Jakson dan Damirn masih saling terdiam, mereka berdua saling merasa penasaran. Jakson penasaran dengan jawaban Damirn, dan Damirn penasaran kenapa Jakson tiba-tiba menanyakan hal itu padanya.
Tatapan Damirn tak lepas dari wajah Jakson yang terbaring di atas ranjang. Laki-laki itu kemudian tertawa seram, "Kau sudah gila Jakson. Kau benar-benar sudah gila." Ucap Damirn dengan seringainya.
Mendengar jawaban Damirn yang sebenarnya tak bisa di hitung sebagai jawaban membuat Jakson tersenyum miring.
"Kau menyukainya, 'kan Damirn?" Tanya Jakson lagi.
Sebenarnya, tanpa Damirn menjawab pun, ia tetap yakin kalau Damirn benar-benar menyukai Yehana.
"Apa menurutmu, manusia sepertiku bisa jatuh cinta?" Damirn balik bertanya, ekspresinya berubah dingin. "Berhentilah berasumsi hal yang tak masuk akal, kalau kau ingin dirimu dan gadis itu selamat!" Damirn bangkit dari duduknya, ia hendak keluar ruangan.
Jakson hanya bisa terdiam.
Langkah Damirn tiba-tiba berhenti saat ia mendapat sebuah e-mail. Cukup lama ia terpaku, sebelum akhirnya ia membanting ponselnya ke lantai. Hingga membuat ponsel mahal itu hancur tak berbentuk. Damirn sempat menoleh Jakson sebentar, tatapannya terlihat begitu marah. Ia berjalan keluar ruangan tanpa bicara sepatah katapun.
♥♥♥
Sudah seminggu berlalu sejak Damitri mengirimi Damirn e-mail. Ia heran, kenapa Damirn tidak mencari keberadaan Yehana yang ada di tangannya.
"Pak, Nomornya masih tidak aktif sampai sekarang." Lapor seorang petugas DC pada Damitri.
"Telfon lagi!" Perintah Damitri mutlak, ia membalik tubuhnya, menatap Yehana yang ia taruh di atas kursi roda dengan keadaan kaki dan tangan yang terikat. Mulut gadis itu juga di tutup rapat menggunakan kain.
"Hei... ayolah, bawa Damirn ke sini maka kau akan ku lepaskan ...." ucap Damitri setengah berbisik pada Yehana.
Airmata Yehana terus mengalir karena takut, gadis itu terus menggeleng, karena selain tidak tahu, ia juga tidak mau memberitahukan Damirn tentang hal ini.Dua orang petugas berlari menghampiri keberadaan Damitri. Mereka terlihat panik.
"Pak, kita mendapat masalah." Lapor salah satu dari mereka.
"Masalah apa?"
"Alcatraz! Damirn membunuh semua petugas di Alcatraz!"
Seketika Damitri terdiam, tangannya mengepalkan tinju dan rahangnya mengeras. Rencananya tidak berjalan sesuai harapan.
♥♥♥
Damirn mematikan api rokoknya yang baru dua kali ia hisap, setelah menghabisi seluruh petugas dan memasang beberapa bom di dalam penjara Alcatraz, ia lalu terjun bebas ke dalam laut yang mengelilingi pulau kecil tempat Alcatraz di bangun.
Meski arus dari teluk San Fransico terkenal kuat, serta suhu airnya yang sedingin es. Itu tak menghentikan Damirn. Ia hanya perlu menyelam lebih dalam dan mulai berenang dari sana menuju pelabuhan.
Dengan berbekal satu tabung oksigen Damirn dengan cepat berenang menjauhi letak Alcatraz, perjalanan pulangnya saat ini lebih mudah di banding saat ia melarikan diri dulu, yang membuatnya hampir mati karena terseret arus teluk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMIRN ✔ (END)
Mystery / ThrillerKarya pertama dan tidak akan di revisi. "Aku bukan Psikopat Yehana!" Damirn Folx