, kapan paman ke-kembali...?!" Tanya Damirn kecil sambil terus mundur kebelakang. Lukas tersenyum, "Barusaja, aku dari membeli ini." Lukas melemparkan sebuah pisau lipat ke hadapan Damirn, Damirn kecil ketakutan, ia menatap pisau yang tergeletak di ujung kakinya.

"Karena kau sudah mulai berani mencampuri urusanku, bagaimana kalau kali ini, kau coba sekali...?"

Damirn menggeleng cepat, ia tahu maksud dari ucapan Lukas. Pamannya itu adalah seorang penjual organ dalam tubuh manusia, hampir setiap hari Damirn melihat Lukas membunuh dan membedah orang-orang malang yang ia bawa pulang ke rumahnya.

"Ayolah, kau takkan tau bagaimana sensasinya, sebelum kau mencoba Damirn."

Lukas bergerak keluar, ia menyeret wanita yang mencoba merangkak pergi meninggalkan kediaman Lukas.

"Tidaaak! Ku mohon jangan. Ku moho---" Lukas kembali melakban wanita yang ia dudukkan di atas kursi, kedua tangan wanita itu ia ikat ke belakang sandaran kursi, sedangkan kakinya ia biarkan bebas begitu saja.

"Kemarilah Damirn, bawa pisau itu."

Damirn terdiam, ia tidak bergerak sama sekali. Bibirnya pucat pasi.

Ekspresi Lukas berubah dingin, seolah tak ada raut kehidupan di wajahnya. "Kalau kau tidak mau, maka siap-siap gantikan wanita ini. Kau masih muda, dan tentu hargamu lebih mahal daripada wanita ini."

Mata Damirn berkaca, ia menatap lekat wanita yang berada di atas kursi di dekat Lukas. Damirn benar-benar merasa takut, ia sangat berharap kalau Ayahnya kembali saat ini juga, membawa dia pergi dari orang gila bernama Lukas Folx, pamannya sendiri.

"CEPATLAH DAMIRN!" Bentak Lukas.

Damirn tersentak, ia membungkuk perlahan. Memungut sebuah pisau lipat yang baru di beli Lukas. Damirn mendekati wanita itu, berdiri persis di hadapanya. Tangan Damirn bergetar, airmatanya jatuh membasahi pipi kecilnya.

DAMIRN ✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang